Notice merupakan langkah pertama yang dilakukan saat inner child yang terluka tiba-tiba menyerang sehingga kita merasakan sensasi tidak nyaman. Dalam hal ini, perasaan yang muncul mesti diakui, diperhatikan, untuk kemudian diidentifikasi.  Kita dapat menggunakan skala 1-10 untuk menentukan seberapa tidak nyamankah rasanya.  Setelahnya, acknowledge diperlukan untuk menamai emosi tersebut, misal sedih, malu, kecewa, marah, dan lain sebagainya.
Langkah ketiga yaitu, make a room. Beri ruang untuk merasakan emosi itu dan jangan terburu-buru mengusirnya. Dan yang keempat, expand awareness dimana kita dapat menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki untuk membantu memberi pemahaman pada inner child agar memperoleh kesadaran bahwa rasa tidak nyaman tersebut hanya bersifat sementara dan setelahnya semua akan baik-baik saja.
Dalam proses reparenting, emotional regulation atau pengaturan emosi merupakan pondasi utama. Kita mesti peka untuk menyadari, mengenali, dan memvalidasi hingga memodifikasi emosi. Saya telah mempraktikkannya pada diri sendiri. Ketika dampak dari inner child yang terluka datang untuk membajak  kehidupan saya sebagai orang dewasa, saya berupaya memberi ruang untuk mendengarkannya, menuliskan emosi yang ia sampaikan, mencari tahu dari mana penyebab emosi itu berasal, lalu memahami bahwa emosi itu memang ada dan nyata, namun tidak akan berlangsung selamanya. Saya membujuk anak kecil dalam diri saya dan menemaninya hingga tenang.
Selain itu, kita juga dapat menekan frekuensi serangan negatif dari inner child dengan berfokus  mempelajari dan melakukan hal yang disukai untuk membantu pertumbuhan dan pengembangan diri. Dalam hal ini saya memilih untuk belajar menulis, merawat tanaman, dan memelihara kucing. Setiap pagi saya menyempatkan untuk menyapa tanaman sirih gading dan monstera yang sengaja saya letakkan di kamar. Saya menanyakan kabar mereka dan bercerita tentang banyak hal. Begitu pun dengan kucing. Hal ini saya lakukan untuk mengaktifkan kembali inner child postif dalam diri saya.  Sesekaali saya juga mengisi waktu dengan mewarnai gambar. Bukan menggunakan buku mewarnai dewasa yang tampaknya rumit, melainkan gambar anak yang lucu dan gampang. Saya senang melihat ketas yang awalnya putih berubah menjadi berwarna-warni.
Apa dengan reparenting ini inner child negatif serta merta berhenti berupaya merecoki hidup saya sebagai orang dewasa? Tentu tidak. Namun, kini saya tidak lagi menolak kehadirannya. Saya justru hadir menemaninya, mendengar keluhannya, memahami traumanya, serta meminta maaf untuk setiap luka yang ia terima. Saya memeluknya erat hingga ia reda, pamit pergi, dan saya tersadar tengah memeluk diri sendiri.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI