John Watson mengemukakan bahwa orangtua terkadang terlalu memusatkan kasih sayang dalam kewenangan mereka.
Biasanya ketika individu lahir ke dunia, lingkungan sosial pertama dan utama yang dirinya temui adalah keluarga. Keluarga juga merupakan unit terkecil dalam suatu masyarakat. Terdiri dari ayah, ibu dan pastinya individu itu sendiri. Anggota keluarga ini saling berinteraksi dalam hubungan jangka panjang. Bentuk interaksi ini yang dilakukan juga berpengaruh dalam membentuk watak, sifat, tingkah laku dan kepribadian anak.
Dalam proses interaksi yang dilakukan, orangtua akan membentuk suatu pola pengasuhan. Namun, tidak semua orangtua memakai pola asuh yang sesuai untuk buah hatinya dan tak jarang pola asuh yang salah bisa berpengaruh buruk pada sang anak. Mengenai pola asuh, Hurlock  membaginya menjadi tiga, yaitu pengasuhan otoriter, demokratis dan permisif. (Makagingge et al., 2019) Pada artikel ini, penulis akan membahas mengenai pola asuh permisif.
Kartono mengungkapkan bahwa orangtua dengan pola asuh permisif biasanya memberikan keleluasaan sepenuhnya dan anak memiliki ijin untuk menentukan keputusannya sendiri atas apa yang ingin dilakukan. Biasanya, orangtua tidak pernah mengarahkan anak atas apa yang baik atau buruk atau yang sebaiknya dilakukan, hingga mengakibatkan tiadanya komunikasi yang terjalin.(Pravitasari, 2012)
Perlu diketahui bahwa pola ini terbagi menjadi dua, yaitu permisif-memanjakan (pemissive-indulgent parenting) dan permisif-tidak peduli (permissive-indifferent parenting). (Santrock, 2018)
Pola asuh permisif memanjakan atau permissive-indulgent parenting adalah pola asuh yang mana orangtua begitu terlibat dengan sang buah hati, tetapi cenderung sangat sedikit sekali dalam pengendalian dan tuntutan. Nantinya, pola ini berkaitan erat dengan ketidakcakapan sosial remaja yang bisa mengakibatkan kurangnya pengendalian diri atau kontrol dalam hidup remaja itu sendiri.
Orangtua dengan sikap permisif ini akan mengijinkan apapun yang anaknya inginkan, sehingga akibatnya sang anak tidak pernah bisa belajar dan tidak bisa mengendalikan atau mengontrol semua hal yang diinginkannya. Dengan pola asuh ini, biasanya orangtua percaya bahwa dengan kombinasi keterlibatan yang hangat dan sedikit batasan mampu menghasilkan anak yang percaya diri, kreatif dan mandiri.
Contoh dari pola asuh ini adalah dengan membiarkan anak membolos ketika pembelajaran di Sekolah dilakukan.
Pola asuh permisif kedua adalah permisif tidak peduli atau permissive-indifferent parenting. Jika pola persmisif pertama orangtua cenderung sedikit sekali pengendalian, berbeda dengan pola permisif kedua yang bahkan orangtua tidak ikut campur dalam kehidupan sang anak. Anak dengan pola asuh ini akan memiliki pengendalian diri yang kurang, tidak cakap dalam sosial dan tidak memiliki batasannya sendiri.