Semoga tulisan ini bisa sebagai pelajaran untuk para pembaca, khususnya wanita, dan pengguna eskalator pada umumnya.
Kejadian ini saya alami sekitar 3 minggu yang lalu.
Seperti biasa, hari Minggu waktunya libur kerja, karena cuaca panas dan sedang berpuasa, maka rencana saya sehari penuh adalah mengawali hari itu dengan tidur hingga jam 11 siang, berangkat ke Sam Sui Po, mengantar teman ke dokter gigi, maklum sang dentist berbahasa Mandarin, sedang teman saya hanya bisa bahasa Cantonese, dia sengaja memilih dokter itu karena hari Minggu para dokter lain tutup, tapi dokter ini unik, hari minggu pun masih menerima pasien. Selanjutnya ke Tsim Sa Tsui, mampir ke Masjid untuk sholat, dan acara terakhir ada janji buka bersama dengan kawan lama.
Selesai mandi sudah memasuki waktu dhuhur, jam 1:30 saya keluar rumah, seperti biasa, saya mengenakan rok panjang.
Ketika memasuki stasiun MTR (kereta bawah tanah) mulut saya sedang berbicara di telfon , telinga tersumpal headseat, disambi mata saya terfokus pada layar tablet membaca berita pemilu, tanganpun tak kalah seru menggeser-geser layar mengeklik judul berita yang menarik.
Kebiasaan menyibukkan mulut, telinga, tangan, dan mata sudah sangat lazim dilakukan orang2 di sini ketika berada di tempat publik.
Kalau tidak membaca, pasti main game, seolah tak memperdulikan apa yang terjadi disekitarnya.
Inti cerita saya ada disini, ketika mulai mengantri menggunakan eskalator, maka akan ada pengumuman yang berulang ulang oleh suara wanita dari mesin secara otomatis yang sengaja ditujukan pada pengguna eskalator.
Announcements dalam bahasa Cantonese, Putonghua dan English itu berbunyi seperti ini “Please hold the handrail“ , “Don't keep your eyes only on the mobile phone“, Previously, the announcement only said: "Please hold the handrail." Now the MTR has added: "Don't keep your eyes only on the mobile phone."
Namun namanya orang bandel dan seperti sudah secara otomatis meremehkan peringatan yang sudah hapal diluar kepala karena terlalu sering mendengarnya , saya dengan enjoi tidak memperdulikanya.
Kualatpun menimpa saya , he he...
Ketika naik , kaki sudah berpijak diatas anak tangga eskalator, tiba-tiba seperti ada yg menarik rok saya, karena banyak orang , maka saya pikir , “ah, mungkin rok saya tertarik oleh ...“ belum sempat menyelesaikan kalimat di dalam pikiran, saya secara reflek menengok ke bawah , dengan terkejut, panik dan otomatis, saya segera menarik ujung rok panjang saya yang ternyata hampir saja ditelan eskalator “oh my God!!!!“ secara spontan saya menarik sekuat tenaga, dan, Alhamdulillah rok yang saya kenakan bisa kembali saya tarik keatas walaupun bekas oli menodai warna hijau nya.
Deg deg an, dan agak syok, “bagaimana jika rok saya itu tak bisa ditarik?“ pasti kejadian yang lebih parah akan saya lalui. Telanjang karna rok terlepas, (walaupun saya selalu memakai celana panjag didalam rok) mungkin saya mengalami kecelakaan? Terjatuh, mengenai orang lain? Ahhh entahlah, yang pasti saya begitu bersyukur saat itu karena selamat dari bahaya. Terimakasih Tuhan.
Sorenya saya sampai masjid ditanyai oleh seseorang, perihal rok saya yang belepotan oleh oli, ketika saya selesai menceritakannya, dia justru berantusias menceritakan pengalamanya dengan seorang kawan yang juga mengalami hal yang serupa dengan saya, bedanya kejadian yang ia ceritakan lebih parah, rok temanya harus dipotong oleh petugas MTR karena tak bisa ditarik, bisa dibayangkan seperti apa kelanjutanya, padahal lanjutnya bercerita, rok tersebut baru dipakai sekali.
Dari kejadian ini saya menghimbau buat teman2, hati hatilah ketika menaiki eskalator, jangan sampai kejadian ini menimpa kalian, mulai saat itu, saya selalu mengangkat agak keatas bagian rok saya, sedang tangan satunya berpegangan, tidak melototi layar hape, dan tidak berdiri terlalu mepet ke pinggir eskalator.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H