Mohon tunggu...
Evania Salma Rahmatika
Evania Salma Rahmatika Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi bermain badminton

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Teknik Pemeriksaan Radiografi Manus Bone dengan Indikasi Fraktur

21 Juni 2024   22:25 Diperbarui: 21 Juni 2024   23:00 3123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi

Radiologi adalah cabang kedokteran yang berhubungan dengan studi dan penerapan berbagai teknologi pencitraan untuk mendiagnosis dan pengobatan penyakit(1). Salah satu pemeriksaan yang sering dilakukan dalam radiologi adalah pemeriksaan os manus, khususnya kasus fraktur. Pada tahun 2020, sekitar 13 juta orang mengalami fraktur dengan prevalensi sebesar 2,7%. Insiden ini mengakibatkan lebih dari 6000 kematian. Di Indonesia kasus fraktur paling banyak 1,775 orang (3,8%) dari 14.127 trauma benda tajam atau benda tumpul yang mengalami fraktur sebanyak 236 orang(2). Di Jawa Timur angka kejadian fraktur sebanyak 6,0% menurut Riskesdas. Fraktur merupakan penyebab kematian ketiga di Indonesia setelah penyakit jantung koroner dan tuberculosis. Fraktur disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik dan kecelakaan(3). Dalam pemeriksaan os manus, proyeksi yang sering digunakan adalah proyeksi AP/PA dan oblique(4). Manus terdiri dari tiga struktur utama mencakup kelompok tulang jari tangan (ossa phalanges), telapak tangan (metacarpal), dan pergelangan tangan (ossa carpalia)(5). 

Paparan radiasi dalam jangka waktu lama dan tidak terkendali memiliki potensi berbahaya bagi tubuh seperti kerusakan biologis, meningkatkan resiko leukemia pada anak-anak, hingga kematian pada embrio atau janin pada ibu hamil(6). Berdasarkan Peraturan Kepala BAPETEN No. 8 Tahun 2011 proteksi radiasi adalah tindakan yang dilakukan untuk mengurangi pengaruh radiasi yang merusak akibat paparan radiasi(7). Proteksi radiasi terhadap pasien perlu memperhatikan prinsip justifikasi, optimasi dan limitasi. Justifikasi bermakna bahwa kegiatan yang melibatkan radiasi pengion dan tenaga nuklir harus memberikan manfaat yang melampaui risikonya(8). Limitasi merupakan dosis ekivalen yang diterima pekerja radiasi atau masyarakat tidak boleh melampaui Nilai Batas Dosis (NBD) yang telah ditetapkan(9). Sedangkan optimasi yaitu konsep yang menitikberatkan setiap pemeriksaan radiografi harus memiliki kualitas diagnostik yang memadai namun tetap menjaga dosis yang diterima oleh pasien serendah mungkin sesuai dengan ALARA (As Low As Reasonably Achievable) dengan mempertimbangkan faktor ekonomi dan sosial(10). 

Alat dan bahan yang digunakan dalam pemeriksaan radiografi manus di laboratorium RSKI Universitas Airlangga meliputi pesawat sinar-x radiografi yang digunakan untuk pemeriksaan radiologi guna mendukung diagnosis(11). Komputer untuk memasukkan data pasien dan mengedit hasil citra yang akan dicetak. Image Receptor (IR) berukuran 24 x 30 cm yang berfungsi untuk menyimpan energi sinar-x(12). Computed Radiography (CR) reader yang digunakan untuk memproses IR(13). Operator console yang dilengkapi dengan x-ray hand switch yang berfungsi untuk meningkatkan tegangan listrik, mengendalikan tegangan tabung, mengatur arus tabung, dan mengendalikan waktu paparan(14). Kursi sebagai tempat duduk pasien. Marker radiografi sebagai penanda titik awal objek(15). Apron timbal untuk melindungi dari paparan radiasi pengion(16). Dosimeter perorangan untuk pemantauan pekerja di medan radiasi(17). Sistem pemeriksaan radiografi manus secara umum yang pertama adalah memastikan ruangan radiografi dengan suhu di bawah 25 derajat(18). Selanjutnya, persiapkan pasien dengan mengidentifikasi data termasuk nama lengkap, tanggal lahir, alamat, dan indikasi klinis. Pastikan pasien melepas benda logam di area yang akan diperiksa. Posisikan pasien dengan nyaman, duduk di kursi dengan tangan di atas meja pemeriksaan. Letakkan kaset di bawah tangan pasien. Atur FFD (Focus-to-Film Distance) antara 100-113 cm. CP (Central Point) untuk manus PA dan manus oblique berada di 3rd MCP (metacarpophalangeal). Untuk Digiti 1 PA, CP di 1st MCP dan untuk Digiti 2-5 PA, CP di sendi PIP (Proximal Interphalangeal). Arahkan CR (Central Ray) tegak lurus. Atur kV antara 50-55 kV untuk sistem analog serta mAs antara 1-3. Beri marker dan lakukan eksposur. Sementara menunggu radiasi hambur, isi data pasien di komputer. Kemudian, proses IR pada CR reader dan lakukan evaluasi pada hasil citra. Tambahkan anotasi, dan lakukan pengeditan jika diperlukan seperti cropping, kontras, ketajaman, dan densitas(19). 

Dalam pemeriksaan radiografi os manus, proyeksi PA dan oblique serta pemeriksaan tambahan untuk digiti 1 hingga 5 memiliki kriteria evaluasi tersendiri. Pada proyeksi PA, citra yang baik harus menampilkan seluruh area manus beserta wrist dan soft tissuenya. Sendi interphalangeal harus terlihat terbuka tanpa tumpang tindih, dan tidak ada rotasi yang dibuktikan dengan kedua sisi yang simetris. Untuk proyeksi oblique, citra yang baik harus menampilkan seluruh manus dan wrist dengan posisi oblique 45 derajat. Terdapat sedikit tumpang tindih pada kepala distal metacarpal III, IV, dan V, tetapi tidak ada tumpang tindih antara metacarpal distal II dan III. Sendi interphalangeal harus terlihat terbuka tanpa distorsi dan soft tissue serta trabekula tulang harus jelas terlihat. Distorsi adalah suatu penyimpangan atau pemutarbalikan(20). Foreshortening (pemendekan) adalah distorsi yang disebabkan karena jarak yang tidak setara dari objek dengan reseptor(21). Elongation adalah rasio pertambahan panjang suatu objek(22). Untuk menghindari terjadinya distorsi , dalam prosedur ini tidak dilakukan pemberian sudut pada objek, tabung sinar-x dan IR harus sejajar, serta CP harus berada tepat di tengah area kolimasi. 

Proyeksi PA memungkinkan evaluasi yang jelas dari metacarpal dan phalanges, sementara proyeksi oblique memberikan pandangan tambahan yang diperlukan untuk mendeteksi fraktur tersembunyi(23). Pemeriksaan tambahan pada digiti membantu melihat struktur kecil lebih detail. Evaluasi citra pada digiti 1 harus menampilkan distal dan proximal phalanx, metacarpal, dengan sendi interphalangeal dan metacarpophalangeal terbuka serta soft tissue terlihat. Terdapat sedikit perbedaan evaluasi hasil citra untuk digiti 2-5, hasil citra harus menampilkan distal, middle, dan proximal phalanx. 

Pengaturan kV antara 50-55 dan mAs antara 1-3 terbukti efektif dalam menghasilkan gambar berkualitas baik atau memiliki resolusi spasial yang baik dengan dosis radiasi minimal. Dan dari 4 foto diatas terlihat bahwa saat ini tak tampak kelainan ataupun fraktur. Penggunaan apron timbal dan dosimeter personal serta penerapan prinsip ALARA dalam prosedur ini menunjukkan komitmen terhadap keselamatan pasien maupun pekerja. Evaluasi menunjukkan bahwa prosedur ini efektif dalam mengurangi paparan radiasi tanpa mengorbankan kualitas gambar. 

Penggunaan CR reader dalam pemrosesan gambar radiografi os manus menunjukkan efisiensi yang signifikan dibandingkan dengan teknik konvensional. CR memungkinkan manipulasi digital gambar untuk meningkatkan kontras, ketajaman, dan densitas, yang sangat penting dalam diagnosis fraktur. Selain itu, teknologi ini mendukung penyimpanan dan pengarsipan gambar secara digital, memudahkan akses dan review oleh radiolog(24). 

Persiapan dan penempatan pasien yang tepat sangat penting untuk mendapatkan gambar berkualitas tinggi. Pasien yang merasa nyaman cenderung lebih kooperatif dan dapat mempertahankan posisi yang diperlukan lebih lama, mengurangi risiko gambar buram akibat gerakan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun