Penulis: Eva Riana RusdiÂ
Dalam era digital yang serba terkoneksi, definisi perselingkuhan telah mengalami evolusi yang signifikan. Dulu, berselingkuh identik dengan pertemuan fisik dan interaksi langsung. Namun kini, dengan hadirnya media sosial dan berbagai platform komunikasi online, muncul fenomena baru yang kita kenal sebagai "selingkuh online" atau cyber infidelity.
Selingkuh Tanpa Sentuhan Fisik
Pernahkah Anda membayangkan bahwa seseorang bisa berselingkuh tanpa pernah bertemu secara langsung dengan 'selingkuhannya'? Ya, itulah yang terjadi dalam kasus selingkuh online.Â
Melalui chatting yang intens, berbagi foto pribadi, hingga video call yang intim, seseorang bisa membangun hubungan emosional yang dalam dengan orang lain di dunia maya, meski tidak pernah bersentuhan secara fisik.
Mengapa Selingkuh Online Terjadi?
Beberapa faktor yang mendorong terjadinya perselingkuhan online antara lain: kemudahan akses dan anonimitas di dunia maya, kurangnya komunikasi dalam hubungan yang ada, rasa bosan dan keinginan mencari 'pelarian', curiosity dan fantasi akan hubungan baru dan minimnya risiko tertangkap dibanding perselingkuhan konvensional
Meski terjadi di dunia maya, dampak selingkuh online tak kalah menyakitkan dibanding perselingkuhan konvensional. Pengkhianatan emosional bisa sama merusaknya dengan pengkhianatan fisik.Â
Korban seringkali mengalami trauma dan trust issues, penurunan self-esteem, kecemasan berlebihan, obsesi mengecek gadget pasangan dan rusaknya fondasi kepercayaan dalam hubungan
Beberapa red flags yang perlu diwaspadai ketika pasangan telah menunjukan perubahan dalam beberapa sikap dan tingkah laku, diantaranya: tiba-tiba protektif dengan gadgetnya, sering chatting hingga larut malam, perubahan password media sosial secara mendadak, menjauh secara emosional dan berkurangnya intimasi dalam hubungan
Untuk mencegah dan mengatasi terjadinya selingkuh online, pasangan perlu membangun komunikasi yang terbuka dan jujur, menetapkan boundaries yang jelas dalam penggunaan media sosial, meluangkan quality time bersama, menyadari bahwa keintiman online juga adalah bentuk pengkhianatan dan mencari konseling bila diperlukan
Refleksi di Era Digital
Di tengah kemudahan teknologi, kita perlu menyadari bahwa komitmen dan kesetiaan bukan hanya soal fisik, tapi juga emosional. Kehadiran media sosial seharusnya memperkuat hubungan dengan pasangan, bukan malah menjadi wadah untuk mencari 'pelarian'.
Pada akhirnya, menjaga keharmonisan hubungan di era digital membutuhkan kesadaran dan komitmen yang lebih tinggi. Karena godaan untuk berselingkuh kini bisa datang hanya dengan sekali klik, namun dampaknya bisa menghancurkan hubungan yang telah dibangun bertahun-tahun.
Mari bijak dalam menggunakan teknologi dan tetap menjaga kesetiaan, baik di dunia nyata maupun maya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H