Â
www.google.com
Â
    Sepuluh WNI yang disandera kelompok teroris Abu Sayyaf  telah dibebaskan pada hari Minggu, 1 Mei 2016, di Pantai Parang, Sulu, Mindano Selatan, Filipina. Namun, proses pembebasan 10 anak buah kapal (WNI) asal Indonesia dari tangan kelompok teroris Abu Sayyaf menyisakan pertanyaan karena tidak adanya penjelasan kronologi secara runtut dan jelas dari pemerintah Indonesia perihal pembebasan 10 WNI yang disandera tersebut. Banyak kabar yang tersiar di masyarakat bahwa yang membebaskan 10 sandera tersebut bukanlah pemerintah, namun Kivlan Zein.
    Ada lain lagi klaim bahwa negosiasi dengan teroris dilakukan berdasarkan pendekatan pendidikan dan kemanusiaan oleh Yayasa Sukma milik Surya Paloh. Dalam keterangan tertulis dari Deputi Chairman Media Group Rerie L Moerdijat, proses pembebasan sandera melibatkan kerja tim kemanusiaan Surya Paloh, yang merupakan sinergi gabungan jaringan pendidikan Yayasan Sukma (Sekolah Sukma Bangsa di Aceh) di bawah Ahmad Baidowi dan Samsul Rizal Panggabean, kelompok Media Group, Partai Nasdem di bawah Ketua Fraksi Partai Nasdem di DPR Victor B Laiskodat, serta anggota DPR Fraksi Partai Nasdem Mayjen (Purn) Supiadin. Tim kemanusiaan Surya Paloh telah mengupayakan proses pembebasan sejak 23 April 2016.
    Ditambah lagi fakta bahwa sepuluh WNI yang disandera tersebut diterbangkan ke Indonesia menggunakan pesawat milik salah satu tokoh politik di Indonesia, Surya Paloh. Itu yang harus diberi penjelasan soal kenapa proses penjemputannya tidak dipakai pesawat milik pemerintah. Pemerintah perlu menjelaskan alasan para sandera tersebut diterbangkan tidak dengan pesawat milik pemerintah. Hal ini menyebabkan spekulasi juga timbul dari masyarakat.
    Dalam tulisan ini, saya pun tidak tahu siapakah aktor sebenarnya dibalik pembebasan sandera Abu Sayyaf. Menurut saya, kebenaran kasus ini akan terus menjadi diperdebatkan karena kasus ini merupakan operasi intelejen negara yang tidak dapat dibuka ke publik. Jika ada kebocoran berita yang seharusnya menjadi rahasia militer, nanti pasti bentrok dengan Filipina. Jika ternyata militer Indonesia mendapat ijin gelap dari militer Filipina, nantinya juga akan bentrok di parlemen Filipina. Jika ternyata Indonesia membayar uang tebusan kepada kelompok teroris Abu Sayyaf, Filipina akan menilai Indonesia mendukung teroris.
    Namun semua hal itu tidaklah sepenting nyawa para sandera yang berhasil diselamatkan. Yang penting para sandera berhasil diselamatkan entah siapapun aktor dibalik semua itu. Diketahui, 10 WNI tersebut sudah tiba di Jakarta kemarin malam, Minggu 1 Mei 2016. Mereka kemudian langsung dibawa ke RSPAD Gatot Subroto untuk menjalani pemeriksaan kesehatan.
Â
Nikolaus Evan Reinaldo
XI i / 19