TikTok terbanyak di dunia  dan pengguna terlama yang mengakses video TikTok melalui perangkat handphone Android di tahun 2024. Pengguna Tiktok setelah di telusuri platform dengan pengguna terbanyak berpendidikan paling rendah, dan beberapa netizen yang ingin membandingkan dengan Facebook ternyata di lihat dari datanya tidaklah berbeda dengan Tiktok. Orang yang berpendidikan rendah sangatlah gampang untuk di manipulasi dan di giring pikirannya untuk mengikuti satu pemikiran yang di inginkan oleh beberapa orang yang mempunyai kepentingan tertentu untuk mendapatkan beberapa opini yang memang sudah di atur sedemikian rupa. Contohnya untuk memilih satu presiden, mendukung satu influencer dan bahkan di atur untuk memegang nilai -- nilai yang salah. Orang yang berpendidikan rendah biasanya sangat mudah di pancing emosinya dan paling gampang untuk di giring opininya, ada riset yang mengatakan kolerasi antara pendidikan dengan penanganan emosi.
Tiktok adalah platform media sosial yang memungkinkan pengguna untuk membuat atau menonton video pendek yang bisa di buat atau di tonton oleh siapapun. Di Indonesia menjadi pengguna      Kenapa  pengguna Tiktok notabene berpendidikan rendah ? Karena Tiktok notabene "open" semua orang bisa membuat konten, semua orang bisa viral dan semua orang bisa jadi influencer. Kata kuncinya disini adalah BISA, semua orang bisa bersuara yang penting konten mana yang paling viral, tidak penting orang itu pintar atau bodoh. Tiktok mungkin kurang tepat di sebut dengan sosial media, tapi mungkin bisa di sebut dengan Content Distribution Platform yang paling penting disini adalah kontennya, dan inilah yang membuat perkembangan Tiktok sangat pesat. Dari data survey, Indonesia sangat menyukai konten -- konten yang tidak bersubtansi, seperti konten drama, konten menjelekan orang, konten konflik, konten mengemis atau konten ekstrim.
      Apakah Tiktok bisa menurunkan IQ penggunanya ? Dengan konten -- konten yang cepat viral dan terlihat "menarik" untuk di lihat sebenarnya konten instan membuat kita malas untuk berfikir secara kritis karena kita berfikir sesuatu yang viral dan mendapat banyak like atau top komen itu paling benar dan memang faktanya seperti itu. Hal ini dapat menyebabkan penurunan kemampuan untuk mencerna informasi yang kompleks karena otak terbiasa dengan pola konsumsi yang dangkal dan terbiasa menganalisis informasi yang kurang mendalam.
      Kecanduan Tiktok bisa membuat kemampuan kognitif kita menurun, ada beberapa penelitian mengatakan bahwa 60 -- 70 % remaja yang kecanduan Tiktok mengalami gangguan kecemasan, stress, anxiety, berfikir negatif bahkan mengalami insecurity. Untuk mengurangi dampak yang lebih serius kita bisa membatasi konten -- konten yang lebih edukatif dan konten positif dan jangan menelan mentah -- mentah top komen dari suatu konten karena belum tentu itu adalah suatu fakta, kita harus tetap mencari tahu dari platform yang lainnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H