Selain dari itu, yang menjadi masalah dalam penanganan pasien skizofrenia adalah banyak pasien yang kurang memiliki insight atas gangguannya sehingga melokak semua proses terapi yang diberikan ( Amador dkk., 1994).
Sebelum masuk kepada bagaimana proses terapi, penting untuk diketahui bahwa ketepatan suatu terapi tergantung pada tahap penyakit pasien, jika pasien masuk kedalam pasien akut maka pelatihan keterampilan sosial ataupun intervensi lain tidak mungkin akan berhasil mengingat kondisi pasien yang benar-benar terganggu dimana pasien tidak mampu untuk berkonsentrasi dengan apa yang dikatakan oleh terapis sehingga pasien memerlukan pengobatan psikoaktif terlebih dahulu, setelah pasien mulai membaik maka intervensi psikologis dapat dilakukan secara bertahap dan dosis obat pun dapat dikurangi seiring pasien mulai mengurangi stress yang memicu munculnya simptom ( Kopelwiczm Liberman & Zarate, 2002).
Berikut akan dipaparkan bentuk terapi untuk pasien skizofrenia, terdiri dari dua penanganan yaitu biologis dan psikologis.Â
Penanganan Biologis
- Terapi Kejut dan Psychosurgery, sejarah munculnya terapi ini bermula pada awal tahun 1930 an dimana praktik dengan memberikan insulin dalam dosis yang tinggi sehingga menimbulkan koma, dan terdapat temuan lainnya yang kurang lebih sama yang pada akhirnya dianggap tidak efektif karena bisa menimbulkan pasien koma bahkan kematian. kemudian pada tahun 1935, seorang psikiater berkebangsaan portugis bernama Moniz memperkenalkan lobotomi prefrontalis yang kemudian disebut psychosurgery yang ternyata tidak hanya pasien skizofrenia saja yang ditangani dengan metode ini, prosedur yang dilakukan dengan cara melakukan pembedahan yang membuang bagian-bagian yang menghubungkan lobus frontalis dengan pusat otak bagian bawah dengan tujuan mengurangi perilaku agresif, namun metode ini pun pada beberapa tahun kemudiannya mendapat reputasi yang buruk pula karena beberapa alasan dan akhirnya ditinggalkan.
- Terapi Obat, terapi obat dipercaya mampu mengurangi berbagai ekses nehavioral dan emosional pada banyak pasien sehingga pada tahun 1950 an terdapat obat-obat antipsikotik atau neuroleptik yang menimbulkan efek samping yang sama dengan penyakit neurologis. Terapi obat ada obat-obatan antipsikotik tradisional dan terapi obat terbaru, yang intinya adalah bahwa obat-obatan antipsikotik merupakan bagian yang tidak dapat dihapuskan mengingat keberhasilan klozapin, olanzapin dan risperidon yang mendorong upaya berkesinambungan untuk menangani pasien skizofrenia, dan obat-obatan lainnya yang terus dikembangkan.Â
Penanganan Psikologis
- Terapi Psikodinamika, bapak psikoanalisa freud  tidak banyak memberikan sumbangan terkait pasien skizofrenia baik dalam bentuk praktis ataupun artikelnya, ia berpendapat bahwa pasien ini tidak mampu mengembangkan hubungan interpersonal terbuka yang penting untuk analisis. Namun Harry Stack Sullivan mempelopori penggunaan psikoterapi untuk pasien skizofrenia  dengan membangun sebuah bangsal di Rumah Sakit Sheppard dan Enoch Pratt di Towson, Maryland pada tahun 1923 dan melakukan penangan psikologis yang dianggap berhasil. Sullivan merekomendasikan jika melakukan terapi duduk agak disampin terlebih dahulu un tuk menghindari kontak mata mengingat hal tersbut terlalu menakutkan untuk awal-awal, namun jika pasien sudah percaya bisa bertahap untuk mendorong pasien mengkaji hubungan interpersonalnya. Selanjutnya da Gromm Reichmann seorang psikiater berkabangsaan jerman yang membantu mengembangkan berbagai jenis psikoanalisis sebagai penanganan utama skozofrenia. Namun pada akhirnya metode ini hanya bisa digunakan untuk pasien ringan, untuk pasien aktif sangatlah tidak efektif mengingat simtom yang dikeluarkannya begitu menakutkan dan berbahaya.Â
- Pelatihan Keterampilan Sosial, tujuan pelatihan ini adalah untuk melatih kemampuan bersosialisasi pasien dalam kehidupan sehari-harinya. Kombinasi bermain peran, modelling dan penguatan positif menghasilkan perbaikan yang signifikan pada pasien, bahkan terjadi generalisasi yang tidak dilatih sebelumnya, studi ini mengindikasikan bahwa pasien dengan gangguan yang parah dapat diajari perilaku sosial baru yang membantu mereka nerperilaku lebih baik, timgkat kekambuhan berkurang dan kualitas hidup yang lebih tinggi ( Kopelowicz dkk., 2002).
- Terapi Keluarga dan Mengurangi Emosi, terapi ini dilakukan kepada keluarga pasien dengan tujuan dapat saling membantu dan memahami kondisi pasien untuk meminimalisir kekambuhan terjadi, edukasi yang disampaikan terapis kepada keluarga meliputi : edukasi tentang skizofrenia yaitu kerentanan biologis dan berbagai masalah kognitif yang melekat pada pasien, informasi tentang pemantauan bebagai efek pengobatan antipsikotik, menghindari saling menyalahkan, memperbaiki cara komunikasi dan keterampilan penyelesaian masalah dalam keluarga, mendorong pasien dan keluarga untuk memperluas kontak sosialnya dan menanamkan harapan bahwa pasien akan lebih baik dan bisa untuk tidak kembali dirawat.
- Terapi Kognitif-Behavioral, Sebelumnya diasumsikan bahwa pasien skizofrenia tidak akan efektif jika mencoba mengubah dengan berbagai distorsi kognitif seperti halnya delusi, namun pada realitasnya suatu literatur klinis dan eksperimental saat i ni menunjukan bahwa berbagai keyakinan maladaptif pada beberapa pasien dapat diubah dengan berbagai intervensi kognitif behavioral ( Garety, Fowler & Kuipers, 2000).Â
- Terapi Personal ( Personal Therapy), terapi ini menurut Hogarty dkk adalah suatu pendekatan kognitif behavioral berspektrum luas terhadap masalah yang dialami para pasien diluar rumah sakit. Penurunan jumlah reaksi emosi anggota keluarga dapat menurunkan tingkat kekambuhan pasien. selain itu, para psien diajarkan mempelajari kekambuhan walaupun itu kecil, pasien juga sering diajari relaksasi otot sebagai alat bantu untuk mengatasi kecemasan. Fokus terapi ini terletak pada psien sebagai individu bukan terhadap keluarga yang tujuannya mengajarkan coping internal pada pasien.
- Terapi Reatribusi ( Reatribution Therapy), Terapi ini dilakukan melalui  diskusi kolaboratif dan beberapa pasien dibantu untuk memberikan makna nonpsikotik terhadap berbagai simtom paranoid sehingga mengurangi intensitas dan karakteristiknya yang berbahaya, sama dengan yang dilakukan oleh Beck untuk depresi dan Barlow terhadap gangguan panik ( Beck & Rector, 2000; Drury dkk., 1996; Haddock dkk., 1998).Â
- Mengamati Fungsi-Fungsi Kognitif Dasar, dalam hal ini yang diamati adalah fungsi-fungsi yang harapannya dapat diperbaiki sehingga dapat mempengaruhi perilaku secara positif, pendekatana ini berkonsentrasi pada upaya menormalkan fungsi-fungsi kognitif yang fundamental seperti perhatian dan memori yang diketahui melemah pada pasien skizofrenia ( a.l., Green, 1993) dan berhubungan dengan adaptasi sosial yang buruk ( Green, 1996; Green, Kern, Braff & Mintz, 2000).Â
Salam  Bahagia..
Mozaik Psikologi..
DAFTAR PUSTAKA
Chaplin, J.P. (2011). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Davison, D.C., Neale, J.M., Kring, A.M. ( 2012). Psikologi Abnormal. Jakarta : Rajawali Press.Â