Mohon tunggu...
EVA NURHARYATI
EVA NURHARYATI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tidak ada kata gagal dalam hidup ini, kecuali saat kamu menyerah menghadapi cobaan.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kontribusi IQ, EQ dan SQ dalam pemaksimalan psikologi pendidikan

9 November 2024   14:26 Diperbarui: 9 November 2024   14:29 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Daniel Goleman (1999), salah seorang yang mempopulerkan jenis kecerdasan manusia lainnya yang dianggap sebagai faktor penting yang dapat mempengaruhi terhadap prestasi seseorang, yakni Kecerdasan Emosional, yang kemudian kita mengenalnya dengan sebutan Emotional Quotient (EQ). Goleman mengemukakan bahwa kecerdasan emosi merujuk pada kemampuan mengenali perasaan kita sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain.

Menurut penulis sesungguhnya penggunaan istilah EQ ini tidaklah sepenuhnya tepat dan berkesan stereotype (latah) mengikuti popularitas IQ yang lebih dulu dikenal orang. Penggunaan konsep Quotient dalam EQ belum begitu jelas perumusannya. Berbeda dengan IQ, pengertian Quotient disana sangat jelas menunjuk kepada hasil bagi antara usia mental (mental age) yang dihasilkan melalui pengukuran psikologis yang ketat dengan usia kalender (chronological age).Berbeda dengan kecerdasan intelektual (IQ) yang cenderung bersifat permanen, kecakapan emosional (EQ) justru lebih mungkin untuk dipelajari dan dimodifikasi kapan saja dan oleh siapa saja yang berkeinginan untuk meraih sukses atau prestasi hidup.

Berkembangnya pemikiran tentang kecerdasan emosional (EQ) dan kecerdasan spiritual (SQ)menjadikan rumusan dan makna tentang kecerdasan semakin lebih luas. Kecerdasan tidak lagi ditafsirkan secara tunggal dalam batasan intelektual saja. Menurut Gardner bahwa "salah besar bila kita mengasumsikan bahwa IQ adalah suatu entitas tunggal yang tetap, yang bisa diukur dengan tes menggunakan pensil dan kertas". 

Integrasi IQ, EQ dan SQ

Dengan mengintegrasikan IQ, EQ, dan SQ, seseorang akan menjadi individu yang lebih berdaya, berpikir holistik, serta memiliki kualitas kepemimpinan yang baik. Pengembangan ketiga aspek kecerdasan ini akan membantu seseorang untuk menyelesaikan masalah secara efektif, mampu berinteraksi dengan baik dengan orang lain, dan menjalani hidup dengan penuh makna serta keberanian dalam menghadapi tantangan.

Oleh karena itu, penting bagi setiap individu untuk terus mengasah dan mengembangkan IQ, EQ, dan SQ mereka agar dapat mencapai kesuksesan dalam berbagai aspek kehidupan. Dengan memiliki keseimbangan ketiga aspek kecerdasan ini, seseorang dapat meraih kebahagiaan, kesejahteraan, dan makna hidup yang lebih dalam.IQ, EQ, dan SQ memiliki peran yang seimbang dan saling melengkapi dalam membentuk kepribadian dan kesuksesan seseorang dalam kehidupan sehari-hari.

Berpikir dengan Emosi

Berpikir adalah sebuah proses mental yang melibatkan analisis, sintesis, serta evaluasi informasi. Proses ini membantu kita memahami dunia, membuat keputusan, serta merencanakan masa depan. Sebaliknya, emosi adalah respons psikologis yang muncul sebagai reaksi terhadap pengalaman-pengalaman tertentu, seperti perasaan senang, sedih, marah, atau cemas. Emosi memainkan peran penting dalam mempengaruhi perilaku dan sering kali dapat memperkuat atau menghambat kemampuan berpikir kita. Misalnya, seseorang yang sedang mengalami duka karena kehilangan orang terkasih mungkin mengalami kesulitan untuk berkonsentrasi dan membuat keputusan.

Spiritualitas

Dalam konteks yang lebih luas, spiritualitas tidak hanya merujuk pada tindakan-tindakan luar seperti partisipasi dalam ritual keagamaan atau kebiasaan tertentu, melainkan mencakup sikap batin dan semangat yang tulus. Pengertian spiritualitas sebagai dorongan batin menunjukkan bahwa ini bukan sekadar rutinitas yang dilakukan tanpa makna, melainkan kekuatan yang mendorong seseorang untuk hidup dengan kesadaran penuh, menghayati nilai-nilai hidup yang lebih dalam, dan berusaha mencapai keseimbangan serta hubungan yang lebih erat dengan diri sendiri dan alam semesta. Spiritualitas, dengan demikian, adalah kekuatan batin yang memberi makna lebih pada tindakan kita, membawa semangat dan kesungguhan dalam kehidupan sehari-hari, bukan hanya sekadar menjalani ritual tanpa pemahaman yang mendalam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun