Mohon tunggu...
Evangelo Krisliandre Jatmika
Evangelo Krisliandre Jatmika Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Pribadi yang baik dan rajin menabung

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Toleransi sebagai Jawaban Masa Depan Bangsa

22 November 2024   23:59 Diperbarui: 23 November 2024   00:02 1008
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dinamika di Pondok Pesantren (Sumber: Koleksi Pribadi)

"Jika peradaban ingin bertahan hidup, kita harus mengembangkan ilmu hubungan manusia - kemampuan semua orang, dari semua jenis, untuk hidup bersama, di dunia yang sama dalam damai." ~Franklin D. Roosevelt

Toleransi. Satu kata yang mengandung beribu makna, seperti air yang memadamkan api kebencian di tengah dunia yang dipenuhi keberagaman. Dunia yang penuh warna ini seringkali menjadi cermin retak, namun sudah sepatutnya manusia menjadikannya mozaik indah yang dirajut dengan kasih dan pengertian. 

Keberagaman bukanlah jurang yang memisahkan, melainkan jembatan emas yang menghubungkan hati untuk hidup berdampingan secara harmonis. Layaknya langit yang memayungi setiap insan tanpa pilih kasih, toleransi adalah kunci untuk menciptakan dunia yang damai.

Merajut Persaudaraan Dalam Perbedaan

Pada saat itu, sebuah peluang baru terbuka bagi para calon pemimpin muda. Sekelompok remaja yang biasanya menghabiskan waktu di lingkungan komunitas Katolik kini diberi kesempatan untuk hidup berdampingan dengan umat Muslim tepatnya di Pondok Pesantren Terpadu Bismillah. Sambutan hangat kian menyapa kami, menghadirkan suasana yang begitu harmonis nan indah. 

Meski demikian, tak dapat dipungkiri perasaan asing dan bimbang terutama dalam memahami  rutinitas para santri telah menjadi hidangan utama dalam perjalanan mereka. Namun, pengalaman tersebutlah, yang membuat mereka merasa krusial untuk mulai belajar beradaptasi dan membaur dengan lingkungan yang baru.

Detik demi detik bergulir, waktu seperti melambat ketika cerita terus mengalir dari mulut kami. Kata demi kata yang terangkai, diselingi tawa yang tak henti-hentinya memenuhi ruangan. Tawa itu, meski sederhana, menjadi penanda bahwa keakraban perlahan tumbuh di antara kami. 

Kami berbicara tentang banyak hal---keseharian, kebodohan-kebodohan kecil, hingga pandangan hidup yang sering kali berbeda. Tak disangka, meski berasal dari latar belakang yang beragam, kami ternyata memiliki banyak kesamaan. Percakapan yang mengalir tanpa hambatan, terasa seolah-olah kami telah lama saling mengenal.

Perbedaan yang awalnya terasa asing dan menciptakan jarak, kini justru menjadi alasan bagi kami untuk saling memahami. Dalam perbedaan itu, kami menemukan kekayaan yang tak ternilai---kekayaan berupa pelajaran hidup, persahabatan, dan harmoni yang lahir dari saling menerima. Pada akhirnya, kami menyadari bahwa kebersamaan bukan tentang menyamakan semua hal, tetapi tentang menghargai setiap warna yang membuat kehidupan ini begitu indah.

Toleransi Sebagai Jawaban Masa Depan Bangsa

Pengalaman sederhana ini menyadarkan saya akan pentingnya memahami perbedaan sebagai sumber kekayaan, bukan alasan untuk menciptakan jarak. Sebagai seorang remaja yang kian beranjak dewasa, saya dan teman-teman menyadari bahwa generasi kamilah yang kelak akan menjadi pemimpin dan penggerak utama bangsa ini.

 Namun, pergerakan ini tentu tidak akan berlabuh pada tujuan apabila perselisihan terus terjadi tanpa henti. Harmonisasi dan saling memahami menjadi kunci utama bagi kehidupan yang damai. Makna ini semakin terasa saat saya menjalani dinamika di pondok pesantren, di mana diskusi moderasi beragama mendorong kami---baik siswa Kolese Kanisius maupun para santri---untuk belajar menyelesaikan masalah sosial-keagamaan dengan berlandaskan Pancasila.

Tentunya hal tersebut sejalan dengan bagaimana kondisi bangsa akhir-akhir ini,  Indonesia yang tengah menghadapi berbagai permasalahan sosial yang semakin kompleks. Sayangnya, permasalahan tersebut sering kali tidak ditangani dengan pendekatan yang kritis dan terencana. 

Di sisi lain, tidak sedikit pelaku konflik yang justru menunjukkan sikap yang dapat memecah belah bangsa. Dari kondisi ini, jelas bahwa pemikiran kritis dan sikap persatuan menjadi kebutuhan mendesak. Manusia yang mampu terus berevolusi dan memahami konteks dunia saat ini adalah sosok yang diharapkan menjadi poros utama untuk menentukan arah masa depan bangsa yang menghilangkan rasa perpecahan satu sama lain.

Memang, menonjokan rasa persatuan mungkin terkesan sulit. Terlebih, bagaimana mengedukasi masyarakat tentang krusialnya permasalahan ini bila  sikap acuh terus bertebaran dimana-mana? Karena itulah kedisiplinan serta kepedulian dari diri sendiri adalah  cerminan utama berjalannya sistem ini. 

Rasanya kehidupan di pesantren bisa menjadi pemantik utama bagi mereka para "biang kerok." Kehidupan untuk memiliki rasa disiplin terhadap pembelajaran dan jam shalat, serta kepedulian antar satu sama lain cukup mendorong terwujudnya edukasi yang diharapkan oleh bangsa ini.

Foto dengan Santri PonPes Terpadu Bismillah (Sumber: Koleksi Pribadi)
Foto dengan Santri PonPes Terpadu Bismillah (Sumber: Koleksi Pribadi)

Bagaimana Kondisi Bangsa ini Kedepannya?

Dengan kesadaran penuh, setiap pribadi masyarakat diharapkan mampu mewujudkan nilai-nilai persatuan dan toleransi yang kokoh. Kesadaran ini bukan hanya sekadar teori, melainkan harus tercermin dalam tindakan sehari-hari. Ketika kita dihadapkan pada perbedaan, semestinya perbedaan itu tidak menjadi tembok yang memisahkan atau penghalang yang menghambat. 

Sebaliknya, perbedaan dapat menjadi peluang untuk menemukan persamaan yang memperkuat kebersamaan. Dari upaya inilah harapan akan terwujud---harapan bahwa bangsa ini dapat berkembang menuju kondisi yang lebih ideal, di mana setiap orang merasa diterima, dihargai, dan dilibatkan.

Oleh karena itu, setiap pribadi bangsa tentunya memiliki tanggung jawab yang besar terhadap kondisi negeri ini. Bukan hanya para pemimpin atau pejabat, tetapi setiap individu, dari anak kecil hingga orang dewasa, memegang peran penting dalam menciptakan harmoni sosial. 

Masa depan bangsa bukanlah sesuatu yang datang dengan sendirinya; ia adalah hasil dari tindakan kolektif yang dilakukan saat ini. Oleh karena itu, visi untuk membawa bangsa ini menjadi lebih baik harus terus diperjuangkan, dengan rasa tanggung jawab yang tumbuh dalam setiap hati warganya.

Membangun bangsa yang harmonis adalah tugas kita bersama. Hendaknya setiap pribadi bangsa bisa menjadikan persatuan dan toleransi sebagai dasar hidup, kita tidak hanya merajut masa depan yang cerah, tetapi juga meninggalkan warisan nilai yang berharga untuk generasi mendatang. Melalui langkah-langkah kecil namun bermakna, setiap individu dapat menjadi bagian dari perjalanan besar bangsa ini menuju kejayaan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun