Kimchi, suatu kuliner unik dan populer asal negara yang penuh diversitas, Korea Selatan. Makanan yang satu ini terkenal dengan rasa asamnya yang tajam berkat proses fermentasi yang panjang serta rasa pedasnya yang nikmat. Bagi lidah-lidah orang Korea, ini merupakan suatu kenikmatan. Tapi bagaimana dengan lidah orang Indonesia?
Yah... Kisah ini membawa saya kembali ketika saya masih kelas 5 SD. Pada saat itu sekolah saya, sekolah GenIUS, sedang menggelar suatu festival saintifik , di mana salah satu kegiatannya adalah membuat kimchi. Namun, kimchi yang kali ini kita buat sangatlah sederhana. Hanya dengan sawi putih dan wortel yang dipotong-potong sedemikian rapi demi tampilan menarik.Â
Potongan-potongan sayuran tersebut pun disimpan dalam kontainer plastik yang tertutup rapat lalu dibiarkan berfermentasi selama 2 hari. Hasilnya, kimchi abal-abal yang asamnya tak kepalang. Terpaksa kimchi yang terlanjur saya buat saya habiskan dengan terpaksa.
Namun, kali ini akan berubah. Saya yakin potensi kimchi itu besar di pasar orang Indonesia. Kombinasi rasanya saja sudah sangatlah cocok, asam dan pedas, rasa favorit mayoritas orang Indonesia. Maka dari itu, saya tertantang untuk membangun usaha kimchi demi membuktikan potensi dari kimchi ini.
Kesempatan tersebut diperoleh pada ujian akhir semester kelas 1 SMA, di mana terdapat proyek kolaborasi antara mata pelajaran biologi, kewirausahaan, dan ekonomi. Tugas dari proyek ini adalah untuk membangun usaha dari makanan yang memanfaatkan bioteknologi.Â
Saya dipasangkan dengan kedua teman saya, Videlia Juniar Angeline (Dipanggilnya Videl) dan Naftaly Godlife Galileano Sangadji (Dipanggilnya Ai). Pada saat itu juga, saya mengusulkan sebagai produk yang akan kami dijual.
Sejak saat itu, kami melakukan berbagai penelitian untuk menemukan cara membuat kimchi yang baik beserta sumber-sumber dan penjelasan saintifik. Ya, sederhananya, kimchi itu memanfaatkan bakteri asam laktat yang akan mengkonsumsi gula kemudian mengubahnya menjadi asam. Nah, gula tersebut berasal dari bahan paling dasar dari kimchi yakni sawi putih/napa cabbage.Â
 Selain sawi putih, sayur-sayur seperti wortel dan lobak juga kerap digunakkan Tetapi untuk mencapai rasa asam yang baik, diperlukan waktu yang lama hingga berminggu-minggu.Â
Kami pun memutar otak untuk menemukan solusi yang dapat mempercepat prosesnya. Ternyata solusinya adalah untuk menggunakan bakteri asam laktat tambahan. Kami pun memutuskan untuk mem-branding usaha ini sebagai "Instachi", akronim dari instan dan kimchi karena penggunaan bakteri tambahan untuk mempercepat. Slogan kami ialah "Sweet & spicy, just like love", mempromosikan rasa khas dari kimchi.
Setelah persiapan yang matang, kami pun mulai memesan bahan-bahan. Proses pembuatan batch pertamanya kita pun dimulai di laboratorium sekolah pada 6 November 2024. Di saat itu, semangat kita sangatlah membara-bara. Dengan kelincahan penuh, kita mulai membersihkan sawi putih kemudian mengiris-irisnya menjadi potongan-potongan kecil.Â