Mohon tunggu...
Eva Nurmala
Eva Nurmala Mohon Tunggu... Administrasi - karyawan swasta

Saya karyawan swasta yang gemar menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Empati dan Toleransi dalam Maulid Nabi

21 September 2024   16:17 Diperbarui: 21 September 2024   16:19 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://muslim.okezone.com/read/2019/11/10/614/2128067/intip-perayaan-maulid-nabi-di-istana-kerajaan-gowa

Setelah banyak dari kita membincangkan kedatangan Sri Paus termasuk kecaman beberapa orang terhadap sambutan hangat yang ditampakkan oleh beberapa tokoh agama, kini kita diperhadapkan pada peringatan Maulid Nabi yang dirayakan dengan berbagai kegembiraan di seluruh Indonesia.

Kedatangan Sri Paus dan Maulid Nabi sekilas tidak ada hubungannya. Namun sebenarnya ada benang merah antar keduanya. Benang merah itu adalah rasa empati dan toleransi. Tidak mungkin para tokoh agama  Islam, dalam hal ini diwakili oleh Imam Besar Masjid Istiqlal tidak menyambut pemimpin Katolik sedunia itu. Malah seluruh Indonesia bisa melihat bahwa sambutan para tokoh ini sangat hangat. Terlebih lagi masyarakat Indonesia juga masuk dalam euphoria itu dan dengan memuji kesederhanaan paus dan selebihnya mereka menyambut hangat Sri paus, meski dari umat yang berbeda agama.

Kita sekarang masuk pada bulan yang penuh rahmat yaitu dengan peringatan Maulid Nabi Muhammad. Ini adalah peringatan kelahiran Nabi Muhammad yang diekspresikan dengan berbagai cara berdasar tradisi lokal setempat. Ada yang dengan acara mudik seperti lebaran , ada yang dengan memasak masakan tertentu dan dimakan bersama. Ada tradisi grebeg di Yogyakarta dan Surakarta untuk merayakan Maulid Nabi, dan berbagai tradisi lain yang beragam bisa temukan di seluruh Indonesia. Perayaan Maulid Nabi di Indoensia itu menunjukkan bahwa alkuturasi budaya dan agama Islam beralngsung dengan baik di negara kita sejak berabad lalu. Hal ini harus kita syukuri sebagai kekayaan dan identitas kita.

Kembali ke soal peringatan Maulid Nabi, yang merupakan kelahiran Nabi Muhammad SAW. Keberadaan Nabi Muhammad sejatinya harus kita pahami, tidak saja beliau peletak dasar agama Islam, namun secara manusia beliau juga adalah teladan terbaik sepanjang massa. Nabi Muhammad dikenal sebagai sosok penuh cinta kasih dan perhatian terhadap sesama. Beliau bersikap lembut, sabar dan penuh empati terhadap keluarga, keramat, teman maupun tetangga beliau. Dalam perjalanan dakwahnya, sifat teladan itu tidak hanya kepada sesama muslim, tetapi juga kepada umat yang berbeda keyakinan dan berbagai lapisan masyarakat.

Kita tahu juga sejatinya Maulid Nabi juga berfungsi sebagai sarana mempererat ukhuwah Islamiyah. Dengan demikian, Maulid bukan hanya sekadar memperingati hari kelahiran Nabi, tetapi juga sebagai momentum untuk memperkuat solidaritas dan persatuan umat. Juga membangun empati dan toleransi antar umat beragama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun