Mohon tunggu...
Evelyn Sutedjo
Evelyn Sutedjo Mohon Tunggu... Lainnya - ibu rumah tangga

Hati yang gembira adalah obat

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ceritakan

10 Februari 2021   09:49 Diperbarui: 13 Februari 2021   11:32 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib" (1 Petrus 2:9)

Ada sebuah falsafah Jawa yang pasti tidak asing di telinga Sahabat, terlebih bagi yang lahir dan besar di pulau Jawa, yaitu 'Becik Ketitik Olo Ketoro', yang berarti, Kebaikan akan tampak dan kejelekan akan terlihat. Perbuatan jelek mudah tersebar ke mana-mana, sebaliknya perbuatan baik mungkin tidak terlihat saat ini, tapi nanti pasti diketahui orang banyak.

Sahabat, berapa banyak kebaikan yang sudah Anda dapatkan, dan berapa banyak kebaikan yang sudah Anda berikan? Terlebih sebagai anak Tuhan, berapa banyak kebaikan Tuhan yang sudah Anda alami? Pernah menghitungnya?  Mungkin Anda berkata, "Kebaikan Tuhan tak terhitung banyaknya." Atau, "Dulu memang saya merasakan kebaikan Tuhan, tetapi sekarang belum merasakannya... karena masa pandemi ini membuat banyak hal terlalu sulit."

Kalau mengingat kebiasaan orang Jawa, bukankah segala keadaan itu disyukuri? Pernah dengar kata 'untung....'?  Contohnya: Saat kecelakaan, kendaraan tampak rusak parah tetapi pengemudinya hanya luka ringan, maka terdengar seruan, "Untung dia selamat." Namun kalau si pengemudi meninggal, terdengar komentar, "Untung dia langsung meninggal."

Di dalam falsafah Jawa, ada juga, 'Datan Serik Lamun Ketaman, Datan Susah Lamun Kelangan' , yang mempunyai makna: Jangan mudah sakit hati ketika musibah menimpa diri, dan jangan sedih ketika kehilangan sesuatu. Apa yang kita miliki sebenarnya adalah milik Tuhan. Kita hanya pemilik sementara yang harus merelakan semua bila Dia mengambil-Nya.

Satu lagi falsafah Jawa, bunyinya 'Urip Iku Urup'.  Hidup itu Nyala. Hidup itu hendaknya memberi manfaat bagi orang lain.

Tiga falsafah Jawa di atas ternyata berjalan sejajar dengan kebenaran Firman Tuhan.

  • Markus 4:22 a Sebab tidak ada sesuatu yang tersembunyi yang tidak akan dinyatakan, dan tidak ada sesuatu rahasia yang tidak akan tersingkap.
  • 1 Korintus 3:23 a 'Tetapi kamu adalah milik Kristus dan Kristus adalah milik Allah.
  • Efesus 5:8  a Memang dahulu kamu adalah kegelapan, tetapi sekarang kamu adalah terang di dalam Tuhan. Sebab itu hiduplah sebagai anak-anak terang.

Mari ceritakan kebaikan-Nya, yang sejak kita lahir hingga saat ini selalu kita terima.

Pemeliharaan-Nya yang selalu kita temukan dalam pasang-surut hidup kita.

Dekapan-Nya yang hangat saat kita kedinginan di perjalanan kehidupan ini.

Teguran-Nya yang penuh kasih tatkala kita lengah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun