Sewaktu saya bertugas di Pilipina (Quezon City), saya pergi ke kantor imigrasi di Manila City, untuk urusan izin tinggal di negara tersebut. Perjalanan ditempuh kurang lebih 1 jam dengan naik bus  sekali perjalanan  dan naik jeepney (mikrolet) sekali juga. Urusan ini harus dilakukan beberapa kali selama beberapa hari. Satu hari dalam perjalanan saya mengalami beberapa kali peristiwa yang langka dilakukan di Indonesia, yaitu di dalam bus yang saya tumpangi, seorang pemuda memberikan tempat duduk bagi yang dianggap lebih tua, atau lemah (orang cacat, ibu hamil dan anak kecil dan lain).
Hari ini, penumpang bus sangat padat, beruntung masih ada 1 kursi untuk saya. Sampai di tempat perhentian bus berikutnya, ada seorang nenek masuk ke dalam bus, tetapi sudah tidak ada tempat duduk baginya. Tiba-tiba, seorang pemuda berdiri dan mempersilakan nenek itu duduk di tempat duduknya. Pemuda tersebut memilih berdiri. Saya sungguh kagum dibuatnya, karena peristiwa semacam ini jarang saya temui di negaraku.
Hari berikutnya saya ke kantor imigrasi lagi, naik bus dan kali ini saya benar-benar tidak mendapat tempat duduk. Penumpang padat sekali. Tiba-tiba saya disentuh seorang gadis dan dia mempersilakan saya duduk di tempat duduknya dan dia berdiri. Saya terharu, oleh sikapnya yang baik dan sopan. Peristiwa ini sering saya jumpai di negara ini. Hingga saya bertanya dalam hati, mengapa ini jarang terjadi di negaraku sendiri? Nampaknya sikap dan perilaku mendahulukan orang lain yang lemah ini sudah menjadi budaya di negara ini.
Ini, saya ada inspirasi untuk melatih kepekaan ini di sekolah saya agar para warga sekolah di SMP Stella Matutina juga memiliki jiwa dan akhlak yang mulia seperti itu.
Memberi tempat duduk bagi orang lain terutama yang sudah tua atau orang yang tidak sempurna secara fisik di bus, kereta api, angkot, di tempat duduk umum, tidaklah mudah untuk zaman sekarang. Orang muda tidak (kurang) peduli lagi terhadap orang tua yang berdiri lama di depannya. Rasa iba dan jiwa yang murah hati sama sekali tumpul apalagi bertumbuh.
Orang tidak peka pada situasi lingkungannya yang membutuhkan pertolongan. Ini sangat memprihatinkan. Karena sejak kecil anak tidak diajari oleh orang tua. Dengan keprihatinan ini, SMP Stella Matutina Salatiga mau melatih warganya untuk memiliki perilaku mendahulukan orang lain terlebih yang lebih tua dan yang lemah atau cacat.
Melatih mendahulukan orang lain daripada kepentinganku adalah salah satu dari pembentukan akhlak mulia yang berkarakter yang bisa menjadi budaya di SMP Stella Matutina Salatiga. Para warga di sekolah dibentuk karakternya sehingga memiliki perasaan yang baik, murah hati, sabar dan rasa iba terhadap orang lain. Beberapa contoh latihan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
Sebelum masuk kelas/ toilet/ ruang kantor/ pintu gerbang sekolah: siswa diajarkan untuk memberikan perhatian dengan memberikan kesempatan orang lain masuk lebih dahulu, supaya tidak berdesak-desakan.
Sebelum duduk di bangku kelas, gang antara meja yang satu dengan yang lain di dalam kelas, hanya bisa dilewati satu orang. Apabila sedang berpapasan dengan arah berlawanan, maka siswa dilatih untuk mengalah, memberi kesempatan orang untuk lewat lebih dahulu.
Saat berpapasan di jalan. Siswa dilatih untuk berhenti sejenak dan memberikan kesempatan orang lain terlebih dahulu lewat.
Latihan mengantre, siswa diajak untuk antre baik di kantin, masuk ruang kelas, masuk kamar mandi dan lain sebagainya. Siswa diajak untuk tidak berebutan tetapi dilatih untuk mengendalikan diri dan mengurangi rasa egoisnya.
Saat hendak duduk bersama orang lain, warga sekolah dilatih untuk mempersilakan tempat duduk bagi yang lain daripada diriku, kepekaan untuk melihat siapa yang belum mendapatkan tempat duduk, atau kursi yang kurang, maka mencarikan kursi lain.
Saat berbicara, warga sekolah dilatih untuk memberi kesempatan orang lain berbicara terlebih dahulu.
Memberikan kesempatan bagi para penyeberang jalan terlebih dahulu, tanpa harus dibantu oleh satpam sekolah.
Praktik mendahulukan orang lain ini sungguh perbuatan yang mulia yang perlu dibangun dalam hidup bersama baik di sekolah dan di masyarakat. Melatih kepekaan untuk menolong orang lain, melatih diri untuk menjadi orang yang murah hati, peka, dan mudah belas kasih kepada sesama yang lemah dan membutuhkan pertolongan. Sekaligus menunjukkan sikap cinta kasih kepada Tuhan dan sesama. Semoga latihan ini dapat menjadi budaya baik di sekolah maupun di luar sekolah. Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â
    Penulis    : Sr. M. Christiana, OSF/ Kepala Sekolah SMP Stella Matutina Salatiga                                               Â
    Editor     : Evaristus Astarka
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H