Dalam keramaian itu terbersit kisah,
Cerita pendek nan indah, Buya Hamka kisahkan.
Tentang seorang pemuda di bawah rembulan,
Menyusuri lorong gelap, mencari penghapus luka.
Hatinya pilu, bagai malam kelabu,
Namun tetap bertekad menemukan cinta sejati.
Seperti cahaya lilin yang menghiasi kegelapan,
Dia mencari arti di setiap detik hidup yang terbentang.
Di tengah pasar, dia bertemu matahari,
Seorang gadis jelita dari desa tetangga.
Senyumnya bagaikan mentari pagi,
Menyinari hati pemuda yang selama ini merana.
Bagaikan kupu-kupu yang terhipnotis,
Dia terbang di sekeliling sang bidadari.
Dalam sentuhan tatap, cerita dimulai,
Cinta pun berkembang menjadi kisah abadi.
Bersama bidadari, pasar malam berubah,
Mengalun lagu asmara di antara gelak tawa.
Buya Hamka menitip pesan bijak,
Bahwa cinta sejati tak pandang waktu dan usia.
Di bawah cahaya gemerlap remang,
Kisah cinta bersemi di pasar malam itu.
Puisi Buya Hamka mengajarkan tentang arti,
Bahwa cinta sejati akan tumbuh abadi dalam jiwa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H