Mohon tunggu...
EVA SUSANTY
EVA SUSANTY Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawati

belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Perang

10 November 2023   09:18 Diperbarui: 10 November 2023   09:44 292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perang

menetes air mata mendengar kata ini

dikala peradaban intelektual masyarakat dunia sudah mencapai tingkat tinggi mengapa perang masih bisa terjadi

bukankah hati dan kecerdasan mereka bisa berkata bahwa perang adalah alat para penguasa

penguasa rakus, haus akan tahta demi ambisi keji

menumpaskan banyak nyawa menumpahkan banyak darah membantai mereka yang lemah tak berdaya tak kuasa melawan tanpa bisa  angkat senjata

puas, sang dzalim pun tertawa

tertawa melihat banyak jasad kaku berserakan tertawa melihat banyak darah berceceran tertawa melihat banyak daging segar terburai disetiap sudut pandang mata

kapan perang akan berakhir renungkanlah dengan mendalam

hai, para penguasa

hai, para tentara boneka negara

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun