Mohon tunggu...
Evangelina Putri Listianto
Evangelina Putri Listianto Mohon Tunggu... Lainnya - mahasiswa kedokteran Universitas Airlangga

Mungkin akan beralih menjadi akun cerpen atau membahas isu yang menarik bagiku, or both

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Bonus Demografi Indonesia: Untung atau Rugi?

21 Mei 2024   22:45 Diperbarui: 21 Mei 2024   23:53 245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
databoks.katadata.co.id

Indonesia diperkirakan akan mengalami bonus demografi pada tahun 2045 (Kusnandar, 2022). Bonus demografi adalah masa saat jumlah penduduk berusia produktif lebih besar daripada jumlah penduduk berusia nonproduktif. BPS (2022) memproyeksikan bahwa penduduk Indonesia pada tahun 2045 mencapai 318,96 juta jiwa, dengan lebih dari 60% penduduk (sekitar 207,99 juta jiwa) berusia produktif (Kusnandar, 2022). Besarnya persentase tersebut memunculkan harapan untuk mendongkrak posisi Indonesia dari negara berkembang menjadi negara maju. Namun, harapan tersebut disertai dengan ancaman besar jika kondisi ini tidak dimanfaatkan dengan baik.

Berbagai kebijakan yang baik serta perubahan pola pikir masyarakat ke arah yang lebih maju memegang peranan penting dalam pemanfaatan bonus demografi. Berbagai kebijakan meliputi kebijakan perdagangan, industri, pendidikan, administrasi pemerintah, budaya, geografi, tabungan, dan akumulasi modal adalah beberapa faktor penting untuk mendukung bonus demografi. 

Terlebih dengan menghapus adanya kebijakan beberapa tempat kerja yang mengharuskan seseorang untuk berusia di bawah usia tertentu (biasanya 25 tahun) untuk mendapat kerja (karena sesungguhnya usia yang tergolong produktif adalah 15--64 tahun sehingga bukan hanya yang berusia di bawah 25 tahun yang berhak mendapat kesempatan untuk melamar suatu pekerjaan).

Selain itu, pemanfaatan lulusan diploma maupun sarjana sebagai tenaga kerja juga harus ditingkatkan. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa proporsi penduduk bekerja lulusan Diploma I/II/III hanya 2,39% dan Diploma V1/S1/S2/S3 hanya 10,28% saja pada Februari 2024. 

Walaupun persentase tersebut sudah meningkat dari tahun sebelumnya, angka tersebut masih tergolong sedikit dibandingkan jumlah seluruh tenaga kerja Indonesia. Jika tidak terlihat peningkatan tenaga kerja lulusan tersebut di kemudian hari, dikhawatirkan adanya peningkatan pada angka pengangguran dari golongan lulusan diploma dan sarjana.

Peningkatan angka pengangguran adalah hal krusial dalam menentukan berhasil atau tidaknya pemanfaatan bonus demografi ini. Banyaknya angka pengangguran sama saja dengan bertambahnya jumlah penduduk yang tergolong dependen. Keadaan tersebut dapat berdampak pada pendapatan perkapita Indonesia.

Mengapa pendapatan perkapita itu penting? Pendapatan perkapita adalah salah satu indikator keberhasilan pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Pendapatan perkapita adalah suatu cerminan akan perbaikan dalam kesejahteraan ekonomi masyarakat yang berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi suatu negara.

Dari pihak masyarakat pun harus ada perubahan pemikiran negatif akan hal-hal yang dianggap sudah biasa di tengah kehidupan warga Indonesia. Beberapa contohnya adalah:

  • Peran pendidikan yang masih dianggap tidak penting

Tujuan menempuh pendidikan bukan hanya untuk mendapat gelar, tetapi juga untuk mendapat pengetahuan serta pemahaman lebih lanjut mengenai suatu bidang sehingga lulusan tersebut dapat membantu kemajuan Indonesia, serta kesejahteraan masyarakat, dengan pendidikan yang dimilikinya.

  • Peran antara perempuan dan laki-laki

Perempuan tidak selalu menjadi ibu rumah tangga dan laki-laki tidak selalu menjadi pihak yang bekerja. Perempuan berhak mendapatkan kesempatan yang sama dengan laki-laki dalam mendapat pekerjaan. Sama dengan itu, laki-laki diharapkan dapat membantu dalam urusan rumah tangga, terlebih dalam hal menjaga anak dan mengurus rumah, untuk menciptakan lingkungan keluarga yang sejahtera

  • Peran lingkungan yang sehat

Lingkungan yang sehat secara fisik, psikis, dan rohani akan menghasilkan individu-individu yang sehat pula. Sehat secara fisik berarti seseorang dapat menjalankan aktivitasnya dengan kemampuan fisik yang mencukupi (terlebih tidak mudah lelah). Sehat secara psikis (kesehatan mental) adalah keadaan ketika batin seseorang berada dalam keadaan tentram dan tenang sehingga seseorang dapat menggunakan potensi dirinya secara maksimal. Kesehatan rohani adalah kesehatan mental yang mencakup emosional, psikologis, dan sosial; berperan dalam proses berpikir dan membuat pilihan yang sesuai dengan moral kemanusiaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun