Mohon tunggu...
Euri Ametsa
Euri Ametsa Mohon Tunggu... Buruh - manusia biasa

Mencoba menulis kembali

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Untuk Temanku

3 Oktober 2018   21:32 Diperbarui: 3 Oktober 2018   21:50 625
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar : pixabay.com

Temanku, buku.

Kamu tahu, aku melihat airmata pejuang di tempat persembunyian ini, satu persatu mengalir dari mata mereka yang kurang tidur. Pasti ingatan-ingatan masa lalu yang indah, atau mungkin juga muram, silih berganti hadir di kepala mereka. Selalu sama. Setiap orang yang tahu dirinya akan menghadapi kematian pasti akan berprilaku seperti itu. Karena, perpisahan dimanapun akan sama saja, pasti akan menguraikan airmata. Jika tidak di mata, pasti ada air mata yang jatuh di hati.

Akupun sama, teman. Jangan salah sangka kalau hatiku sekeras batu. Kamupun tahu bahwa hatiku selembut kapas yang diterbangkan aingin sewaktu aku membacamu di atas sebuah pohon, di pinggir lapangan sepak bola waktu dulu. Situasi menjelang mati ini, mengingatkanku ketika pertama kali ibuku membawakanmu kepadaku. Aku masih ingat cerita yang kamu bawakan ketika itu, meskipun ibulah yang membacakannya kepadaku karena aku sama sekali belum mengerti tulisan yang ada diatas lembaran kertas milikmu. Aku sangat ingat cerita tentang seekor beruang madu dan temannya itu, karena ibu berulang kali menceritakannya kepada dan juga karena kisah tersebut adalah dongeng terakhir yang ibu ceritakan kepadaku sebelum kematiannya.

Semenjak itu, kamupun pasti merasakan hubungan persahabatan kita semakin dekat dan akrab. Sampai-sampai ada yang menyangka kita pacaran, hahaha. Apalagi setelah aku telah bisa membaca dan menulis. Tidak hanya membaca kisah yang kamu berikan kepadaku, akupun juga menceritakan kisah-kisah yang menarik kepadamu yang keluar dari imajinasiku yang seakan tidak berbatas. 

Mungkin, sudah lebih dari ratusan cerita pendek, ribuan puisi, dan belasan novel telah aku tuliskan untukmu teman. Namun, tentu saja, apa yang aku ceritakan kepadamu sangat sedikit dibandingkan dengan apa yang kamu ceritakan kepadaku. Semua ceritamu mempengaruhi cerita yang aku tulis, bahkan tidak hanya itu, bacaan-bacaan yang ada pada dirimu bahkan mengubah hidupku dan sudut pandangku terhadap hidup.

Contohnya saja, rasa cintaku yang besar terhadap tanah air ini, tidak lepas dari kisah hidup dua proklamator besar kita, bung Karno dan bung Hatta. Kisah hidup mereka, mereka ceritakan kepadamu, dan kemudian kamu ceritakan kepadaku dan semua orang yang hidup setelah mereka. Membuatmu menjadi tabungan ingatan sejarah agar anak-anak negeri ini tidak melupakan jasa-jasa orang yang memberikan mereka kebebasan dan kemerdekaan.

Aku masih ingat ketika aku membaca autobiografi bung karno sewaktu remaja dulu. Bagaimana aku dengan bodohnya, berpidato di malam hari di depan cermin, bertindak layaknya bung Karno yang sedang berorasi di depan masa. Juga, bagaimana aku berterimakasih kepada bung Hatta karena membaca autobigrafinyalah aku menjadi orang yang disiplin akan waktu. Kamu pasti tahu teman, berapa banyak kata yang berhubungan dengan waktu yang muncul di dalam kisah hidup bung Hatta yang dia ceritakan kepadamu.

Dibandingkan autobigrafi bung Karno yang terlihat seperti novel klasik yang dituliskan oleh penulis besar dunia, autobiografi bung Hatta terlihat seperti buku panduan bagaimana mengatur hidup sehari-hari dan juga tentu saja, tentang buku-dirimu teman, juga banyak muncul dalam autobigrafi bung Hatta. Membaca kedua kisah mereka yang dituturkan secara langsung kepadamu tersebut, membuatku memahami dan mengerti, bahwa kemerdekaan yang aku rasakan, yang saat ini sedang dirampas kembali, adalah hasil keringat dan pengorbanan banya orang. Bayangkan saja, bung Karno dan bung Hatta bisa saja hidup mewah dengan ijazah pendidikan tinggi yang mereka miliki. Namun mereka memilih berbakti kepada negeri dan bangsanya, dibandingkan kepentingan mereka sendiri.

Sesuatu hal yang membuatku, dan banyak orang lainnya tergerak untuk melakukan hal yang sama. Seuatu yang membuatku berpikir, bagaimana mungkin kemerdekaan yang ditegakkan dengan darah dan keringat banyak orang, diserahkan begitu saja ke tangan orang lain?. Pola pikir yang tidak mungkin aku rasakan kalau aku tidak membaca kisah kedua orang besar itu darimu teman.

Bagiku, kamu adalah penghubung emosi yang ada di antara masa lalu dan masa depan. Jika kamu tidak menceritakan kisah kedua orang yang berjasa besar bagi negeri ini kepadaku, mungkin rasa cintaku kepada ibu pertiwi tidak akan sebesar ini.

Temanku, buku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun