Mohon tunggu...
Eunike Pakiding
Eunike Pakiding Mohon Tunggu... Administrasi - Kuli Kopi yang Suka Menulis

Ingat, Pena lebih kuat dari Pedang || Calamus gladio fortior

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Tongkonan Beratapkan Batu 10 Ton, Berusia 700 Tahun

16 Juni 2017   11:13 Diperbarui: 16 Juni 2017   21:13 9836
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sumber Gambar: Nana Harmanto
Sumber Gambar: Nana Harmanto
Tangga untuk naik keatas Tongkonan ada di sisi kanan bangunan, setelah diberikan izin oleh penghuni Tongkonan (Anak atau Kerabat Nenek Toyang) anda bisa naik keatas. Pemilik Tongkonan atau Kerabatnya akan berjalan lebih dahulu keatas untuk meminta izin kepada Leluhur yang diyakini masih ada bersama-sama mereka di Tongkonan itu. 

Setelah mendapat izin dari leluhur, penghuni rumah akan menyuruh anda untuk mengetok kepala anda sebanyak 3 kali di ambang Pintu masuk Tongkonan. Berbeda dengan kebiasaan normal kita ketika bertamu mengetuk pintu dengan tangan. Sementara di Tongkonan ini, harus mengetuk menggunakan kepala sebanyak 3 kali. Anda percaya atau tidak ini adalah suatu keharusan untuk anda lakukan ketika berkunjung ke Rumah Tongkonan ini, jika tidak sesuai prosedur maka ketika pulang akan ada yang sakit.

Bagaimana Pemandangan di Ruang Utama Tongkonan ini?

Ruang Utama / Sumber Gambar: Nana Harmanto
Ruang Utama / Sumber Gambar: Nana Harmanto
Diruang Utama anda hanya mendapati Beberapa Benda yang sangat di Sakralkan. Sepintas terlihat seperi sesajen, tanpak terlihat ada Bambu bekas Pa' Piong (makanan penjamu tamu saat ritual adat berlangsung berupa daging babi yang dimasak dengan sayur mayana kemudian di bakar hingga matang), keranjang nasi tempo dulu, daun bamboo, Padi dan kepala kerbau. Air dari Kepala kerbau inilah yang dipercaya bisa menyembuhkan orang yang sakit ketika pulang dari Tongkonan ini. Sakit karena tidak mengikuti aturan main ketika berkunjung ke Tongkonan ini.
Benda-Benda Sakral / Sumber Gambar: Nana Harmanto
Benda-Benda Sakral / Sumber Gambar: Nana Harmanto
Adalah yang disakralkan dari bangunan Tongkonan ini yaitu Terdapat tiang Besar di tengah Tongkonan. Tiang ini merupakan satu-satunya tiang yang paling besar dari semua tiang yang ada berdiri menopang Tongkonan itu. Tiang ini dulu berfungsi untuk mengikat kerbau di bawah rumah Tongkonan ketika ada pemilik Tongkonan yang meninggal sampai pesta adat Rambu Solo' diadakan. Bisa sampai bertahun-tahun. Tiang besar dan Bagian bawah rumah Tongkonan ini sangat di sakralkan, bahkan Keluarga pun tidak sembarang menyentuh atau memasuki area ini karena sangat di Keramatkan.

Tiang Utama / Sumber Gambar: Nana Harmanto
Tiang Utama / Sumber Gambar: Nana Harmanto
Jadi bisa anda bayangkan Situs Warisan Budaya ini menyimpan berbagai Cerita masa lampau Tentang Budaya Toraja yang sangat Kental. Berusia 700 Tahun, beratapkan batu 10 Ton kemudian di Ikat menggunakan Rotan dan hanya di topang oleh 55 tiang dan seluruhnya terbuat dari kayu. Belum lagi bangunan ini sangat di Sakralkan, harus permisi dengan mengetok pintu menggunakan kepala sebanyak 3 kali, jika tidak bisa saja kita pulang jatuh sakit. Percaya atau tidak inilah bagian dari Budaya, adat dan Istiadat Masyarakat Toraja. 

Secara Fisik Bangunan dan Kepercayaan Masyarakat jelas terlihat Keunikan dari Situs Warisan Budaya ini karena berbeda dengan Tongkonan yang lainnya. Pemerintah Tana Toraja mendaftarkan Rumah Tongkonan ini ke UNESCO untuk mendapat perlindungan dunia tetapi saat ini yang lolos dari Indonesia baru enam daftar baru yaitu Wayang Kulit, Keris, Batik, lagu Rasa Sayange, Reog Ponorogo, hingga tari Pendet dimana ke-enam daftar ini pernah diklaim oleh negara asing.

Bagaimana seharusnya pemerintah bergerak dengan cepat agar Tongkonan PAPA BATU ini terdaftar di UNESCO? Atau hanya akan menunggu saja sampai di klaim oleh Negara lain?

Catatan terakhir dari saya, jika berkunjung ke Tongkonan ini harus bisa jaga ucapan ya... karena alam punya aturannya masing-masing, sebagaimana kita menghormati alam, alam juga akan menghormati kita.

Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun