Mohon tunggu...
evan Lubis
evan Lubis Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

olahraga

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Peran Radiologi dalam diagnosis dan pengobatan penyakit dalam berbagai bidang medis

3 Januari 2025   19:00 Diperbarui: 3 Januari 2025   19:00 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Berbagai jenis pemeriksaan radiologi meliputi radiologi diagnostik dan radiologi intervensi. Radiologi diagnostik mencakup berbagai metode, seperti radiografi atau rontgen yang menggunakan sinar-X untuk menghasilkan gambaran tulang, dada, dan perut, yang sering digunakan untuk mendiagnosis pneumonia, kanker paru, sesak napas, dan kondisi lainnya. CT Scan (Computed Tomography) memanfaatkan mesin sinar-X berbentuk donat yang mengelilingi tubuh pasien untuk menghasilkan gambar melalui komputer dan berguna untuk mendeteksi patah tulang kompleks, perdarahan internal, infeksi, tumor, dan lainnya. MRI (Magnetic Resonance Imaging) menggunakan medan magnet, gelombang radio, dan komputer untuk menghasilkan gambar, biasanya digunakan untuk memeriksa masalah pada otak, saraf tulang belakang, tumor, dan lainnya. Ultrasonografi (USG) memanfaatkan gelombang suara untuk menghasilkan gambar bergerak yang dapat dilihat di monitor, sering digunakan dalam pemeriksaan kehamilan, serta untuk mendeteksi gangguan jantung, infeksi, tumor, dan lainnya. Mammografi menggunakan sinar-X untuk memeriksa jaringan payudara, khususnya untuk mendeteksi kanker payudara. Fluoroskopi menggunakan sinar-X untuk menghasilkan gambar tubuh yang bergerak secara real-time, sering digunakan dalam pemasangan stent pada pembuluh darah yang menyempit, kateterisasi, atau pencitraan saluran pencernaan. Pemeriksaan dengan zat radioaktif digunakan untuk menghasilkan gambar tubuh, terutama untuk mendiagnosis kanker, gangguan jantung, otak, atau sistem saraf. Selain itu, pemeriksaan seperti CT Scan dan Multi-Slice Computed Tomography (MSCT) juga digunakan, khususnya untuk mengevaluasi dan mendiagnosis gangguan saluran kemih seperti urolitiasis. CT Scan Urography sering menjadi alternatif pengganti Intra Venous Pyelography (IVP) karena kemampuannya memberikan hasil diagnostik yang lebih baik secara kualitatif. Sementara itu, radiologi intervensi melibatkan prosedur medis yang minim sayatan (invasif minimal), digunakan baik untuk mendiagnosis maupun mengobati berbagai penyakit.

Digital Radiography (DR) merupakan teknologi pencitraan sinar-X yang menggunakan sensor digital sebagai pengganti film fotografi konvensional, dengan pemrosesan kimiawi digantikan oleh sistem komputer yang terhubung ke monitor atau printer laser. Sistem DR adalah metode pencitraan diagnostik digital yang tidak memanfaatkan kaset (cassetteless) atau image receptor tradisional lainnya. Sistem ini terdiri dari sumber sinar-X dan detektor sinar-X yang mampu menghasilkan gambar digital tanpa menggunakan image intensifier. Detektor berfungsi menggantikan image receptor konvensional dengan menangkap transmisi sinar-X yang melewati objek dari sumber sinar-X. Selanjutnya, detektor tersebut mengubah sinar-X menjadi sinyal listrik, di mana besarnya sinyal listrik yang dihasilkan sebanding dengan jumlah sinar-X yang menembus material tersebut.

Hasil radiografi yang berkualitas akan memberikan informasi penting bagi dokter spesialis dalam menetapkan diagnosis. Kualitas gambar radiografi yang baik dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti faktor peralatan (unit sinar-X, kaset, dan proses pemrosesan) serta faktor teknik yang mencakup sumber daya manusia dan pasien. Untuk memastikan kualitas tetap terjaga, diperlukan penerapan standar pada faktor-faktor tersebut melalui metode quality assurance (QA) dan quality control (QC). Dengan penerapan metode ini, diagnosis yang dihasilkan dapat menjadi lebih optimal.

Quality control (QC) merupakan bagian dari program quality assurance (QA) yang berkaitan dengan teknik-teknik untuk memantau dan menjaga elemen teknis dalam sistem yang memengaruhi kualitas gambar. Oleh karena itu, QC berfokus pada aspek instrumentasi dan peralatan dalam program QA (Papp, 2019). QC sangat penting untuk memastikan kinerja alat diagnostik yang digunakan tetap optimal. Agar lebih efisien, pelaksanaan QC sebaiknya dilakukan dengan cara yang sederhana (Mah, Samei & Peck, 2001). Kualitas gambar dapat dievaluasi secara digital melalui berbagai parameter, seperti rasio sinyal, jarak, dan homogenitas, yang dapat dianalisis secara kualitatif pada citra. Secara kuantitatif, evaluasi dapat dilakukan dengan uji resolusi kontras, resolusi spasial, dan pengurangan noise.

Pencitraan CT menggunakan sinar-X yang dikombinasikan dengan algoritma komputasi untuk menghasilkan gambar tubuh. CT scan telah menjadi pilihan utama dalam mendiagnosis berbagai kondisi darurat dan kritis, seperti perdarahan otak, emboli paru (penyumbatan arteri di paru-paru), diseksi aorta (robekan pada dinding aorta), radang usus buntu, divertikulitis, dan batu ginjal.

Sementara itu, USG digunakan untuk memvisualisasikan struktur jaringan lunak dalam tubuh secara real-time. Namun, teknologi ini memiliki keterbatasan karena tidak dapat menghasilkan gambar melalui udara (seperti paru-paru atau usus) maupun tulang. Karena USG tidak menggunakan radiasi pengion, metode ini umumnya dianggap lebih aman.

MRI menawarkan kualitas kontras jaringan lunak yang terbaik dibandingkan metode pencitraan lainnya, sehingga sangat bermanfaat untuk pemeriksaan otak, tulang belakang, dan sistem muskuloskeletal. Namun, salah satu kekurangan metode ini adalah pasien perlu tetap diam dalam waktu yang cukup lama di ruang yang sempit dan bising selama proses pencitraan berlangsung.

Paparan radiasi pada tubuh manusia dapat menyebabkan kerusakan pada tingkat molekuler, seluler, jaringan, maupun organ. Secara teori, bahkan dosis radiasi yang sangat rendah memiliki potensi untuk menimbulkan kerusakan. Namun, tidak ada tingkat dosis radiasi yang berbahaya secara seragam bagi semua individu. Hal ini disebabkan oleh perbedaan kemampuan dan efisiensi mekanisme perbaikan kerusakan yang dimiliki setiap individu. Pada dosis radiasi yang lebih tinggi, tidak semua orang mengalami tingkat kerusakan yang sama. Sebaliknya, pada dosis rendah, radiasi dapat memicu perubahan pada tingkat molekuler dan seluler, yang dapat menyebabkan perubahan pada materi genetik sel. Perubahan ini berpotensi menghasilkan sel abnormal yang berisiko berkembang menjadi kanker atau menyebabkan kerusakan genetik yang dapat diturunkan.

Meskipun pemeriksaan radiologi memiliki risiko tertentu, perannya dalam membantu dokter dan pasien tidak dapat disangkal. Dokter biasanya memulai analisis penyakit dengan melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik pasien. Prosedur ini seringkali cukup untuk mengenali penyakit yang dapat diidentifikasi langsung melalui panca indra dokter. Namun, beberapa penyakit yang berada di dalam tubuh, tidak terlihat, dan tidak dapat diraba (seperti penyakit dalam) dapat menjadi tantangan dalam menentukan diagnosis. Kondisi ini sering menimbulkan keraguan sehingga diperlukan bantuan pemeriksaan penunjang, salah satunya melalui alat-alat radiologi. Dengan dukungan alat-alat tersebut, diagnosis penyakit pada pasien dapat dilakukan dengan lebih akurat. Gambaran radiografi sangat membantu dalam mengidentifikasi penyakit yang dialami, memungkinkan dokter untuk memberikan pengobatan yang sesuai, sehingga pasien dapat ditangani dengan cepat dan tepat.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun