"Berpikirlah sebelum bertindak karena etika juga melibatkan pertimbangan terhadap dampak dari tindakanmu."
Menjadi orang tua itu tidaklah mudah. Mendidik, melindungi, mengarahkan, memberikan budi pekerti, karakter yang kelak menjadikan mereka anak yang kuat dan tangguh. Selain itu tentu pola asuh atau parenting yang benar-benar sehat dan membuat anak-anak aman, nyaman, dan merasa terlindungi di dalam keluarga.
Adanya pola asuh yang sehat dapat membantu anak-anak dalam memenuhi kebutuhan fisik dan psikologisnya. Aspek psikologis tidak sekadar memberikan rasa cinta, kasih sayang belaka. Namun, langkah kemampuan anak-anak dalam bersosialisasi dan beretika di dalam masyarakat di sekitarnya..Â
Terlepas dari itu, orang tua harus senantiasa untuk menanamkan nilai etika dan moral kepada anak. Hal ini sangat berguna dalam membentuk karakter anak yang santun dan beretika yang mampu membuat anak terterima di masyarakat dengan baik dan menjadi teladan bagi sesama sepantaran anak.
Prinsipnya bahwa tidak ada seorang anak yang terlahir nakal, Hanya saja ia kurang memahami bahwa memotong pembicaraan, mengorek hidung di depan orang lain, berteriak saat ada tamu di rumah, dan contoh sederhana lainnya itu hal yang perlu diperhatikan untuk etika dan kesopanan. Lalu, siapa yang perlu mengajarkannya? Ya, tentu orang tua sebagai sekolah perdana dan utama.
Tidak Memotong Pembicaraan
Namanya juga anak-anak, kadang suka menyela atau memotong pembicaraan di kala orang tua sedang berbicara dengan orang lain. Ketika dinasihati pun kadang anak menyelanya juga. Ini sebuah hal yang biasa karena anak-anak belum memiliki sikap menunggu bicara setelah lawan bicara selesai berbicara. Namun, hal seperti ini perlu dijelaskan kepada anak karena memotong pembicaraan merupakan bagian dari etika. Alangkah baiknya kita memberikan informasi berbicaralah ketika orang sudah selesai berbicara. Mendengarkan terlebih dahulu baru bereaksi atas pernyataan orang lain.Â
Kembalikan Barang pada Tempatnya