Mohon tunggu...
Eva Sari
Eva Sari Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Eta: Sahabatku Yang Menginspirasi

23 Juni 2016   16:55 Diperbarui: 18 Juli 2016   09:20 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Eta (dok. Tirtasari)
Eta (dok. Tirtasari)
Bagian 3

Sumber: Inspirasi Eta

Nasihat Teman Eta: Turuti Kata Hati

Teman Eta yang selalu Eta dengar nasihatnya, karena nasihatnya selalu mengena di hati. namanya Fiqri. Dia teman satu kelas Eta, ketika kami duduk dikelas dua SMA. Saat itu kami memilih jurusan, kami mengikuti tes, untuk memberi gambaran agar kami bisa memilih jurusan yang tepat. Dari hasil tes itu Eta disarankan untuk memilih jurusan IPA atau IPS, tapi Eta bingung menentukan jurusan yang harus Eta pilih. Eta meminta bantuan orang tua untuk memilih, tapi mereka malah menyerahkan keputusannya kepada Eta. Eta harus bisa memilih sendiri jurusan yang tepat untuk Eta. Eta bingung pada saat itu. Lalu Eta sering mengobrol untuk saling memberi dukungan dengan teman Eta, Fiqri.

Akhirnya, suatu ketika dia bilang begini, “pilihlah jalan yang kamu pengen, yang kamu sukai, yang kamu niat, dan yang kamu mampu. Turuti hati kita sendiri, jangan terlalu tergantung pada orang lain.” Sejak saat itu Eta terus teringat pada apa yang dikatakan teman Eta itu. Kemudian dengan yakin Eta memilih jurusan IPA, sesuai dengan kata hati Eta. Lalu kebingungan terjadi lagi setelah Eta lulus SMA. Eta bingung karena gagal dalam ujian SNMPTN untuk universitas yang Eta inginkan. Eta kembali bertanya pada orangtua Eta. Tetapi, mereka tetap menjawab seperti dulu, “semua sudah jadi keputusan kamu. Kamu harus bisa memilih, karena kamu sudah dewasa untuk memilih.”

Sementara itu teman-teman Eta memberi masukan yang berbeda-beda. Ada yang menyarankan untuk nganggur duku setahun, lalu ikut SBMPTN lagi. Ada juga yang menyarankan untuk memilih dan masuk universitas yang lain, tetapi jurusannya kurang saya senangi. Eta kembali mengunjungi Fiqri untuk menceritakan masalah Eta. Dia bilang, “Ya ingat saja apa yang pernah Fiqri bilang sama kamu. Memang kita harus menghargai masukan dan pendapat orang lain. Tapi, kita juga harus memilih berdasarkan keyakinan kita sendiri, berdasarkan niat kita, keyakinan kita, dan kemampuan kita…” Atas nasihat itu dengan yakin Eta memilih untuk masuk ke universitas tanjungpura, Fakultas Mipa, karena Eta berminat dalam ilmu biologi.


Berdasarkan pengalaman itu, Eta belajar bahwa kita harus menghargai apa pun masukan dan pendapat orang lain. Kita harus memikirkan masukan itu baik-baik, sebagai bekal untuk memilih jalan yang kita tempuh. Namun kita juga harus bisa memilih berdasarkan kata hati dan keyakinan kita, niat kita dan kemampuan kita. Dengan begitu kita akan menjadi pribadi yang mandiri dalam menentukan pilihan hidup dan dalam menghadapi masalah-masalah dalam hidup.

Nasihat Sahabat Eta: Kuncinya Mencicil

Desi tidak pernah lalai mengerjakan tugas. Dia selalu tepat waktu dalam hal apa pun. Shalatnya rajin, puasa Senin-Kamis selalu di laksanakan. Kalau mendapat tugas, dia selalu bisa menyelesaikannya lebih awal. Suatu ketika, seperti biasa menjelang ulangan umum, setiap guru selalu memberi tugas, baik tugas individu maupun kelompok. Ada setumpuk tugas yang semuanya harus dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan. Kami hanya diberi waktu satu minggu untuk menyelesaikan. Dalam menghadapi tugas sebanyak itu Eta sering bingung, mana yang harus dikerjakan lebih dulu. Waktu itu Eta berniat menanyakan tugas pada Desi. Ketika Eta bertanya, ternyata Desi sudah menyelesaikan semua tugasnya. Eta terkejut. Tugas sebanyak itu bisa diselesaikan begitu cepat, padahal Eta tahu kegiatan di sekolah waktu itu padat sekali. Apalagi Desi mengikuti banyak ekskul. Karena itu, Eta ingin tahu dan banyak bertanya pada teman Eta itu, terutama soal cara membagi waktu.

“Si, gimana sih caranya, kok kamu bisa cepat menyelesaikan tugas-tugas? Setiap tugas selalu dapat kamu selesaikan sebelum waktunya. Jadi kelihatannya kamu tenang, tidak ada beban.”

Desi pun menjawab dan sedikit memberi saran kepada Eta, “kalau Desi ngerjainnya dengan cara mencicil. Kalau punya waktu, daripada ngerjaian yang ndak penting, mending nyicil tugas. Jangan tenang-tenang saja karena berpikir waktunya masih lama. Gimana nanti ada tugas lain menyusul? Pasti tugas kita makin numpuk, kan.. ?”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun