Kak Kol mengangkat lensbong macro prosumer. Dengan menggunakan alat itu, telur kupu-kupu yang super kecil dapat terlihat jelas. Peserta antusias melihat telur kupu-kupu. Mengidentifikasi jenisnya, menggambar bentuknya, kemudian menuliskan deskripsinya di lembar pengamatan. Hal yang sama juga dilakukan kelompok yang mendapat sampel ulat dan kupu-kupu.Usai mengisi lembar pengamatan, setiap kelompok maju ke depan untuk mempresentasikan hasil temuannya. Para 'peneliti cilik' itu menutup kelas dengan riang gembira.
"Saya berharap kelak adik-adik ini dapat menjadi peneliti yang hebat," kata Kak Kol sembari mencicipi kudapan sederhana yang ditemani teh manis. Jebolan Institut Pertanian Bogor (ITB) itu mengaku sejak kecil ia telah tertarik pada kupu-kupu. Rasa penasaran di masa kecil itulah yang menuntunnya untuk concern pada insekta bersayap indah itu.
"Untuk itu, saya bertekad berbagi ilmu yang saya punya agar rasa penasaran anak-anak terjawab."
Sebelum meninggalkan TBM Sou Mpelava Kak Kol berpesan, kegiatan mengenalkan hal-hal sederhana yang dekat dengan anak-anak, misalnya kupu-kupu seperti Kelas Literasi Sains ini semestinya lebih gencar dilakukan agar anak-anak makin mencintai alam serta lingkungan sekitar sehingga mereka dapat melakukan aksi konservasi sejak dini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H