Berkaca kembali dari pengalaman hidup di lingkungan orang Toraja ternyata tidak semudah membalikkan telapak tangan. Sebagaimana yang public ketahui bahwa OrangToraja apabila mengadakan sebuah Ritual adat (pesta adat) entah itu Rambu Solo' (Upacara Kematian) atau Rambu Tuka' (Upacara Syukuran), pengeluaran bisa mencapai milyaran rupiah.Â
Coba bayangkan saja untuk satu Upacara Kematian bisa memakan waktu sekitar seminggu bahkan lebih. Tiap hari selalu ada pemotongan hewan baik kerbau, babi yang bukan hanya satu ekor saja,tapi hingga ratusan kerbau. Coba anda kalkulasikan sendiri harga satu ekor kerbau yang layak di potong di tengah upacara adat. Kerbau harus gemuk, besar, kulitnya bagus, tanduknya bagus, tanda-tanda yang lain di sekitar tubuh kerbau harus bagus dengan kata lain Hewan yang di kurbankan harus yang terbaik.Â
Orang Toraja mah malu mau menyumbang kerbau jika tidak layak di potong jadi yang di korbankan harus yang besar. Hitung aja ya, kalau kerbau besar dan kualitasnya bagus bisa kena budget berapa sih per ekornya? Ya, sekitar 50jt keatas jadi tinggal di kali saja 50jt X Minimal 100 kerbau. Ini baru kerbau ya.. belum yang lainnya.
Pembuatan pondok pun bukan hanya sehari saja tapi bisa sampai  berminggu-minggu karena pondok yang di buat banyak belum lagi dekorasi lain sekitar area upacara. Makanya daerah lain kadang bingung melihat Budaya Orang Toraja mereka ada yang mengatakan "Orang Toraja Beda Ya, Mereka Hidup untuk Mengumpulkan Uang Untuk Orang Mati" Ya begitulah Budaya Toraja, Walaupun Kita melihatnya sangat Berat, tapi bagi mereka sendiri inilah keharusan yang tidak boleh jika tidak dilaksanakan, karena seluruh rumpun keluarga akan saling bahu membahu untuk menutupi biaya dalam setiap upacara adat ini.
Posisinya lebih kepada Status Sosialnya nanti di Masyarakat. Jika dia bukan dari Kalangan Puang jika mampu untuk melakukan Upacara Adat kenapa tidak? Bahkan ini sudah mulai menjamur di Masyarakat Kecil Toraja. Upacara Adat Toraja sekarang ini, Posisinya sudah Menjadi sebuah "KEHARUSAN" rakyat kecil juga sudah mulai malu jika tidak membawa hewan saat  ada keluarganya yang di Upacarakan "Male Tongkon"bahkan ada yang sampai meminjam uang agar bisa ikut hadir membawa rombongan dalam Upacara Adat Tersebut.
Sebagaimana dalam Budaya kita orang Toraja, ketika kita membawa hewan untuk Sanak keluarga kita yang melakukan Upacara Adat, esok lusa jika kita juga melakukan Upacara Adat maka mereka juga akan melakukan hal yang sama. Mengembalikan hewan yang kita bawa kepada mereka. Jadi siklus hutang berputar ya... mereka menganggap pemberian sanak keluarga kepada mereka adalah sebuah Hutang yang esok lusa harus di kembalikan.Â
Saya pernah mendengar bisikan seperti ini saat menghadiri Upacara Adat sanak keluarga. Beliau mengatakan begini " Waktu Bapaknya Si A meninggal, kami sekeluarga membawa Kerbau Besar saat upacara adatnya berlangsung, mengapa saat bapak kami yang di Upacarakan Kerbau yang dibawah Kecil?" ada protes kecil dari keluarga jika apa yang mereka berikan, dikembalikan tidak sebanding dengan yang mereka bawa. Nah bagaimana jika tidak di kembalikan? Disitulah Kebudayaan Toraja dianggap sebagai suatu keharusan. Bukan karena Orang Toraja pelit, banyak hitung-hitungan, tapi itulah budaya mereka mengembalikan lebih sebagai bentuk trima kasihnya bahwa dulu sudah mau "ditengok" saat keluarga mereka dalam kedukaan.
 Melihat kembali Tuntutan Budaya Toraja sekarang ini, terlihat sangat membebankan bagi sebagian masyarakat yang keuangannya pas-pasan. Tidak ikut upacara adat kita malu, Bahkan jika ikut upacara pun dengan membawa hewan kecil lebih memalukan lagi, terus kita harus bagaimana kasihan? Apalagi jika kabar tentang Upacara adat keluarga tiba-tiba datang kepada kita, sementara pada saat itu keuangan kita lagi krisis, makanya banyak yang mengambil jalan keluar dengan meminjam. Bagaimana jika sering-sering ada Upacara Adat? Apa kita akan ngutang terus? Nah, Bapak/Ibu/ Sdr(i)berikut tips yang coba saya susun tentang Bagaimana mengatur keuangan di tengah tuntutan Pesta Adat Toraja yang tidak bisa di tinggalkan:
Anda bisa mencatat di selembar kertas, atau di agenda anda tentang Rencana pengeluaran anda tiap bulannya bisa didiskusikan bersama suami dan anak-anak. Jika anda punya penghasilan tetap ini sangat membantu mengarahkan penghasilan agar  tepat pada sasarannya. Buat prioritas mana yang harus di dahulukan. Apalagi jika anda sebagai orang tua, pasti selain kebutuhan sehari-hari anda juga memikirkan pendidikan anak-anak bukan? Jadi mulailah sekarang buat rencana pengeluaran, pisahkan prioritas dengan kebutuhan tambahan atau yang menyusul.