Mohon tunggu...
Eva Yulialistina
Eva Yulialistina Mohon Tunggu... -

Jangan sibuk mencari yang sempurna jika ada yang sederhana bisa membahagiakanmu, Menjadi orang yang sukses dunia akhirat itu tujuan hidupku.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cinta Tumbuh di Awal Jumpa

19 Mei 2014   02:10 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:23 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Waktu itu tepatnya bulan April 2006 kita sama-sama kenal, singkat cerita, awalnya saya iseng-iseng untuk jalan keluar rumah dan berniat untuk pergi ke pinggir pantai, karena waktu itu saya lagi sedikit kurang enak hati karena baru saja di bohongi oleh seorang laki-laki yang waktu itu sangat saya cintai, laki-laki yang saya banggakan ternyata hanyalah bermuka dua, diam-diam dia punya wanita lain selain saya. Jelas waktu itu saya sangat kecewa, dan pada akhirnya saya memutuskan untuk pergi meninggalkan dia, karena menurut saya dia bukan laki-laki baik buat saya, memang saya sadari, sulit buat saya untuk melupakannya.
Dan ternyata dibalik semua itu Tuhan berkata lain, ada hikmah di balik kejadian itu, selang beberapa hari saya sempat bertemu dengan laki-laki yang belum saya kenal siapa dia, waktu itu kebetulan kami semobil bareng pas mau ke sekolah, oh iya waktu itu saya masih anak SMA kelas 3.
Kami sempat ngobrol-ngobrol, saling tanya jawab, pokoknya banyak yg kita obrolkan. Dan ternyata dia juga sama-sama baru saja di bohongi oleh pacarnya, karena katanya si pacarnya itu punya laki-laki lain selain dia, saya berkata dalam hati “mungkin ini sudah jodoh dari Tuhan”.
Memang tuhan maha adil, tidak butuh waktu lama buat saya menjalin hubungan dengan dia. Sebulan sudah kita saling kenal, waktu itu tepatnya jam 15.00 WIB saya baru saja selesai mengikuti Bimbel di sekolah, tidak disangka ternyata dia sudah nunggu saya dari tadi, padahal saya tidak nyuruh dia buat nunggu saya, karena saya sama dia belum ada hubungan apa-apa.
Ternyata dia sengaja untuk menjemput saya, dia berniat ngajak saya pulang bareng, dan kebetulan rumah dia sama saya satu arah. Mau tidak mau saya tidak bisa nolak tawaran dia, karena saya yakin dia orang yang baik dan tulus, sedikit pun tidak ada pikiran kalau dia itu laki-laki jahat. Yang ada di pikiran saya hanyalah dia orang yang tulus. Akhirnya saya ikut sama dia, sampai di suatu tempat dia berhenti, dan saya bertanya “kenapa berhenti disini ? bukannya rumah kita masih jauh?”. dia menjawab “iya, kita mampir dulu ya disini, aku yakin kamu belum makan kan? kita makan-makan dulu disini”. Ternyata dia ngajakin saya untuk makan, akhinya kita makan-makan dulu.
Singkat saja, selesai makan tadi dia nanyain masalah pasangan hidup sama saya, saya tidak mengerti kenapa dia tanya soal itu ? dan ternyata diam-diam dia menyukai saya, menyukai kepribadian saya. Tidak butuh waktu lama dia langsung bertanya sama saya “Apa kamu mau jadi pasangan hidupku sekarang dan untuk selamanya”? spontan saya kaget, saya bingung harus berkata apa. Lama saya berfikir, karena saya juga tidak mungkin begitu saja menerima tawaran dia, saya takut hal kemarin terulang lagi, karena saya sendiri masih sangat trauma dengan kejadian kemarin.
Segera saya ngajak dia untuk segera pulang karena hari sudah mulai gelap, saya masih bingung harus berkata apa. Singkat saya sampai di rumah, dan dia langsung pamit untuk pulang. Pas malam harinya ada telephone dari dia, saya bingung angkat apa tidak ? karena saya yakin pasti dia mau menanyakan masalah pertanyaan dia waktu sore tadi. Lama saya biarkan dering hp berbunyi dan akhirnya saya angkat telephone_nya dan benar saja dia menanyakan hal itu. saya bingung dan ragu untuk berkata, akhirnya saya terima tawaran dia dan saya mau mencoba untuk menjalin hubungan dengan dia.
Setahun sudah saya jalan sama dia, Alhamdulillah ternyata dia benar-benar tulus mencintai saya apa adanya. Dia sangat menyayangi saya, dan saya pun sebaliknya, kita saling mencintai, bahkan sampai kita melanjutkan sekolah ke perguruan tinggi hubungan kami masih baik-baik saja. Ada hal yang lebih serius lagi dia, menanyakan masa depan saya, dia berencana mau melamar saya dan sesudah lulus kuliah dia berencana ngajakin saya menikah. Saya kagum, bahagia, air mata bahagia pun menetes, ternyata masih ada lelaki yang tulus untuk mencintai. Singkat kita lulus kuliah dan mempunyai titel Sarjana kami merencanakan untuk pernikahan. Dua tahun berjalan setelah pernikahan kami di karuniai seorang anak yang sangat lucu, dan kami hidup berbahagia.
Semoga cerpen ini menarik untuk di baca. Terima kasih.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun