Ada banyak macam ujian yang diberikan Allah kepada hambaNya. Semakin tinggi derajatnya di hadapan Allah, maka semakin berat pula ujian yang harus dihadapinya. Kita semua laiknya menyadari bahwa pandemi yang menimpa kita inipun merupakan salah satu ujian dariNya, tinggal bagaimana kita menyikapi dan memaknainya.Â
Namun bagaimana jika bukan hanya pandemi ini saja yang menjadi cobaan? sanggupkah kita menerimanya? akankah kita tetap percaya bahwa semua ini adalah ujian dan bukan adzab? Menurut saya banyak diantara kita yang (mungkin) akan goyah dan hanya bisa termenung dan meratapi apa yang terjadi, termasuk saya sendiri.Â
Persepsi semacam itulah yang ada dalam maindset kita (terutama saya) saat bertemu dan mengenal sosok yang bernama Pak Anang, atau mungkin lebih layak kita panggil beliau dengan sebutan Ustadz Anang.
Bukan tanpa sebab untuk memanggil beliau dengan sebutan seperti itu, karena meskipun beliau termasuk dalam kategori dhuafa yang kesehariannya bekerja berjualan bulu ayam, namun beliau diberi amanah oleh takmir masjid setempat untuk menjadi Imam Sholat. Sebuah hal yang saya sendiri (bahkan mungkin kebanyakan dari kita) belum mampu untuk menggapainya.
Selain musibah pandemi yang dialami oleh Beliau, ada musibah lain yang sedang dihadapi oleh Pak Anang. Tepatnya di akhir tahun 2020, setelah hujan deras melanda dan dalam waktu yang cukup lama, tiba2 saya atap rumahnya ambruk, bisa jadi karena intensitas hujan yang lebat ditambah dengan struktur atap yang sudah rapuh. Beruntungnya tidak ada korban jiwa dalam bencana ini.Â
Mendapati rumahnya tidak lagi bisa ditempati, karena sudah tak beratap, pak anang beserta istri dan ketiga anaknya (yang masih kecil) terpaksa tinggal di toko kecil miliknya, yang hampir kosong karena memang tidak ada modal untuk menghidupkan toko tsb, yang kurang lebih luasnya seperti satu kamar tidur.
Maksud hati ingin segera memperbaiki atap rumah, namun apalah dikata hasil jerih payah sehari-hari hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.Â
Namun dengan keadaan yang seperti itu, Pak Anang masih ikhlas dan istiqomah untuk tetap menjadi Imam Masjid, dan hal itulah yang menurut saya dan tim untuk memberikan reward yang layak untuk beliau dan keluarga.
LAZ Nurul Hayat memberikan apresiasi untuk beliau dengan membangunkan kembali atap rumah yang roboh, namun dengan kerangka yang lebih baik dan lebih kuat dari sebelumnya, agar bisa bertahan lama dan kedepannya hal seperti ini tidak terjadi lagi.
Proses pengerjaan pun tidak membutuhkan waktu yang lama, kurang lebih selesai dalam waktu 5 hari, itupun termasuk dari pembelian material dan proses finishing. Hal ini dilakukan dengan maksud agar Pak Anang dan keluarga bisa kembali menempati rumahnya seperti sedia kala.
Kami lebih menganggap ini sebagai sebuah reward atau apresiasi untuk beliau, atas ke-istiqomah-anya dalam menjadi Imam Masjid, meskipun dengan kondisi yang cukup memprihatinkan, dengan harapan agar beliau (dan juga kita semua) bisa semakin istiqomah dan ikhlas dalam menhadapi segala ujian dari Allah SWT.Â
Semoga ini bisa menjadi berkah bagi kita semua, baik Pak Anang dan keluarga, tim, relawan beserta warga yang turut membantu dalam proses pembangunan, dan juga para donatur yang sudi membantu dalam penggalangan dana. Amieen... Allahumma Amiin....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H