Mohon tunggu...
Eva Dianidah
Eva Dianidah Mohon Tunggu... Penulis - Anak baik

من جدّ و جد من ظفر ظفر لا تحزن ان الله معنا

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Tanya Jawab Abi Quraish Shihab Seputar Ramadhan

6 Mei 2019   22:40 Diperbarui: 7 Mei 2019   00:04 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ciputat, 04 Mei 2019 bertepatan pada akhir bulan Sya'ban tahun 1440 H ruang shalat dan pelataran halaman masjid Al-Jami'ah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dipenuhi oleh ratusan umat Muslim dari berbagai kalangan dan daerah. Mulai dari mahasiswa, dosen hingga karyawan dan masyarakat Jabodetabek hingga luar kota/provinsi turut hadir dalam barisan jamaah dengan antusiasnya. Acara ini diselenggarakan oleh channel Youtube Narasi TV "Shihab & Shihab".

Dimana pada acara ini mendatangkan dua orang Shihab sekaligus, yakni Prof. Dr. AG. H. Muhammad Quraish Shihab, MA atau yang biasa dipanggil dengan sebutan Abi, dan Najwa Shihab atau yang biasa dipanggil dengan nama sapaan Nana. Acara ini diselenggarakan dengan mengambil tema "Bersiap Diri Menyambut Ramadhan". Tujuan acara ini adalah sebagai pengingat diri akan datangnya bulan suci Ramadhan, juga sebagai pembelajaran dalam mempersiapkan diri menyambut bulan Ramadhan.

Pada awal diadakannya tanya jawab, Abi bertanya mengenai "apa hal dasar dalam berpuasa? dan apa yang menjadi hal istimewa (khusus) pada puasa?" Jawabannya adalah hal dasar puasa yaitu tidak makan dan tidak minum, ini yang umum diketahui oleh masyarakat. Lalu yang menjadi hal khususnya adalah ada substansi apa dalam puasa, karena puasa sebenarnya memiliki nilai dan isi, ini yang jarang dipikirkan oleh kita masyarakat secara umum.

Jawaban umum maupun khusus mengenai puasa ada substansinya, ada nilai dan isinya. Dimana substansi ini semuanya bagus. Namun dalam hal mempersiapkan diri itu seharusnya adalah setelah tahu, dan kemudian barulah mulai menyiapkan tekad diri untuk memperbaiki apa yang perlu diperbaiki. Hal ini dilakukan dan dipikirkan hingga sebelum terbit fajar.

Mempersiapkan diri dengan pengetahuan dan tekad untuk memperbaiki yang kemarin belum dilakukan dan untuk kebaikan selanjutnya. Jadi, hal yang perlu disiapkan dalam menghadapi bulan suci Ramadhan adalah pengetahuan dan tekad. Inilah yang akan menjadi patokan sebagai permulaan dalam rangka perbaikan diri, rohaninya dan raganya.

Seorang mahasiswa bertanya: "apa saja hal-hal yang perlu kita kerjakan selama bulan suci Ramadhan untuk dapat meningkatkan kualitas diri dan setelah bulan ini lewat menjadi suatu pembelajaran serta pengalaman spiritual yang tidak akan terlupakan begitu saja?"

Jawaban Abi dengan cerita, disebutkan bahwa Nabi Muhammad SAW pernah berkhutbah sebelum bulan Ramadhan tiba: "... Lakukanlah 4 hal, 2 diantaranya adalah menjadikan Allah SWT ridha, jangan sampai kamu tidak berusaha untuk mendapatkan keridhaan-Nya. Dua hal yang pertama ini adalah kalam Ilahi أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلَهَ اِلَّا الله وَ أَسْتَغْفِرُ الله . Janganlah kamu berucap yang tidak akan kamu amalkan, janganlah berucap apa yang tidak kamu ketahui.

Sesungguhnya suatu kepercayaan tanpa ridho Allah SWT adalah syirik. Adapun 2 yang lainnya adalah memohon syurga. Permohonan manusia kepada manusia tidak akan dituntut untuk berusaha. Sedangkan permohonan kepada Allah, kamu akan dituntut untuk berusaha mencapai tujuanmu." Ketika menginginkan sesuatu, hal yang pertama dilakukan adalah berusaha terlebih dahulu kemudian memohon, mencari cara untuk mencapai syurga.

Bulan Ramadhan adalah sale, artinya Allah telah memberikan kesempatan dengan mengobral pahala pada bulan ini. Ramadhan akan cepat berlalu bergitu saja karena kita banyak melakukan kegiatan yang tidak bermanfaat. Lakukanlah kegiatan seperti membaca buku yang baik, tadarus Al-Qur'an, bershalawat kepada Nabi, beribadah kepada Allah, hal ini dilakukan secara berkala jangan sampai dilupakan.

Alangkah cepatnya 1 menit dengan 1 jam, alangkah cepatnya 1 jam dengan 1 hari, alangkah cepatnya 1 hari dengan 1 minggu, alangkah cepatnya 1 minggu dengan 1 bulan, dan 1 bulan dengan 1 tahun. Hingga kenyataan menerangkan bahwa alangkah cepatnya usia ini dengan waktu. Jadi, jangan sia-siakan waktu. Karena waktu adalah penentuan awal dan akhir seuatu hal.

Adalagi sebuah pertanyaan dari salah satu peserta jamaah yang hadir, yaitu "dalam penentuan awal dan akhir bulan suci Ramadhan, ketetapan siapa yang paling baik diikuti?"
Pertanyaan ini sedikit berkaitan dengan keadaan yang kerap kali terjadi di Indonesia tercinta kita ini. Adapun jawaban yang diutarakan oleh Abi Quraish adalah ketetapan pemerintah itu menyingkirkan perbedaan, demi persatuan.

Namun jika tidak mau mengikuti ketetapan pemerintah, dengarkanlah hatimu. Yakinkan dirimu dengan keadaan hati yang tenang dan itulah ketetapan yang terbaik. Janganlah kamu pertanyakan suatu hal kepada orang yang tidak tahu. Dihimbau pula untuk tidak berbicara hal yang tidak diketahui, hindarilah orang-orang seperti ini. Karena ketika kamu sakit, jangan pergi ke petani, pergilah ke dokter.

Bahkan bila perlu ke dokter spesialis. Jika ingin bertanya seputar agama, datanglah kepada ahlinya. Jika bertanya kepada penceramah, lihatlah dilu akhlaknya, baik atau tidak. Bukan hanya penampilan yang dilihat, namun juga akhlaknya. Bagaimana tingkahlakunya, bagaimana akhlak diluar sana, mana akhlaknya?. Bedakan antara ilmuan dengan politisi. "Jika seorang ilmuan itu boleh salah tapi tidak boleh berbohong. Sedangkan politisi, boleh berbohong tapi tidak boleh salah. Jangalah jadikan keinginan terhadap kekuasaan demi dunia, padahal itu hanyalah sementara."

Seorang mahasiswi bertanya, "Apa tujuan dari berpuasa"

Abi menjawab, tujuan berpuasa adalah untuk mengendalikan hawa nafsu. Katakan kepada dirimu, "saya sedang berpuasa." Buatlah janji antara kamu dengan jiwamu. Hal ini dilakukan agar adanya perjanjian yang membuatmu menjadi lebih kuat dalam berpuasa, dapat lebih mudah dalam mengendalikan hawa nafsumu.

Pertanyaan berikutnya datang lagi dari seorang mahasiswi, "siapa saja yang tidak diperbolehkan berpuasa?"

Jawabannya: tidak boleh berpuasa, berarti jika pun berpuasa maka puasanya tidak sah. Orang-orang yang tidak diperbolehkan bepuasa adalah wanita yang haid, nifas, orang yang sedang sakit keras. Berbeda jika pertanyaannya siapa saja orang boleh tidak berpuasa? Kalau ini jawabannya adalah orang-orang yang sedang dalam perjalanan (musafir), orang yang sakit tidak kuat untuk berpuasa, dan orang yang bekerja keras. Mereka ini yang diwajibkan untuk mengganti puasanya dibulan yang lain, atau bisa juga dengan membayar fidyah.

Satu lagi pertanyaan dari seorang mahasiswi UIN Jakarta, "mengapa wanita yang haid puasanya harus diganti, sedangkan shalatnya tidak?"

Abi menjawab bahwa pertanyaan ini pernah dipertanyakan oleh Aisyah kepada Rasulullah SAW, yang kemudian jawaban Rasul adalah hal ini sudah ketentuan perintah dari Allah SWT. Ada ulama yang menjawab bahwa jika shalat itu ada banyak jumlahnya. Shalat wajib dalam sehari ada 5 waktu (17 rakaat), jika tidak berpuasa dihitung hingga batas terbanyak 14 hari, maka 14x5. Hal ini akan menjadi sesuatu yang mengikat pada diri wanita itu. Sedangkan puasa hanya hitungan hari, dan jika puasa bisa sambil kegiatan yang lain, dapat sambil jalan-jalan, baca buku, dan lain-lain.

"apakah orang yang sedang berpuasa kemudian meninggal, termasuk kedalam orang yang mati syahid?"
Jawabannya: tidak. Karena orang yang mati syahid adalah orang yang sedang membela agamanya, berperang dan berdakwah demi agamanya. Jika berpuasa ia hanya sedang menjalankan kewajiban dalam beribadah kepada Allah SWT.

Pada ayat ...كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ.... “apa yang dimaksud قَبْلِكُمْ (sebelum kalian)?

Jawabannya: hal ini terdapat banyak perbedaan, arti dari sebelum kalian bisa bermacam-macam. Para ulama berbeda-beda dalam berpendapat.

Sedikit tambahan pada akhir acara, Abi menjelaskan pengertian dari kata Ulama dan 'alimuu. Ulama adalah orang yang berilmu, walaupun ia tidak mengamalkan ilmunya, dan walaupun ia memiliki akhlak yang buruk, ia tetap dinamakan sebagai ulama. Sedangkan 'alimuu adalah pewaris Nabi. Ada 3 kelompok 'alimuu, yaitu 1) orang yang menganiaya dirinya sendiri, 2) orang yang mumpuni, 3) orang yang berlomba-lomba.

"Ilmu itu membimbing, agama itu tempatnya titik temu." _Quraish Shihab

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun