Beberapa minggu lalu kita dikejutkan oleh viralnya seseorang yang membuang sesajen dengan kasar di daerah Pronojiwo, Lumajang. Kita ketahui bersama bahwa daerah Pronojiwo adalah daerah terdampak letusan Gunung Semeru. Sesajen yang ditaruh di situ adalah oleh para penduduk sekitar yang memeluk agama Hindu.
Seperti tertera dalam sejarah, gunung Semeru dan sekitarnya adalah penduduk dengan budaya Jawa  kuno dengan pemeluk aliran kepercayaan dan Hindu kuno. Mereka sering  mempersembahkan sesuatu untuk para dewa yang mereka percayai. Para dewa itu bisa berbentuk pohon, gung bahkan batu.
Gunung Semeru dipahami oleh masyarakat lokal bukan hanya sebuah gunung  yang  merupakan benda mati, namun gunung itu adalah kehidupan itu sendiri. Mungkin juga gunung Semeru adalah tempat atau kediaman para dewa itu.
Semeru punya siklus meletus, lava mendingin dan kemudian diam beberapa saat lamanya. Bahkan bisa bertahun-tahun lamanya berdiam diri tanpa ada aktivitas vulkanik.Â
Namun jika meletus, lava dan laharnya  bisa membuat tanah sekitarnya subur dan berguna untuk seluruh masyarakat. Sebagian besar dari masyarakat sekitar yang kehidupanya bergantung pada pertanian, lava dan lahar  dingin dari letusan Semeru itu.Â
Singkatnya lahar dinginnya sangat berguna dalam jangka panjang karena menyuburkan. Pertanian itu juga yang bisa membuat masyarakat sekitarnya sejahtera.
Di sisi lain, proses dan siklus meletus yang juga sempat menelan korban jiwa itu bisa juga diterjemahkan sebagai Semeru sebagai sebuah pribadi yang sedang "marah".Â
Keadaan itulah yang membuat  masyarakat sekitar membuat sesaji atau persembahan untuk "pribadi" yang sedang marah itu, agar  tidak kembali marah atau sesaji itu dibuat untuk sekadar menetralisir amarahnya.
Saudara, mau tidak mau dan suka atau tidak suka, itulah bentuk kearifan lokal yang sudah berlangsung berabad lamanya. Mereka terikat dengan alam sekitar dan mereka menjalani kehidupan mereka dengan ikhlas dan damai.Â
Hubungan masyarakat dengan alam sekitar mungkin tidak sepenuhnya bisa kita jelaskan dengan logika. Tapi itulah Nusantara ; Indonesia