Suster Henricia, sapaan beliau di depan anak-anak sekolah. Suster kelahiran Belanda yang sangat tegas dan berwibawa sebagai pendamping Junita dan kawan-kawannya saat di sekolah. Dianggap sebagai seseorang yang sungguh ikhlas dalam mendampingi pembelajaran di sekolah. Sampai saat ini pun walaupun beliau telah tiada tetapi jejak perjuangan dalam mendidik masih terngiyang jelas dalam benaknya. Serius dan serius, itulah kata beliau saat kami mendapat jatah untuk belajar berbicara di depan cermin.
Sebagai pendidik yang ahli dalam bidangnya, suster selalu menasihati semua anak termasuk Junita kecil untuk selalu rajin belajar dan tidak boleh malas. Supaya lancar berbicara anak-anak tunarungu dilatih teknik pernafasan dari perut, hidung, dan mulut, Latihan tersebut selalu diakhiri dengan kegiatan renang bersama setiap pulang sekolah. Â Itu menjadi jadwal yang ditunggu-tunggu karena asik dan menyenangkan bersama teman-teman.
Selain kegiatan di atas, masih banyak jadwal lain yang menyenangkan juga tentunya. Ada kegiatan seni, olahraga, menari, pianika, merajut, menggambar, bola voli dan basket. Asikkan?
Oya, singkat cerita Junita kecil  akhirnya  naik kelas 4. Oleh kedua orang tuanya, dia direncanakan bersekolah di sekolah umum. Ini menjadi hal yang menyenangkan sekaligus menyedihkan. Ada kecamuk ketakutan nanti kalau di sekolah umum bagaimana dan bisakah mengikuti. Secara sekolah di SLB sangat berbeda dengan sekolah umum. Itulah tantangan awal buatnya untuk menyesuaikan diri lagi bersama teman-teman barunya.  Akhirnya SD Theresiana, di Kampung Kali Semarang menjadi pelabuhan belajarku di kelas 4. Yeah, aku sekolah di Semarang.
Tahun 1993 menjadi momentum resmi Junita kecil memulai pendidikan formal. Awalnya agak minder karena merasa kurang pergaulan. Pelajaran Matematika, Bahasa Indonesia, Bahasa Jawa menjadi mata pelajaran yang awalnya sulit diterima. Namun, lama-kelamaan bisa mengikuti dengan baik dan mendapat nilai yang memuaskan pula.
Puji Tuhan, dengan semangat untuk selalu bisa mengikuti pelajaran di sekolah, di kelas 4 dia masuk peringkat 10 besar. Luar biasa dong sebab dia berbeda dengan teman lainnya. Dia istimewa. Â Eloknya lagi sampai kelas 6 dia bisa mengikuti pelajaran dengan lancar tanpa kendala yang berarti. Semuanya itu tentu karena daya juang yang tinggi dari Junita kecil juga pendampingan dari kedua orang tua serta bapak ibu guru yang perhatian padanya.Â
Ya, semangat, daya juang menjadi langkah awal seseorang untuk dimampukan dalam setiap hal. Maka kita perlu mengolah diri untuk bertanggung jawab dan rela menata diri untuk disiplin belajar. Niscaya, apa yang kita inginkan bisa terdapatkan dengan perjuangan keras dan campur tangan Sang Pencipta.
Pendidik di SMA Sedes Sapientiae Semarang
Sumber: Buku Menaklukkan Dunia Tanpa Suara " The Journey of Grace"
Karya Junita Setiawati Herlambang
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H