“Ibraaa aku gak jadi pindah sekolah.” Kata Rina kegirangan.
“Loh iya ta? Alhamdulillah. Ya udah mulai besok kita bisa berangkat sekolah bareng dan kita bisa belajar bareng. Dan mulai sekarang kamu jangan sedih lagi ya Rin karena kamu sekarang udah punya teman.” Kata Ibra sambil mencubit pipi Rina.
“Terimakasih untuk segalanya ya Bra. Kamu memang satu-satunya teman yang aku punya. Dan aku jadi terharu nih.” Kata Rina.
“Haha kamu itu lebay banget. Ternyata dibalik sikap cuek kamu, kamu itu anaknya punya hati lembut ya.” Kata Ibra yang memuji Rina.
“Yaiyalah Rina gituloh. Bra kok aku baru sadar ya kalau setiap aku ada di dekatmu rasanya kayak terhipnotis gitu.” Kata Rina.
“Terhipnotis kayak gimana Rin?” Kata Ibra.
“Ya setiap aku deket kamu, pingin gitu rasanya kalau jadi kamu. Kamu itu anak yang pinter, berkerja keras, rajin pula.” Kata Rina.
“Ah biasa aja Rin. Kamu itu orang mesti suka muji orang.” Kata Ibra.
“Enggak Bra beneran. Bra mulai sekarang kamu mau gak jadi sahabat aku. Sahabat yang mengerti aku, menemani aku disaat susah maupun senang.” Kata Rina.
“Iya Rin aku mau. Aku janji aku bakalan nemani kamu.” Kata Ibra.
Akhirnya mereka bersahabatan. Dan dari pergaulannya bersama Ibra, Rina menjadi termotivasi dengan sikap dan perilaku Ibra dimana Ibra adalah anak yang rajin, bekerja keras dan pintar.