Mohon tunggu...
Evander Todho Dwitranarova
Evander Todho Dwitranarova Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Indonesia

Soli Deo Gloria

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Inilah Wajah Pendidikan di Indonesia Selama Pandemi COVID-19!

13 Desember 2021   13:31 Diperbarui: 18 Desember 2021   10:57 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

COVID-19 sangat berdampak pada semua aspek kehidupan, salah satunya adalah sistem pendidikan Indonesia dialihkan menjadi pembelajaran jarak jauh secara daring, yang dapat dilakukan dari rumah saja. Karena sistem ini masih terbilang “baru”, maka akan berdampak signifikan, yang membuat setiap pelajar maupun pengajar perlu beradaptasi lagi. Dengan adanya sistem baru ini, apakah hal tersebut membawa dampak baik? atau justru berdampak buruk bagi keberlangsungan pendidikan di Indonesia?

Apa saja sih dampak dari adanya pembelajaran jarak jauh secara daring?

Dengan adanya sistem pembelajaran jarak jauh dengan daring, maka mahasiswa, maupun dosen dapat melakukan pembelajaran dimana saja dan kapan saja, hanya dengan menggunakan gadget, web conference dan jaringan internet. Manfaat lainnya adalah mahasiswa dapat menghemat ongkos perjalanan karena pembelajaran dilakukan secara daring. Pembelajaran daring juga memiliki keunggulan dalam aksesibilitas materi, dimana kegiatan belajar dapat direkam lalu diunggah ke internet. Unggahan ini dapat diakses kapan saja oleh mahasiswa untuk mempelajari kembali materi yang dibutuhkan.

Namun, terdapat banyak permasalahan yang ditemukan di Indonesia dalam pembelajaran daring selama pandemi ini. Hal tersebut adalah banyaknya mahasiswa yang merasa bosan karena masih belum dapat beradaptasi karena pembelajaran tidak interaktif, tugas yang menumpuk, dan kurangnya kemampuan penguasaan internet. Tak hanya itu, terdapat kendala jaringan internet saat sesi pembelajaran, yang terjadi karena kurangnya persediaan sarana dan prasarana dalam pembelajaran, kuota Internet yang terbatas dalam penggunaan pembelajaran yang intens yang dipengaruhi oleh tidak meratanya kemampuan ekonomi mahasiswa dalam menjalankan metode pembelajaran ini.

Selain itu, terdapat permasalahan lain dari adanya pembelajaran jarak jauh secara daring, yaitu permasalahan psikis, dimana mahasiswa cenderung stress dan memiliki kecemasan, baik dalam tahap ringan, maupun tahap berat. Hal tersebut dibuktikan dari penelitian Cao et al (2020), dari sampel yang ditelitinya, terdapat 24,9% mahasiswa pernah mengalami kecemasan saat pandemi. Pendapat tersebut diperkuat oleh penelitian Harahap (2020), terdapat 280 mahasiswa mengalami tingkat stres akademik. Dan menurut penelitian Son et al (2020), sebanyak 138 mahasiswa menyatakan stres dan kecemasan meningkat akibat COVID-19, yang menunjukkan dampak negatif (ringan, sedang, berat) pada hasil terkait akademik, kesehatan, dan gaya hidup. Dari penelitian tersebut, dapat dilihat bahwa permasalahan ini bukanlah permasalahan yang remeh!

Tidak hanya mahasiswa saja yang menemukan permasalahan, pengajar juga memiliki permasalahannya sendiri dalam menjalankan pembelajaran. Permasalahan yang mereka alami adalah kurangnya pengalamanan dalam penggunaan sarana komputer, belum dapat beradaptasi dalam mengajar, sehingga cenderung monoton dan bersifat satu arah saja, tidak dapat melihat perkembangan siswa dalam pembelajaran jarak jauh secara daring, dan tertekannya pihak pengajar dalam menjalankan pengajarannya untuk semakin kreatif dibanding saat masih dalam pembelajaran tatap muka. Dari hal tersebut, dapat dilihat bahwa walau terdapat manfaat dari adanya pembelajaran jarak jauh dengan daring ini, terdapat beberapa permasalahan yang harus diatasi.

Lalu, apa aja sih yang bisa kita lakukan dalam permasalahan pembelajaran sistem daring ini?

Untuk mengatasi permasalahan tersebut. terdapat beberapa solusi yang dapat dilakukan dalam memberlangsungkan pembelajaran di masa pandemi. Hal tersebut pertama-tama adalah pemberlakuan Blended Learning, yaitu cara pembelajaran yang menggabungkan antara menggunakan daring dan tatap muka, bila terdapat pembelajaran yang tidak memungkinkan untuk dilakukan secara daring. 

Selanjutnya adalah meringkas materi dan menanyakan kembali tentang materi yang dibawa dalam sesi pembelajaran, sehingga mahasiswa pun tidak merasa jenuh dan dapat memahami inti dari sesi pembelajaran. Pengajar pun dapat menghindari pemberian tugas yang berlebihan kepada mahasiswa, sehingga mahasiswa tidak merasa bosan dan lelah karena keberlangsungan pembelajaran melalui daring ini. 

Dan tak hanya itu saja, pihak Kementerian Pendidikan dan sekolah dapat memberi dukungan mempersiapkan sarana teknologi, pelatihan penggunaan teknologi dan internet, subsidi paket data yang mencukupi untuk mahasiswa dan pengajar, sehingga permasalahan sarana, prasarana, serta kemampuan penggunaan internet dapat teratasi. 

Pendidikan pada masa pandemi COVID-19 saat ini menggunakan suatu sistem Pendidikan jarak jauh. Dan dari implementasinya, terdapat beberapa hal yang kita dapatkan, entah itu baik dan buruk. Oleh karena itu, sistem pembelajaran ini masih perlu dikembangkan lagi, agar proses belajar mengajar semakin efektif, sehingga mahasiswa maupun pengajar dapat semakin terlibat dalam proses pembelajaran, baik dari segi proses, gaya pembelajaran dan sarana pendukungnya. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun