Korea Utara kembali menjadi perbincangan di dunia internasional terkait ancaman nuklir yang terus meningkat, tentu ancaman ini membawa kekhawatiran terhadap stabilitas perdamaian global. Di bawah kepemimpinan Kim Jong-un, negara ini secara konsisten memperkuat kapasitas militer nuklirnya, mengabaikan resolusi dan sanksi internasional. Ancaman ini tak hanya mengganggu kawasan Asia Timur, tetapi juga berpotensi memicu ketegangan global, terutama di antara negara-negara adidaya yang terlibat dalam urusan keamanan internasional. Kemudian bagaimana dampak dari ancaman nuklir Korea Utara terhadap perdamaian dunia ?
Ancaman nuklir Korea Utara telah menciptakan ketegangan yang signifikan di kawasan Asia Timur, terutama dengan negara tetangganya, Korea Selatan dan Jepang. Kedua negara ini merupakan sekutu dekat Amerika Serikat dan memiliki kehadiran militer AS yang signifikan di wilayah mereka. Meskipun AS telah berusaha memperkuat aliansi militer nya dengan negara-negara ini, kehadiran senjata nuklir Korea Utara tetap menjadi ancaman yang serius bagi stabilitas regional.
Ambisi Nuklir Korea Utara
Sejak dekade 1990-an, Korea Utara telah secara bertahap mengembangkan program senjata nuklir nya, menentang berbagai perjanjian dan upaya negosiasi dari komunitas internasional. Negara ini mengklaim bahwa program nuklir mereka adalah bentuk pertahanan diri dari ancaman yang dirasakan, khususnya dari Amerika Serikat dan sekutunya di kawasan, seperti Korea Selatan dan Jepang. Kim Jong-un, sebagai pemimpin tertinggi Korea Utara, terus mengembangkan kebijakan ini dengan menekankan pentingnya senjata nuklir sebagai alat untuk mempertahankan kedaulatan nasional dan mencegah serangan asing.
Perkembangan teknologi rudal balistik Korea Utara juga mengkhawatirkan. Negara ini berhasil melakukan uji coba rudal balistik antarbenua (ICBM) yang diperkirakan mampu mencapai wilayah Amerika Serikat. Pada pertengahan bulan November 2023, media pemerintah Korea Utara mengatakan bahwa mereka telah berhasil menguji mesin berbahan bakar padat untuk rudal balistik jarak menengah baru yang menurut para pengamat kemungkinan dirancang untuk menyerang pangkalan militer AS di Okinawa, Jepang, dan wilayah Guam di Pasifik AS.Â
Â
Ketegangan di Kawasan Asia Timur
Minggu (14/01) Korea Utara kembali luncurkan rudal balistik jarak menengah yang mengarah ke perairan timur Semenanjung Korea. Kejadian ini merupakan peluncuran rudal pertama Korea Utara di tahun 2024 dan menambah ketegangan di wilayah tersebut. Kepala Staf Gabungan Korea Selatan mengkonfirmasi bahwa rudal tersebut ditembakkan dari dekat ibu kota Korea Utara, Pyongyang, dan saat ini sedang dianalisis oleh Korea Selatan, Amerika Serikat, dan Jepang untuk mengungkap lebih banyak detail tentang karakteristik dan tujuannya.
Peluncuran ini terjadi dua bulan setelah Korea Utara mengklaim telah menguji mesin rudal terbaru yang lebih canggih dan sulit dideteksi, serta diprediksi mampu menyerang target jauh, termasuk pangkalan AS di kawasan Asia-Pasifik. Selain itu, Kementerian Pertahanan Jepang juga melaporkan bahwa mereka mendeteksi kemungkinan peluncuran rudal tersebut. Penjaga pantai Jepang menyatakan bahwa rudal tersebut diduga jatuh di laut, namun belum ada laporan tentang kerusakan atau korban. Negara-negara tetangga kini sedang memantau lebih lanjut untuk menilai ancaman yang ditimbulkan oleh uji coba tersebut, dengan kesiapan militer yang ditingkatkan di seluruh kawasan.
Â
Keterlibatan Negara Lain Dalam Isu
Faktor pendukung yang membuat hal ini menjadi ancaman global tentunya karena ada keterlibatan negara adidaya lainnya di dalam ketegangan Semenanjung Korea ini. Diketahui bahwa baru baru ini Presiden Rusia, Vladimir Putin, dan pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un, telah menandatangani sebuah pakta pertahanan bersama pada 19 Juni 2024. Dalam pakta pertahanan ini disebutkan bahwa kedua pihak, Rusia dan Korea Utara akan saling membantu satu sama lain jika salah satu negara mereka diserang oleh negara lain. Selain itu juga dilaporkan bahwa Rusia dan Korea Utara sepakat untuk memperdalam kerjasama dalam bidang teknologi nuklir, dengan fokus pada pengembangan dan penelitian senjata nuklir serta teknologi terkait.
Dalam kerjasama ini, Rusia akan memberikan dukungan teknis dan material kepada Korea Utara dalam pengembangan program nuklirnya, sementara Korea Utara akan menyediakan akses kepada Rusia untuk fasilitas nuklirnya. Perjanjian ini juga mencakup transfer pengetahuan dan teknologi untuk meningkatkan kemampuan nuklir Korea Utara, yang dianggap dapat memperkuat posisi kedua negara di panggung global dan meningkatkan ketegangan internasional.
Kerjasama nuklir ini tentunya menambah kompleksitas dan potensi ancaman terhadap stabilitas global, mengingat implikasi dari proliferasi nuklir dan kemungkinan meningkatnya ketegangan di kawasan. Terlebih lagi, keterlibatan negara adidaya seperti Rusia dalam mendukung program nuklir Korea Utara dapat memperburuk situasi dan menambah tantangan bagi upaya internasional dalam mengatasi isu keamanan global.
Di sisi lain, Amerika Serikat dan Korea Selatan juga tidak tinggal diam. Kedua negara telah menyampaikan kekhawatiran mereka terkait hubungan militer kedua negara yang terus berkembang. Upaya Korea Selatan dalam menghadapi ancaman nuklir Korea Utara didasari oleh kebijakan Extended Deterrence yang dikembangkan bersama Amerika Serikat. Pada awalnya, kerja sama ini hanya melibatkan Korea Selatan dan AS, tetapi dengan semakin meningkatnya ancaman dari Korea Utara, Jepang pun ikut bergabung dalam aliansi tersebut, menjadikannya kerja sama trilateral. Aliansi ini difokuskan pada peningkatan strategi pertahanan bersama yang lebih menyeluruh, terutama dalam menghadapi potensi penggunaan senjata nuklir oleh Korea Utara.
Peran Amerika Serikat dalam aliansi ini sangat sentral. AS menyediakan dukungan militer dan teknologi untuk mengimbangi kemampuan nuklir Korea Utara. AS menyadari bahwa ancaman nuklir tidak hanya berasal dari Korea Utara, tetapi juga terkait dengan dinamika geostrategi yang melibatkan Tiongkok, sebagai kekuatan besar yang berpengaruh di Asia. Oleh karena itu, aliansi trilateral ini tidak hanya fokus pada Korea Utara, tetapi juga pada upaya untuk mengantisipasi pengaruh Tiongkok dalam percaturan geopolitik di Asia Timur.
Ancaman nuklir Korea Utara memiliki dampak signifikan terhadap perdamaian dunia, terutama karena memicu ketidakstabilan regional dan menambah kompleksitas geopolitik global. Korea Utara secara konsisten meningkatkan kemampuan senjata nuklirnya, melanggar berbagai resolusi internasional dan mengabaikan sanksi global. Ancaman ini memperburuk ketegangan di Asia Timur, khususnya dengan Korea Selatan, Jepang, dan Amerika Serikat, yang merupakan sekutu penting di kawasan tersebut. Dampak yang lebih luas dari ancaman ini adalah meningkatnya perlombaan senjata di kawasan, di mana negara-negara seperti Jepang dan Korea Selatan memperkuat aliansi militer mereka dengan AS melalui kebijakan Extended Deterrence.
Selain itu, keterlibatan Rusia dalam memperkuat program nuklir Korea Utara, termasuk kerja sama teknologi nuklir dan militer, menambah dimensi baru pada ancaman ini. Hal ini tidak hanya meningkatkan ketegangan di Asia, tetapi juga mempengaruhi keamanan global dengan semakin menguatnya poros kekuatan antara negara-negara yang menentang dominasi Barat. Oleh karena itu, ancaman nuklir Korea Utara bukanlah isu regional semata, melainkan tantangan global yang membutuhkan pendekatan multilateralisme untuk menjaga stabilitas dunia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H