Ngabuburit
MasyaAlloh, hari yang cerah. Adem sih. Motor melaju dengan lancar, tidak macet. Saya dengan tenang duduk di  jok belakang, alias dibonceng lelaki yang sekitar 22 tahun dengan setia mendampingiku. Angin semilir seakan membawaku ke dunia mimpi lagi. Sekitar 20 menit sampailah saya di gedung berwarna hijau yang sekitar 2 tahun lalu saya singgahi. Waktu itu membawa mama yang tangannya terkilir dan harus dirujuk ke tempat ini.
Dari tempat parkir saja sudah terlihat kerumunan orang yang memenuhi tempat ini. Mungkin sudah dari ba'da subuh tadi mereka berkumpul disini.
Saya buru-buru memasuki ruang pendaftaran karena takut keburu ditutup. Helm dijingjing ditangan kanan. Tidak terasa obat semprot ikut jatuh karena tas kecil hitam tempat KTP yang tadi diambil untuk keperluan pendaftaran tidak saya resletingkan lagi. Kok gugup ya. Padahal hanya mengisi data pasien saja. Dibelakang sepasang mata tajam memperhatikan. Mungkin juga lelaki pendampingku itu takut kesiangan masuk kerja. Syukur dengan cekatan tangannya mengambil helm.
Setelah memastikan saya aman dan mendapatkan poly yang saya tuju, lelaki berjaket abu dan menjingjing helm itu pergi ke tempatnya bekerja.
Satu-satu nama pasien disebut. Berkuranglah sedikit demi sedikit pula orang-orang yang sedang diuji Alloh itu berkurang. Ada yang langsung pulang, ada pula yang dirawat inap.
Saya duduk bersebelahan dengan seorang bapak setengah baya. "Cepat sehat ya Bapak" kata saya setelah beliau beres  melaksanakan pengobatannya. Tak lama nama saya juga dipanggil. Dengan langkah pasti saya menghampiri ruangan. Diperiksalah mata saya dengan teliti. Lebih canggih pemeriksaan sekarang dibanding dengan 5 tahun yang lalu. Diberilah saya resep optik. Saya harus ke lantai lima. "Astagfirulloh sendiri" batinku bergumam. Ada rasa yang kurang nyaman ketika saya menuju lift. Lift terbuka, perlahan saya masuk. Tak lama kemudian saya pun keluar lagi. "Ih, takut" batinku. Sayapun cepat-cepat menghampiri petugas menanyakan tangga di sebelah mana. "Lurus belok kanan, mentok" kata petugas dengan ramah, walau tertutup masker, tapi matanya terlihat berbinar tanda menjawab sambil tersenyum.
Lantai satu, dua, tiga, empat dan akhirnya lantai lima. Sambil ngos-ngosan saya menanyakan tempat BPJS. Kembali lurus, belok kanan, mentok. Sepi. Masuklah ke lorong kecil, disana ada petugas BPJS dengan ramah melayani. "Silakan tunggu di sofa" katanya ramah. Alhamdulillah tidak lama saya diberi rujukan ke optik terdekat dari domisili.
Di mobil jurusan Padalarang pun, saya duduk di dekat jendela seraya menikmati angin sepoi-sepoi dan suara merdu adzan dhuhur.
"Kiri-kiri" saya memberhentikan mobil yang saya tumpangi di sebuah mall yang didalamnya ada sebuah optik yang menerima BPJS sesuai petunjuk petugas. "Alhamdulillah, ada BPJS".
Saya melanjutkan perjalanan pulang. Karena tidak mau terlalu lama menunggu penumpang lain alias mobil ngetem dulu, saya pun turun, ganti mobil. "Kasihan anakku menunggu lama" batinku. Setelah sampai di depan gapura, saya tidak langsung ke rumah. Tapi melipir dulu ke warung membeli bahan makanan, buah-buahan untuk sop buah nanti buka puasa.
Alhamdulillah, sampai di rumah dengan selamat. Byur air wudhu membasuhi wajahku, terasa segar kembali. Bersujud di hadapanMu terasa tenang kembali. "Terimakasih ya Alloh masih diberi kesehatan, kehidupan yang bahagia, keluarga yang saling menyayangi"