Mohon tunggu...
Eva Rahayu
Eva Rahayu Mohon Tunggu... Lainnya - WIZ.AI

I'm a results driven individual who finds creative and efficient ways to achieve marketing objectives & sales target by deep diving into data. I've a penchant for technology and customer lifecycle, crafting a compelling narrative and amplifying value propositions in the products that I market.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Revolusi Industri 4.0: Otomasi Bisnis Lewat Kecerdasan Buatan

20 Agustus 2021   10:22 Diperbarui: 20 Agustus 2021   11:09 346
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Percepatan revolusi industri diperkirakan akan meningkat drastis dalam beberapa tahun kedepan. Otomasi pada segmen-segmen kunci proses produksi sangat penting dalam meningkatkatkan efisiensi sekaligus menjaga kompetisi ekonomi. Teknologi terdepan seperti Kecerdasan Buatan (A.I.) juga makin populer di kalangan pelaku industri yang menggunakan solusi teknologi untuk memenuhi kebutuhan bisnis mereka. Meningkatnya adopsi solusi AI pada 2 tahun terakhir ini terjadi karena dua hal yaitu; Lockdown saat pandemi Covid-19, dan kebutuhan untuk terus menjadi lebih efisien. Saat perkantoran tutup dan sebagian besar orang harus work from home (WFH), otomasi menjadi solusi untuk kurangnya tenaga kerja, yang mengakibatkan peningkatan permintaan yang substansial terhadap teknologi berbasis AI. Misalnya pada call center, AI dapat mengotomasi panggilan telepon inbound dan outbound yang menggunakan telemarketing. Terlebih lagi dengan adanya sistem Talkbot yang dibuat dengan teknologi Natural Language Processing dan Machine Learning yang sudah. Kedua teknologi ini memberikan kemampuan Talkbot untuk menangani peningkatan volume telepon secara mendadak. sekaligus juga meningkatkan kesempatan perusahaan untuk menjangkau lebih banyak pelanggan

Lalu apa saja aspek-aspek bisnis dalam cakupan customer service dan call center yang dapat diotomasi?

1. Pekerjaan yang sifatnya repetitif

Sumber: Freepik.com
Sumber: Freepik.com

Salah satu kesulitan dalam usaha customer service atau pada call center yang sering dihadapi adalah pekerjaan simpel yang selalu diulang-ulang. Pekerjaan-pekerjaan tersebut sangat penting, namun waktu dan tenaga yang terbuang jika menggunakan tenaga manusia akan sangat sia-sia. Contohnya saja pada industri kesehatan. Ketika pelanggan melakukan janji dengan rumah sakit, atau klinik sering kali mereka lupa atau bahkan membatalkan janji mendadak sebelum waktu pertemuan. Untuk memastikan pelanggan tidak melewatkan janji pertemuan, staff administrasi harus meluangkan banyak waktu hanya untuk menelepon pelanggan dan mengingatkan mereka agar tidak melewatkan atau membatalkan pertemuan di saat-saat terakhir. Pekerjaan seperti konfirmasi janji, dan panggilan untuk mengingatkan janji pertemuan adalah pekerjaan yang mempunyai alur yang pasti dan dapat dengan mudah diotomasi dengan Talkbot. 

Dengan membangun alur percakapan yang intuitif dan berdasarkan percakapan dengan pengguna, Talkbot dapat dengan mudah melakukan pekerjaan ini. Dengan menggunakan Teknologi Talkbot, waktu yang dibutuhkan untuk mengkonfirmasi janji pertemuan secara signifikan dapat dikurangi karena Talkbot dapat menangani beberapa penelepon sekaligus. Selain itu, maksud dari penelepon (terkait apakah mereka dapat menghadiri pertemuan) akan secara otomatis disimpan di dalam sistem, sehingga dapat mengurangi kebutuhan administrasi. Disisi lain, masalah dapat timbul ketika pelanggan tidak menjawab panggilan telepon. Jika hal seperti ini terjadi sistem AI Talkbot dapat langsung menjadwalkan waktu untuk melakukan panggilan pada masa mendatang. 

Dengan tingkat human error yang minimal. perusahaan dapat memastikan seluruh pelanggan yang ada di daftar telepon akan dihubungi. Pada kasus-kasus tertentu di mana pelanggan membutuhkan bantuan yang unik dan spesifik, serta membutuhkan bantuan dari agen spesialis, Talkbot dapat mengalihkan panggilan ke departemen terkait. 

2. Telemarketing

Sumber: Freepik.com
Sumber: Freepik.com

Menurut Deloitte, komunikasi lewat suara masih lebih disukai ketimbang email atau chat text terutama pada percakapan yang kompleks. Telemarketing atau yang juga biasa dikenal dengan cold calls merupakan salah satu pekerjaan yang sifatnya repetitif dan bisa dibilang lugas. Setiap pelanggan yang ditelepon biasanya memiliki tiga motif yakni; (1) Tertarik, (2) Tidak Tertarik, atau (3) Belum pasti. Jika motif pelanggan adalah pilihan nomor 2 dan 3, Talkbot dapat didesain untuk menjadi lebih persuasif, sesuai dengan best practice yang dilakukan oleh agen call center. Paling tidak, Talkbot akan memberikan informasi yang mudah diingat oleh pelanggan. Informasi ini dapat diberikan pada akhir panggilan telepon atau, melalui pesan teks. Jadi, jika sang pelanggan berubah pikiran, mereka tahu di mana mereka dapat melihat informasi lebih lanjut. 

Cold calling terkadang bisa menjadi suatu aktivitas memuakan yang memakan banyak waktu jika dilakukan secara manual. Karena itu, perlu dilakukan segmentasi pelanggan untuk memastikan setiap panggilan secara ditargetkan pada pelanggan yang tepat untuk memaksimalkan tingkat konversi. Untuk melakukan hal ini, pencatatan atau transkripsi panggilan merupakan hal yang perlu dilakukan, walaupun sangat sulit. Dengan Talkbot percakapan, dan teknologi speech-to-text, pencatatan dan transkripsi panggilan dapat dilakukan secara otomatis, sehingga dapat dengan mudah dianalisis. Hal ini bukan hanya menghasilkan pengetahuan pasar yang berharga, tetapi juga dapat digunakan untuk memperbaiki skrip panggilan telepon. Lebih dari itu, karena Talkbot adalah mesin komputer, proses pembelajaran bukan lagi menjadi masalah. Setiap update atau perubahan dapat dilakukan secara instan, dan tidak ada waktu yang terbuang saat menutup penjualan. Talkbot dapat melakukan panggilan pada waktu yang tepat dan memanfaatkan kesempatan dengan baik.  Itulah cara paling ideal untuk menarik hati pelanggan. 

3. Panggilan Telepon yang Membutuhkan Usaha Emotional Labor yang Besar

Sumber: Pixbay.com
Sumber: Pixbay.com

Pernah dengar istilah Emotional Labor? Emotional Labor adalah proses mengelola emosi anda dalam melakukan suatu pekerjaan. Contohnya saja ketika anda harus menyemangati diri anda untuk mengangkat telepon dari pelanggan, walaupun anda sudah menjawab telepon selama  3 jam, atau baru saja berbincang dengan pelanggan yang tidak menyenangkan. Hal seperti ini memberikan beban emosional yang berat kepada agen, yang nantinya akan mempengaruhi performa agen tersebut dalam jangka panjang. Perlu diingat bahwa pegawai adalah aspek penting perusahaan terutama dalam berkomunikasi dengan pelanggan. Untuk itu, menjaga kesehatan emosional pegawai adalah salah satu perhatian utama perusahaan. 

Dengan menggunakan Talkbot untuk menangani panggilan telepon yang sulit, memberikan kesempatan untuk agen memonitor panggilan, dan mengintervensi ketika dibutuhkan. Selain itu, karena Talkbot dapat menjaga intonasi secara konsisten, pelanggan juga akan merasa lebih puas karena mereka tidak berbicara dengan agen call center yang sedang lelah, yang mungkin terdengar kasar atau tidak sopan. Terlebih lagi jika pelanggan sedang merasa frustrasi.

Jika dilihat, otomasi berbasis AI merupakan pilihan terbaik dalam meningkatkan efisiensi biaya dan optimasi pekerjaan. Jadi, mulailah berinvestasi pada solusi berbasis teknologi AI untuk meningkatkan kesuksesan bisnis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun