Jarum jam menunjukkan pukul 15.15 ketika telepon genggamku berbunyi. Sebaris pesan muncul dari sebuah nama yang sangat tak asing. Ia adalah sahabatku di dunia kepenulisan, Mawar.
Pesannya berisi tentang keluh kesahnya mendapat giliran menjadi pemateri parade bedah buku. Ia takut mengecewakan penerbit dan audience. Bahkan setelah beberapa tulisannya tembus menjadi tulisan terbaik, ia masih merasa belum pantas menyandang gelar seorang penulis.
Hari itu adalah tepat satu minggu sebelum acara bedah buku dilaksanakan. Kegiatan ini diselenggarakan oleh salah satu penerbitan yang menaungi kami para penulis pemula. Acara bedah buku tersebut diisi oleh para pemateri yang pernah menjadi penulis terbaik dari beberapa kelas yang diadakan penerbitan tersebut.
“Entahlah. Akupun merasakan hal yang sama. Aku ragu. Bahkan kurasa beberapa kali menjadi penulis terbaik pun itu hanya kebetulan saja,” jawabku pada Mawar mengutarakan keresahan yang sama.
Tidak hanya Mawar, bahkan aku dan mayoritas pengisi materi bedah buku tersebut merasakan hal serupa. Hampir tidak ada satupun dari kami merasa percaya diri mendapat sebutan seorang penulis. Bahkan setelah beberapa tulisan kami telah dibukukan. Kami semua sepertinya terjangkit imposter syndrome atau sindrom tidak percaya diri.
Jika diidentifikasi, sepertinya kami termasuk dalam salah satu tipe imposter yang dikategorikan Valerie Young, Ed.D dalam bukunya, “The Secret Thoughts of Successful Women: Why Capable People Suffer from the Impostor Syndrome and How to Thrive in Spite of It”. Pertama, the Perfectionist.
Tipe orang yang harus sempurna dalam segala hal. Setiap yang dilakukan harus berhasil. Kedua, the Natural Genius. Tipe orang yang ingin berhasil dalam segala hal. Namun ketika gagal, ia akan terpuruk berlebihan.
Ketiga, the Soloist. Tipe orang yang dapat melakukan semua hal sendiri. Namun ketika ia tidak dapat menyelesaikan tugasnya, ia akan terpuruk dan menganggap diri tidak layak.
Keempat, the Expert. Ia menganggap bahwa kesuksesan akan didapat jika hal tersebut telah dipelajari sebelumnya. Ia akan menghabiskan waktu untuk belajar hingga melupakan tugas utama.
Kelima, the Superhero. Tipe orang yang harus berhasil dalam berbagai peran. Kegagalan dalam menjalankan salah satu peran akan membuatnya terpuruk.