Firdaus adalah korban. Ia salah satu korban dari puluhan ribu perempuan yang terpaksa hidup di teras neraka. Maukah kita mendengar jeritnya? Setidak-tidaknya ada tiga hal yang kita akan bahas mengenai buku tersebut.
Siapa Bilang Cantik adalah Anugerah?
Cantik bukanlah anugerah bagi Firdaus. Ia memiliki mata hitam dengan kerlingan yang menarik serta hidung penuh dan halus. Tubuhnya langsing dengan paha yang kencang. Ketika ia berjalan, para pemilik otak dangkal akan menghampiri dan bertanya tarif per jamnya.
Pilihan Firdaus terbatas. Peran perempuan dewasa di Mesir pada saat itu belumlah banyak. Sebelum umur 15, Firdaus dinikahkan dengan Syekh Mahmoud, laki-laki tua yang sudah pensiun.Â
Ia dijual seharga 100--200 pound setara 50.000--100.000 rupiah pada pertengahan abad 20. Karena peristiwa KDRT, ia pun kabur dari rumah. Sayang disayang, ia malah dijebak oleh mucikari.
KDRT Dianggap Wajar
Sebelum kabur dari rumah Syekh Mahmoud, Firdaus mengadu kepada keluarga angkatnya---paman dan bibinya. Namun mereka tidak membela Firdaus.Â
Mereka justru bilang bahwa semua suami memukul isterinya dan laki-laki yang memahami agama itulah yang melakukannya. Aturan agama mengijinkannya dan seorang isteri yang bijak tidak layak mengeluh tentang suaminya. Kewajiban isteri ialah kepatuhan yang sempurna.
Sepanjang kisah dalam buku Perempuan di Titik Nol belum pernah dikatakan bahwa Firdaus beribadah. Namun ia sempat menyampaikan, "Paman adalah seorang syeikh yang terhormat, terpelajar dalam hal ajaran agama, dan dia, karena itu, tak mungkin memiliki kebiasaan memukul isterinya." Masakah perempuan yang dipandang rendah dan tidak diijinkan berpendidikan tinggi memiliki pemikiran yang lebih bermoral?
Kekuatan Kapital Takut Perempuan
Titik-titik terakhir perjuangan Firdaus ketika ia diajak kawin oleh seorang germo. Firdaus berkali-kali menolak, namun sang biadab itu menggunakan kekerasan---kasar dan lembut---untuk menaklukkannya. Penghasilan Firdaus dirampas sebagian besar dan jika ia memberontak, ia akan dipukuli.