AI (Artificial Intelligence) atau kecerdasan buatan, yaitu suatu teknologi yang memiliki kemampuan meniru kemampuan intelektual manusia. Saat ini perkembangan kecerdasan buatan (AI) semakin pesat, tidak hanya semakin terintegrasi ke dalam kehidupan sosial masyarakat saja, akhir akhir ini kecerdasan buatan ini juga berkembang pesat dalam dunia pendidikan. Menurut laporan Stanford University, jumlah penelitian dan pengembangan di bidang pendidikan meningkat sebesar 25% hingga tahun 2022. Menurut survey tahun 2023 yang dilakukan oleh McKinsey Global Institute, 40% sekolah di dunia telah menerapkan kecerdasan buatan di kelas. Studi ini juga menemukan bahwa metode ini paling banyak digunakan untuk menyampaikan pembelajaran adaptif, penilaian dan pengajaran. Dalam berbagai sektor termasuk pendidikan perkembangan AI ini telah memberikan dampak yang signifikan.
Artificial Intelligence benar benar sudah menguasai dunia pendidikan. Lalu apakah perkembangan AI ini bermasalah dalam dunia pendidikan sekarang?
Permasalahan pertama ada pada tenaga pendidik yang tidak siap menghadapi kemajuan AI ini. Gubernur Lemhannas RI menilai kualitas pendidik di Indonesia belum memadai dalam menghadapi perkembangan teknologi. Survey ikatan Guru Indonesia menyebutkan bahwa 60% guru Indonesia memiliki kemampuan yang sangat buruk dalam penggunaan teknologi. Pandemi covid 19 telah membawa dampak di sektor pendidikan contohnya kebijakan pemerintah tentang pembelajaran jarak jauh (PJJ), namun realitanya pembelajaran jarak jauh masih banyak kendalanya salah satunya kemampuan guru di Indonesia yang masih buruk akan teknologi, hal inilah yang pada akhirnya menjadikan Indonesia sebagai negara dengan guru-guru yang paling tidak siap kalau nantinya artificial intelligence mendisrupsi pendidikan kita ini.
Permasalahan kedua ada pada pelajar di era digital saat ini, teknologi AI telah banyak menawarkan berbagai banyak kemudahan-kemudahan dalam mengakses suatu informasi sehingga terkadang banyak pelajar yang menyalahgunaan hal tersebut dan membuat mereka malas belajar dan akhirnya tidak dapat berfikir kritis terhadap suatu persoalan yang ada, seperti contohnya ketika disuruh presentasi mereka tidak memahami makalah yang mereka buat karena dengan adanya AI mereka tinggal mengcopas saja apa yang mereka cari, faktanya ketika presentasi mereka gagap dan tidak mampu menyampaikan isi dari materi tersebut. Contoh program berbasis AI yang sering dan marak digunakan yaitu ChatGPT yang lahir sejak akhir tahun 2022 yang dirilis oleh Open AI dan cukup menarik perhatian banyak orang. Karena bantuan ChatGPT peserta didik dapat dengan mudahnya mendapatkan referensi atau sumber yang dibutuhkan dan pengambilan data instan yang dibutuhkan saat penelitian, membuat ringkasan secara cepat dan membantu tugas lainnya.
Selain banyaknya dampak positif dari teknologi AI, Apakah AI juga mempunyai tantangan atau dampak negatif ?
Tentunya iya, Ada beberapa kekhawatiran yang muncul sejak adanya teknologi AI ini, bahwa AI akan menggantikan peran, bahkan mengambil alih pekerjaan manusia diberbagai industri. Penggunaan AI juga disebut sebut dapat mengurangi peran penting seorang guru atau tenaga pendidik dalam proses pembelajaran, sehingga peserta didik tidak lagi mendapatkan interaksi sosial dan emosional yang dibutuhkan dalam proses pendidikan. Adapun tantangan utama yang muncul seiring dengan penerapan AI dalam bidang pendidikan.
1. Ketergantungan Teknologi
    Penggunaan kecerdasan buatan dalam pendidikan dapat menimbulkan teknologi yang berlebihan. Peserta didik mungkin akan kehilangan atau berkurangnya ketrampilan sosial serta interpersonal yang penting jika mereka terlalu bergantung pada AI. Pembelajaran di lingkungan yang berfokus pada teknologi dapat membuat peserta didik kurang terbiasa berinteraksi langsung dengan orang lain, yang pada akhirnya dapat mempengaruhi kemampuan komunikasi dan empati mereka.
2. Privasi dan keamanan data
   Penggunaan AI sangat rentan terkait perlindungan data siswa, hal ini menjadi salah satu tantangan terbesar. Karena banyak resiko yang ada ketika AI digunakan untuk mengumpulkan data peserta didik seperti informasi pribadi, prestasi akademik, pola belajar dll. Hal ini beresiko terjadi kebocoran data, pelanggaran privasi dan penyalahgunaan informasi.
3. Ketidakadilan dalam akses
   Penerapan AI dalam pendidikan dalam pendidikan dapat memperlebar kesejangan antara sekolah dan siswa yang memiliki akses terhadap sumber daya yang memadai dan yang tidak seperti contohnya didaerah terpencil dan kurang mampu ya mungkin belum sepenuhnya memfasilitasi karena akses internet yang terbatas, insfrastruktur yang kurang memadai, sedangkan sekolah sekolah yang sudah maju atau di perkotaan dapat menawarkan lebih banyak akses penggunaan teknologi AI untuk meningkatkan prestasi pendidikan siswanya. Hal ini menjadi kesenjangan pendidikan antara pedesaan dan perkotaan.
Hadirnya teknologi AI atau kecerdasan buatan ini adalah sebuah terobosan teknologi pendidikan untuk memudahkan pembelajaran. Generasi AI akan menghadapi tantangan dengan dunia yang semakin terhubung dengan teknologi . Salah satu tantangannya adalah ketergantungan AI dalam proses pembelajaran . Hal ini dapat dikendalikan dengan meningkatkan kesadaran akan potensi dampak negatif AI dan bijak dalam menggunakannya. bukan hanya tentang pengembangan teknologi, kita juga perlu memperhatikan pengembangan ketrampilan manusia supaya tidak dapat digantikan oleh AI serta tetap memprioritaskan kecerdasan manusia bukan malah untuk menggantikan peran manusia. Dan sebagai seorang guru seharusnya memiliki kompetensi yang lebih di bidang teknologi agar bisa relevan dengan perkembangan zaman sekarang ini.
Â
Penulis : Eullis Sholehah (Mahasiswa PTKIN di Yogyakarta)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H