Mohon tunggu...
EVA NURHARYATI
EVA NURHARYATI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tidak ada kata gagal dalam hidup ini, kecuali saat kamu menyerah menghadapi cobaan.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Teori Belajar Kognitif, Metakognitif, dan Pendekatan Konstruktivme

9 November 2024   12:59 Diperbarui: 9 November 2024   13:10 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

menurut Santrock kognitif adalah cara berpikir mengacu pada aktivitas mental tentang bagaimana informasi masuk ke dalam pikiran, disimpan dan diubah, serta diingat dan digunakan dalam aktivitas kompleks seperti berpikir.

Teori Belajar Kognitif

Piaget mengatakan  kemampuan belajar individu dipengaruhi oleh tahap perkembangan pribadi serta perubahan umur individu, pertumbuhan kapasitas mental memberikan kemampuan-kemampuan mental baru yang sebelumnya tidak ada.

Discovery Learning Bruner

Discovery Learning adalah memahami konsep, arti, dan hubungan melalui proses intuitif (yang disesuiakan dengan kemampuan masing-masing) untuk akhirnya sampai kepada sesuatu kesimpulan.

Implikasi Teori Belajar Kognitif dalam Proses Pembelajaran dan Pengajaran

  • Pembelajaran Berpusat pada Siswa (siswa berfikir secara aktif)

  • Pengembangan Keterampilan Berpikir Kritis (mendorong siswa untuk bertanya, menganalisis, dan mengevaluasi informasi. Diskusi, debat, dan pemecahan masalah)

  • Penggunaan Konstruksi Pengetahuan (mengembangkan pemahaman mereka sendiri melalui pengalaman langsung)

  • Penggunaan Teknologi dan Media (penggunaan simulasi komputer, video pembelajaran, dan permainan)

Tahap Perkembangan Kognitif

  • Tahap Sensor Motorik

Perkembangan kognitif pada usia 0-2 tahun disebut tahap Sensori Motorik, karena anak

belajar melalui panca indera, seperti mengisap, meraba, melihat, dan mendengar.

  • Tahap Pra Operasional

Pada tahap perkembangan kognitif usia 2-7 tahun, anak mulai berpikir simbolis, menggunakan kata- kata, gambar, dan imajinasi untuk memahami dunia.

  • Tahap Operasional Konkert

Pada tahap operasional konkret (usia 7-11 tahun), anak mulai berpikir lebih logis dan sistematis, namun pemikiran mereka masih terikat pada hal- hal konkret. Anak memahami konsep konservasi, yaitu bahwa kuantitas suatu benda tetap sama meskipun penampilannya berubah.

  • Tahap Operasional Formal

Tahap operasi formal ada pada rentang usia 11 tahun keatas. Pada fase ini dikenal juga dengan masa remaja. Remaja berpikir dengan cara lebih abstrak, logis, dan lebih idealistic.

Hubungan Kognitif dengan Tingkah Laku dan Hasil Belajar

Aspek kognitif, tingkah laku, dan hasil belajar saling berhubungan erat dalam pembelajaran Kognitif adalah proses berpikir, seperti memahami dan mengingat informasi, yang membantu siswa menyerap dan memproses pengetahuan. Tingkah laku adalah respons yang terliha selama belajar, seperti aktif bertanya atau terlibat dalam diskusi, dan ini dipengaruhi oleh pengulangan, penghargaan, atau hukuman. Hasil belajar adalah perubahan yang terjadi setelah pembelajaran, seperti peningkatan pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Ketiga aspek ini saling mempengaruhi. Pemahaman kognitif yang baik akan menciptakan tingkah laku belajar yang positif, seperti aktif bertanya dan terlibat dalam diskusi. Sebaliknya, tingkah laku yang terarah akan memperkuat proses kognitif sehingga siswa dapat mencapai hasil belajar yang optimal. Oleh karena itu, proses pembelajaran yang berhasil perlu memperhatikan keseimbangan antara pengembangan kognitif, perilaku yang baik, dan evaluasi hasil belajar yang tepat.

Metakognisi adalah kesadaran seseorang tentang cara ia belajar, termasuk kemampuannya menilai kesulitan, memahami tingkat pemahaman, dan mengevaluasi kemajuan belajarnya. Metakognisi terdiri dari tiga jenis pengetahuan menurut Flavell (1979) dan Pintrich (2002): pengetahuan tentang strategi, tugas kognitif, dan pengetahuan diri. Pengembangan kemampuan metakognitif penting agar siswa dapat meningkatkan efektivitas belajarnya dengan menyadari kekuatan dan kelemahan, serta menyesuaikan strategi belajar sesuai kebutuhan. Guru berperan memberikan kesempatan refleksi agar siswa lebih menyadari proses belajarnya.

Penerapan Metakognitif dan Belajar

Penerapan metakognitif dalam pembelajaran membantu siswa mengontrol dan memahami proses berpikir mereka, sehingga mereka dapat belajar lebih mandiri dan efektif. Proses ini melibatkan tiga langkah utama: perencanaan tujuan belajar, pemantauan efektivitas strategi belajar, dan evaluasi hasil belajar. Dengan penerapan metakognitif, siswa dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis, motivasi, kemandirian, dan tanggung jawab dalam belajar. Selain itu, metakognitif juga sangat relevan dalam pembelajaran berbasis masalah, membantu siswa merumuskan, merencanakan, dan menilai solusi untuk masalah yang dihadapi.

sebuah teori pembelajaran yang menekankan bahwa pengetahuan dibangun oleh individu berdasarkan interaksi mereka dengan lingkungan dan pengalaman mereka sendiri.

Konstruktivisme Individual dan Prinsip dasar konstruktivisme: Sosial (Vygotsky)

Konstruktivisme Individual

Pendekatan ini lebih berfokus pada proses mental individu dalam membangun pengetahuan. Konstruktivisme Sosial (Vygotsky) menekankan bahwa pengetahuan dibangun terutama melalui interaksi sosial dan budaya.

Proses Mengkonstruksi Pengetahuan dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya

1. Eksplorasi dan Pengalaman Langsung

Individu berinteraksi dengan lingkungan fisik atau sosial. Pengalaman nyata ini menjadi dasar bagi proses pembelajaran. Melalui interaksi, individu mulai mengamati, mengidentifikasi pola, dan menemukan fenomena baru yang merangsang proses berpikir.

2. Integrasi dengan Pengetahuan yang Sudah Ada

Informasi baru yang diperoleh akan dibandingkan dan dikaitkan dengan skema atau pengetahuan sebelumnya yang telah ada di dalam pikiran individu. Proses ini disebut asimilasi, di mana informasi baru digabungkan dengan pemahaman yang sudah ada.

3. Pembentukan Skema Baru atau Modifikasi

4. Refleksi dan Penyempurnaan Pemahaman

Setelah asimilasi atau akomodasi, individu akan merefleksikan apa yang telah dipelajari, mempertimbangkan apakah pemahaman barunya konsisten dengan fakta atau pengalaman, dan apakah perlu revisi lebih lanjut.

5. Kolaborasi dan Diskusi

Proses pengetahuan juga diperkuat melalui interaksi sosial. Dalam diskusi atau kerja kelompok, individu dapat bertukar ide, menerima umpan balik, dan mempertimbangkan perspektif yang berbeda, yang memperdalam dan memperluas pemahaman mereka.

6. Aplikasi dan Pengujian Pengetahuan

Pengetahuan yang telah dibentuk kemudian diuji dalam situasi nyata. Pengujian ini memungkinkan individu untuk memvalidasi pemahaman mereka atau mengidentifikasi area yang memerlukan perbaikan lebih lanjut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun