Mohon tunggu...
Eva Nurdin
Eva Nurdin Mohon Tunggu... Lainnya - Recent public administration graduate

Travel and Book Enthusiast @__sunflawless.reads

Selanjutnya

Tutup

Diary

Menjadi Wanita Ekstrovert Rupanya Ancaman?

12 Agustus 2023   01:53 Diperbarui: 12 Agustus 2023   02:20 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Halo teman kompasiana! Kali ini aku ingin membagikan sedikit kisah tentang kehidupan sebagai wanita berkepribadian ekstrovert. Nah, bagi yang belum tahu, aku merasa paling hidup dan bersemangat ketika berada di tengah kerumunan orang banyak. Interaksi sosial adalah sumber energi bagiku, dan menjalin hubungan adalah hal yang kujalani dengan senang hati.

1. Pertemanan Mudah Terjalin

Beruntungnya memiliki sifat ekstrovert adalah mampu dengan mudah menemukan teman. Aku punya banyak teman dengan latar belakang beragam, dan di mana pun aku pergi, pasti ada teman baru yang menunggu. Keterampilanku membangun hubungan membuat hidupku menjadi seru dan berwarna.

2. Salah Sangka

Sikap ramah dan periang seringkali membuat orang lain merasa nyaman di sekitarku. Namun, seperti yang sering kita dengar, ada sisi gelap dalam segala hal. Aku pernah mendengar satu kata yang membuatku cukup terpukul, "gampangan." Kata itu pernah melekat dan membuatku merasa kurang dihargai. Seiring berjalannya waktu, aku belajar untuk tak membiarkan kata-kata itu merusak semangatku.

3. Dampak pada Hubungan Asmara

Tak hanya di pertemanan, kepribadianku nyatanya  juga berpengaruh pada hubungan asmara. Kekasihku kala itu, memiliki kepribadian cenderung introvert, merasa sedikit canggung dengan banyaknya teman di sekitarku. Ini sempat merusak kenyamanan hubungan kami dan menciptakan rasa tak nyaman pada teman-temanku.

4. Menetapkan Batasan Pertemanan

Aku pun terpaksa membatasi lingkaran pertemananku untuk menjaga hubungan ini. Ini bukanlah pengorbanan yang mudah, karena aku percaya dalam bersosialisasi yang sehat. Yap, pada fase jatuh cinta,  logika memang sedang kalah-kalahnya.

5. Renungan Sejenak

Setelah berusaha membatasi diri, tentu ada kenyamanan yang pergi. Aku seperti tinggal pada raga yang tak berisi.

Saat itulah aku merenung dan meminta opini beberapa pihak. Hingga aku tersadari bahwa kekasihku kala itu hanya merasa cemas dan kurang percaya diri karena aku bisa dengan mudahnya memperoleh teman. Insekuritasnya membuatnya khawatir bahwa aku akan lebih peduli pada teman-temanku dibanding padanya.

6. I'm Back

Setelah insiden itu, aku memutuskan untuk kembali pada diriku sendiri. Aku tak akan mengorbankan kebahagiaanku karena kegelisahan orang lain. Sejak saat itu pun aku sadar bahwa keseimbangan dalam hubungan adalah hal penting.

7. Keep Going

Kebahagiaanku tak seharusnya bergantung pada persetujuan orang lain. Aku tak perlu merasa bersalah atas kemampuanku untuk berteman dengan siapa saja. Asalkan itu membuat kamu nyaman dan tetap beretika, mengapa harus dihentikan?

Jadi, menjadi wanita ekstrovert sebenarnya adalah keberuntungan. Kita bisa memanfaatkan sifat kita untuk membangun hubungan positif dan terus belajar dari pengalaman hidup. Kita tak perlu merasa terbebani oleh pandangan negatif orang lain. Teruslah menjadi diri kita yang unik dan berbagi kebahagiaan dengan semua orang di sekitar kita!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun