Shonen Fight rilis perdana sejak Juni 2015 dan saat ini dipimpin oleh kepala editor Yoshihiki Wakanabe. Shonen Fight adalah majalah komik yang berisikan komik-komik karya anak negeri dan saat ini telah mencapai volume 2 serta telah dapat dilakukan pre-order untuk volume 3 yang akan terbit bulan Oktober 2015 nanti.
Sistem yang digunakan oleh Shonen Fight sama seperti sistem yang digunakan Shonen Jump di Jepang. Komikus membuat name terlebih dahulu. Kemudian dicek oleh editor bersangkutan yang bertugas menilai name buatan komikus dari sisi pembaca dan memberikan masukan agar komik dapat dibuat dengan menarik. Setelah namenya ok, pembuatan sketsa dan inking pun dimulai. Rata-rata komikus menghabiskan waktu sekitar satu setengah bulan hingga hasil karyanya diserahkan kepada editor. Lalu penerbit akan mengisi balon dialog dan mengurus mengenai percetakannya.
Komikus diingatkan bahwa ada sistem angket yang akan menentukan nasib komik mereka. Angket digunakan untuk memilih 3 komik terbaik versi pembaca. Peringkat terbawah hasil angket akan diusulkan untuk dihentikan dan digantikan dengan seri komik yang baru di rapat editor karena dianggap tidak populer. Bagaimana pun, majalah komik Shonen Fight merupakan produk komersial maka komik yang akan dipublikasikan, kualitasnya harus bagus dan populer secara popularitas.
Pada volume 1, terdapat 10 judul dalam majalah komik Shonen Fight. Diisi oleh Inheritage-incarnation of chaos oleh Mukhlis Nur, Oh Blood! oleh Cessa, Kalasandhi oleh Azisa Noor, Rabbit Vault oleh Bebekterbang, Jeenie oleh Dani Kuswan, Lost in Halmahera oleh Maulana Faris, Winternesia oleh Dewanto dan Izfah, Jakartanova oleh Mage serta Perennium oleh K. Jati. Dan pada volume 2, terdapat 12 judul dengan masuknya 2 karya baru, Ankala dari Hiro Nurhadi dan He is God of Love dari Masabodo.
Periode 3 (11 Agustus-10 Oktober 2015)
Tema : Musik dan Sci-fi
Periode 4 (11 Oktober-10 Desember 2015)
Tema : Beladiri dan Misteri
Syaratnya jangan sampai salah ya:
- Komikus perseorang/tim
- Shonen style
- 24-32 halaman (jumlah halaman genap, termasuk 1 halaman cover berwarna) isi hitam putih (toning/grayscale)
- Komik one shot
- Menggunakan acuan template yang sudah disediakan
- Manual/digital-dikirim dalam bentuk print-out ukuran A4 (jangan mengirimkan melalui email/file, jangan mengirimkan lembaran komik asli (pensil/tinta), karya yang sudah selesai. Jika manual, harap discan, lalu diprint untuk dikirimkan
- Tata letak teks dapat dibuat secara digital maupun manual (tulis tangan), tidak mempengaruhi penilaian
- Sertakan kupon majalah Shonen Fight sesuai tema/periode submisi, submisi yang tidak menyertakan kupon akan dikembalikan
Untuk info lebih lanjut, bisa dicek di facebook.com/shonenfight
Perdebatan yang selalu ada di industri komik Indonesia adalah komik Indonesia harus memiliki style sendiri. Yang paling menonjol selama ini adalah American style dan Japanese manga style. Secara sosial, komikus Indonesia selalu dituntut untuk menggambar di luar style tersebut. Bahkan, Muh. ‘Mice’ Misrad pun mengakui bahwa Indonesia belum memiliki style sendiri.
Sesungguhnya yang penting adalah bagaimana komikus-komikus muda terus berlatih hingga pada saatnya nanti, muncul style komik Indonesia yang begitu identik layaknya Japanese manga style di komik-komik Jepang.
Keep Photographing,
Eva Leevin
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H