Mohon tunggu...
Eva Dewi Eskaulina Simatupang
Eva Dewi Eskaulina Simatupang Mohon Tunggu... -

aku adalah aku karena suatu alasan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Woww....Pe-mimpi-kah????

28 Mei 2012   04:46 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:41 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Anggap saja namanya Fie. Kebanggaan tersendiri baginya saat dia diterima di salah satu SMA faforit di kotanya. Semenjak itu, sudah terpikirkan olehnya "kelak mau jadi apa". Akhirnya Fie pun punya mimpi dan membungkus mimpi itu seapik mungkin. Mimpi yang tidak pudar dan terus berlanjut sampai ia menyelesaikan sekolahnya.

Seperti mimpi di siang bolong, itulah gambaran mimpi Fie, saat dia menyadari bahwa ternyata mimpi itu hanya sebatas mimpi belaka. Bagaimana tidak, selama ia punya mimpi itu tidaklah pernah ia serius berusaha untuk meraih mimpi itu. Penyesalan datang, tetapi mimpi itu masih tetap saja ada. Bimbel yang selama ini menjadi tempatnya belajar tambahan menjadi sarana utama untuk tercapainya mimpi itu. Fie pun mulai antusias menjalani peluang itu. Tetapi dengan waktu yang sangat mendesak dan tuntutan yang sangat rumit, terkadang Fie mumet menjalaninya. Fie juga semakin menyadari setelah melihat dengan jelas bahwa ternyata bukan hanya dia yang punya mimpi itu. Banyak pesaing-pesaing mimpi itu. Akhirnya mimpi itu pun memudar seiring dengan hatinya yang telah ciut dan menyadari kapasitas dirinya sendiri.

Lain halnya dengan Vaal. Latar belakang tidak jauh beda dengan Fie. Pemikirannya sangat dangkal. Dia punya mimpi dan katanya mimpinya itu bisa tercapai karena nasib yang menentukan. Usahanya memang ada melihat dari keaktifannya mengikuti bimbel. Tapi tetap saja di memorinya sudah terukir "nasib yang menetukan". Mimpi itu pun mengalir begitu saja tak tau arahnya kemana.

Figur berbeda dapat dilihat dari Siem. Mimpi yang ingin dicapainya itu bukanlah mimpinya yang sebenarnya tetapi mimpi " orang lain". Terpaksa dan tertekan itulah yang dirasakannya. Momok ini mendesaknya untuk harus dan harus bisa seperti mimpi "orang lain " itu tanpa mempedulikan kapasitas dirinya yang belum apa-apa itu. Ibarat mimpi yang sudah tau akhirnya dan akhirnya itu adalah mimpi buruk.

Bermimpi wajar bagi siapapun. Kali ini saya mencoba "menyoroti mimpi" yang hangat digeluti anak-anak yang akan melanjutkan pendidikan ke kampus-kampus negeri faforit. Sebagai seorang pengamat/pembimbing/pengajar sangat digelisahkan oleh hal ini. Setiap hari berhadapan dengan para pemimpi ini dan melihat realitas yang ada bisa dibilang kayaknya lebih "getol sayanya" dibandingkan sipemimpi itu dalam meraih mimpi itu. Penggalan kisah di atas MUNGKIN bisa menggambarkan kondisi para pemimpi itu. Para pemimpi yang sebenarnya TIDAK TAU JELAS  apa artinya bermimpi. Ironis bila dikatakan berani-beraninya menjuluki dirinya pemimpi tapi tidak tahu cara bermimpi. Kebenarannya mimpi itu harus sejalan dengan aksi. Bisa diibaratkan mimpi itu adalah pandangan sipemimpi kelak dia mau jadi apa kedepannya dengan segala daya dan upaya yang sudah dirancang dan dikerjakan sejak semula terus-menerus dan tentu saja itu semua  dikerjakan untuk memuliakan sang Khalik. Waktu sudah sangat kritis, beberapa hari lagi para pemimpi itu akan bersaing di tengah ketatnya persaingan. Walau demikian, waktu yang sedikit ini masih bisa digunakan untuk menambah ilmu. Semoga para pemimpi ini dikabulkan mimpinya...

Dan bagi para calon pemimpi yang sama, persiapkanlah aksi mulai dari dini, kalau ada peluang teruslah menambah ilmu  dan lahaplah ilmu itu seperti makanan sehari-harinya dan jangan jemu-jemu. Karena ada pepatah mengatakan persiapan yang matang akan menuju keberhasilan. SUKSES bagi para PEMIMPI......

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun