Pagi ini saat aku terjaga dari tidur, masih terdengar merdunya guyuran air di atap rumah.
Memberi rasa nikmat di sanubari yang membuatku enggan untuk beranjak dari tempat tidur.
Namun alarm tugas menarikku untuk bangun dan memulai aktivitasku hari ini.
Dinginnya udara menambah nikmat kopi yang kuseduh pagi ini.
Ternyata, tatkala hati kita sejuk, banyak hal biasa bisa seketika menjadi bermakna.
Bahkan burung-burungpun yang  tidak takut dengan basahnya air hujan, tetap mencari beras yang biasa kutaburkan tiap pagi. Dan ketika melihat mereka mencari-cari beras,  akupun segera mengambil segenggam beras untuk mereka.
Segera aku diingatkan untuk tetap rajin berkarya, karena tidak akan sia-sia setiap usaha itu.
Ditengah rintik hujan dengan berbalut jas hujan, bapak pengantar koran tetap dengan rajin mengantarkan koran hari ini. Ya.. tanggung jawab dan tugas tetap harus dilakukan di cuaca yang kurang mendukung.
Seperti halnya juga dengan suami dan anak-anakku. Mereka tetap berangkat kerja dengan penuh semangat. Â Â
   ‘ Terimakasih ya say….’
Karena masih gerimis, akupun  memakai  jas hujan saat mengantar anak ke stasiun dengan motor. Di perjalanan, di pinggir pasar, kulihat seorang bapak becak sedang menikmati sejuknya udara ditengah rintik hujan. Dia duduk diatas becaknya dengan mata terpejam dan terlihat tenang.
O.. nikmatnya hidup ini bila kita bisa mensyukurinya ..…
Sebentar nanti hujan pasti akan reda. Tetes hujan yang tertinggal di selembar daun mengabadikan hujan itu pernah ada. Apa yang sudah kita alami selalu meninggalkan kenangan, baik maupun buruk.
Mari kita ingat kenangan yang baik saja.. dan kenangan yang buruk kita biarkan ikut hanyut terbawa air hujan yang sudah turun. Sehingga kitapun akan bahagia.
Sederhana kan ?
Â
Selamat bahagia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H