Mohon tunggu...
Gadget Pilihan

Masyarakat Anti Hoaks

5 Desember 2018   18:41 Diperbarui: 5 Desember 2018   19:05 436
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Arus informasi saat ini sangatlah sulit untuk dibendung. Ditengah kemajuan teknologi yang begitu canggih dan pengaksesan internet yang sangat mudah, informasi sangat cepat untuk disebar dan diterima. Penyebaran informasi secara cepat menyebabkan penyaringan informasi tidak terkendali. 

Informasi yang terdapat sekarang dalam berbagai media tidak lagi memuat informasi yang akurat dan jelas, alias banyak memuat berita hoax. Hoax sendiri adalah suatu kata yang umumnya digunakan untuk menunjukkan sesuatu yang palsu, atau usaha untuk menipu atau mengakali orang lain supaya mereka memercayainya, padahal sudah jelas-jelas berita itu adalah palsu.

Pemberitaan hoax sangat marak saat ini, khususnya di media sosial (medsos) seperti, youtube, instagram, twitter, dan facebook. Media sosial ini sangat mudah menyebarkan berita dari sumber manapun tanpa mengetahui kebenarannya. Alhasil, para pengguna medsos saling menyebarkan informasi hoax ini kepada para kerabat dan teman-teman medsosnya yang lain. 

Penyebaran informasi ini dapat menimbulkan kesalahpahaman dan respon berlebihan dari sang penerima informasi. Seperti contohnya, kejadian jatuhnya pesawat Lion Air JT610. Dalam tragedi ini, kurang dari 24 jam, banyak foto-foto hoax yang tersebar di media sosial seperti, foto potongan tubuh korban, video jatuhnya pesawat, dan berbagai foto lainnya yang menghebohkan masyarakat. Padahal, tim SAR dan tim evakuasi belum melakukan evakuasi dan pencarian korban. 

Para penyebar berita hoax ini sama sekali tidak bertanggung jawab atas keresahan yang terjadi di tengah masyarakat. Disamping itu, masyarakat memiliki sifat penasaran yang sangat tinggi untuk mengetahui bagaimana kejadian itu, masyarakat pun langsung membuka internet dan mencari kata kunci tragedi tersebut. 

Maka, muncullah ribuan berita mengenai berita tersebut dan masyarkat dengan secara random mengklik salah satu berita tersebut. Bersyukur jika berita yang muncul adalah berita yang sesuai dengan fakta, namun tak sedikit berita yang muncul tersebut penuh dengan kebohongan dan berlebihan. Link dari berita tersebut pun dibuka dan pengguna mulai membacanya. 

Banyak orang yang ketika membaca berita, membawa perasaan emosional dan mulai membagikannya ke teman-teman terdekat melalui berbagai media sosial yang ia miliki seperti, whatsapp milik keluarganya, grup line sahabatnya, dan memposting gambar atau berita tersebut di instagram. 

Peristiwa ini sangat sering dialami dan dilakukan oleh masyarakat, khususnya terhadap hot news mengenai bencana alam yang merenggut jiwa, pembunuhan, maupun isu politik. 

Perlu diketahui bahwa sesungguhnya rata-rata para penyebar berita hoax ini adalah warga negara tetangga, yang dengan sengaja menggunakan taktik berita hoax untuk memicu rasa khawatir, keresahan, dan ketakutan masyarakat suatu negara sasarannya. 

Untuk itu, kita sebagai masyarakat Indonesia yang dikenal dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika, kita harus berjuang dan berpegang erat untuk melawan dan menghentikan berita hoax. 

Menghentikan berita hoax ini tidak dapat dilakukan seorang diri, tetapi tetap harus ada kesadaran dari diri masing-masing. Adapun cara yang dapat dilakukan untuk menghentikan penyebaran berita hoax ini adalah sebagai berikut:

Pertama, hati-hati terhadap judul berita yang provokatif. Berita hoax seringkali menggunakan judul-judul yang sensasional dan hiperbola. Isi dari berita tersebut pun barangkali berisi data resmi yang berasal dari media berita resmi, namun penulis berita hoax ini mengubah kata-katanya dan menimbulkan persepsi yang berbeda sesuai dengan yang dikehendaki oleh sang pembuat hoax. 

Oleh sebab itu, apabila kita menjumpai berita dengan judul yang provokatif, sebaiknya Anda mencari referensi berita dari situs online yang terpercaya atau ternama. Bukan hanya itu, kita membandingkan isi berita dari berbagai media agar pembaca dapat memiliki kesimpulan yang berimbang 

Kedua, kita harus mencermati alamat situs. Untuk informasi yang diperoleh dari website atau yang mencantumkan link, cermatilah alamat URL situs yang dimaksud. Apabila berasal dari situs yang belum terverifikasi sebagai institusi pers resmi misalnya, menggunakan domain blog, maka informasinya bisa dibilang meragukan. 

Menurut catatan Dewan Pers, di Indonesia terdapat sekitar 43.000 situs di Indonesia yang mengklaim sebagai portal berita. Dari jumlah tersebut, yang sudah terverifikasi sebagai situs berita resmi tidak sampai 300. Artinya, terdapat setidaknya puluhan ribu situs yang berpotensi menyebarkan berita palsu di internet yang harus diwaspadai.

Ketiga, periksalah data. Perhatikan dari mana berita berasal dan siapa sumbernya? Contohnya, apakah dari institusi resmi seperti KPK atau Polri? Sebaiknya jangan cepat percaya apabila informasi berasal dari pegiat ormas, tokoh politik, atau pengamat.

Perhatikan keberimbangan sumber berita. Jika hanya ada satu sumber, pembaca tidak bisa mendapatkan gambaran yang utuh. Hal lain yang perlu diamati adalah perbedaan antara berita yang dibuat berdasarkan fakta dan opini. Fakta adalah peristiwa yang terjadi dengan kesaksian dan bukti, sementara opini adalah pendapat dan kesan dari penulis berita sehingga memiliki kecenderungan untuk bersifat subyektif.

Keempat, kita harus mengecek keaslian foto. Di era teknologi digital saat ini, bukan hanya konten berupa teks yang bisa dimanipulasi, melainkan juga konten lain berupa foto atau video. Ada kalanya pembuat berita palsu juga mengedit foto untuk memprovokasi atau untuk memicu emosional sang pembaca. 

Cara untuk mengecek keaslian foto, kini bisa dengan memanfaatkan mesin pencari Google, yakni dengan melakukan drag and drop ke kolom pencarian Google Images. Hasil pencarian akan menyajikan gambar-gambar serupa yang terdapat di internet sehingga bisa dibandingkan.

Terakhir, ikut serta dalam grup diskusi anti-hoax. Di Facebook terdapat sejumlah fanpage dan grup diskusi anti hoax, misalnya Forum Anti Fitnah, Hasut, dan Hoax (FAFHH), Fanpage & Group Indonesian Hoax Buster, Fanpage Indonesian Hoaxes, dan Grup Sekoci. 

Di grup-grup diskusi ini, netizen bisa ikut bertanya apakah suatu informasi merupakan hoax atau bukan, sekaligus melihat klarifikasi yang sudah diberikan oleh orang lain. Semua anggota bisa ikut berkontribusi sehingga grup berfungsi layaknya crowdsourcing yang memanfaatkan tenaga banyak orang.

Lima cara diatas harus dengan segera mungkin kita terapkan, sebelum berita hoax tumbuh dan berkembang subur. Dampak yang terjadi jika kita dapat mematikan keberadaan berita hoax adalah masyarakat dipenuhi oleh pengetahuan yang benar dan lebih edukatif. Informasi yang termuat di media pun lebih berkualitas dan bermutu. Semua informasi bersifat faktual dan dapat dipercaya. Lingkungan masyarakat pun tidak lagi dihantui oleh rasa khawatir dan ketakutan yang berlebihan.  

Komisi Penyiaran Indonesia dan Media Berita Online berharap bahwa masyarakat dapat menjadi lebih dewasa dalam menyikapi berita dan memilih situs berita yang hendak dibaca ataupun yang hendak di komentari. Sensitif dan selektif dalam membaca dan memilih berita. Tidak berkomentar dan menyebarkan berita secara sembarangan. 

Hoax harus dihentikan bahkan harus diberantas hingga punah. Kebenaran harus diungkapkan dan tidak dicela oleh siapa dan bagaimana pun bentuknya. Masyarakat cerdas harus dilengkapi dengan informasi yang edukatif dan berkualitas. Langkah perubahan ini harus kita lakukan mulai dari sekarang.

 

 

 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun