Mohon tunggu...
Evan Lauw
Evan Lauw Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Halo

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Menjunjung Toleransi di Pondok Pesantren

28 November 2024   06:48 Diperbarui: 28 November 2024   06:52 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selesai berendam dan bermain, kami lalu balik ke pesantren dan melanjutkan kegiatan sehari-hari disana. Pada malam hari, saya sempat melakukan diskusi secara pribadi dengan salah satu santri terkait perbedaan kitab suci, terutama Alkitab dan Al-Quran. Perbincangan ini merupakan salah satu perbincangan yang paling menarik selama saya berada di pesantren. 

Dari perbincangan ini, saya mendapatkan berbagai ilmu baru, terkait pandangan agama Islam terhadap Tuhan serta perbedaan-perbedaan antara Islam dan Katolik. Setelah itu, saya lanjut bermain-main dan berbincang, kali ini bersama teman-teman saya. Beberapa santri dan teman-teman saya, termasuk saya, sampai tidur jam 12 malam karena asyik berbincang dan bermain bersama.

Pada hari ketiga, kami mengadakan acara penutupan dan perpisahan bersama para santri lalu pulang menuju Jakarta. Dengan hati yang berat, saya bersama teman-teman saya harus balik ke Jakarta untuk melanjutkan kegiatan seperti biasanya.

 Tidak terasa bahwa 3 hari telah berlalu begitu saja. Menurut saya, masa-masa di pesantren sungguh sangat menyenangkan dan asyik, serta sangat berkesan bagi saya. Tidak terasa bahwa waktu telah berlalu karena kami semua asyik bermain dan menikmati kebersamaan satu sama lain. 

Dari pengalaman ini, saya dapat menarik berbagai nilai-nilai baru. Saya kagum oleh keramahan dan kehangatan yang ditunjukkan oleh para santri sehingga saya dapat membukakan diri kepada mereka meskipun baru saja bertemu dengan mereka. Perbincangan yang dilakukan dengan para santri terasa seperti dengan teman lama meskipun baru saja kenal. Kami dapat bermain, berbaur, dan asyik berbicara tanpa memandang perbedaan. 

Bahkan, perbedaan tersebut malah menjadi suatu hal yang lebih mendekatkan kita. Oleh karena adanya perbedaan, kami dapat lebih mengenal satu sama lain. Jika tidak ada perbedaan, tentunya berbagai hal di perjalanan saya tidak akan terjadi, seperti perbincangan menarik terkait Alkitab dan Al-Quran. Dari sini saya sadar, bahwa perbedaan bukanlah suatu hal yang memecahkan kita, tetapi menjadi suatu hal yang menyatukan kita.

Kita, sebagai manusia, tidak boleh menjadikan perbedaan sebagai suatu hal yang memecah belahkan manusia. Namun, menjadikan perbedaan tersebut sebagai suatu hal yang lebih mendekatkan kita. Di dunia ini, meskipun semua orang berbeda, kita semua menghadapi masalah yang sama. Banyak sekali masalah yang memerlukan kerjasama antar semua orang untuk diselesaikan. 

Lihat saja pandemi Covid-19, yang menginfeksi semua orang tanpa memandang ras, suku, agama, ataupun perbedaan-perbedaan lainnya. Untuk mengatasi wabah ini, diperlukan usaha oleh semua pihak tanpa memandang perbedaan-perbedaan, dan masih banyak sekali permasalahan yang harus kita atasi bersama. Oleh karena itu, marilah kita semua terus bertoleransi demi masa depan yang  lebih terang dan sejahtera.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun