Mohon tunggu...
Euis Yani
Euis Yani Mohon Tunggu... Guru - Euis Yani

Euis Yani seorang guru SD Gemilang Mutafannin yang sedang belajar memperbaiki diri supaya lebih manfaat dan seorang istri dan seorang ibu dari dua orang anak calon pemimpin orang-orang yang bertakwa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Daging untuk Nenek

5 April 2022   15:05 Diperbarui: 5 April 2022   15:35 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Hari lebaran  sebentar lagi. Dani merenung tidak karuan, hatinya sedih memikirkan "bagaimana akalnya supaya bisa membahagiakan Nenek, untuk merayakan lebaran, dengan sedikit makanan, daging untuk di semur?" . Kasihan Nenek sudah tua, umurnya sekarang kurang lebih 75 tahunan. Nenek lahir pada masa awal kemerdekaan.

Akhir-akhir ini penyakit Nenek sering kambuh. Nenek mempunyai penyakit asma semenjak kecil, katanya sih penyakit turunan. Dani sering tidak tega kalau sesak napasnya Nenek kambuh, Dani hanya bisa memberikan minyak kayu putih, dan sedikit pijatan di punggung Nenek, juga jari jemari, tidak lupa telapak kaki nenek. Hal itu bisa meringankan sakitnya Nenek, Alhamdulillah.

Dani dan Nenek tinggal hanya berdua saja, di sebuah rumah yang sangat sederhana, di sebuah dusun yang bernama Dusun Tidak Suka Miskin. Orang tua Dani sudah lama meninggal dunia. Semenjak kecil, hanya Nenek yang Dani punya. Dani sangat sayang sekali Nenek.

Nama Nenek Dani adalah Nek Irah. Nek Irah seorang wanita yang tangguh, pantang ia meminta-minta pada orang lain. Dia berprinsip "tangan diatas lebih baik daripada tangan di bawah".

Maka dari itu untuk menghidupi cucu tercintanya yaitu Dani, Nek Irah berjualan goreng-gorengan seperti: bala-bala, gehu, cireng, cilok, combo, dan goreng pisang. Setiap pagi Nek Irah berkeliling desa menjajakan dagangannya. Dani juga suka membantu Nenek Irah berjualan, Dani suka membawa dagangannya ke sekolah, teman-temannya sangat menyukai gorengan yang Dani jual karena rasanya enak dan renyah.

Dani sekarang sudah menginjak usia 13 tahun. Sekarang Dani duduk di kelas satu SMP. Dani sekolah di sekolah negeri, karena Dani anaknya rajin, sehingga nilai raport Dani selalu bagus, makanya dari itu Dani mendapatkan beasiswa dari pemerintah. "Alhamdulillah" kata itu yang selalu dikatakan Nenek dengan bangga. Dani dan Nenek hidup bahagia dengan semua keterbatasan. Nenek Irah selalu mengajarkan Dani. bersyukur " nikmat manakah lagi  yang kau dustakan" kata Nenek. Kalimat itu yang ada di dalam surah Ar-rahman yang ayat itu di ulang sebanyak 31 kali.

Kurang lebih tiga tahun ini, Nek Irah sudah tidak bisa berjualan berkeliling desa lagi, karena usianya sudah sangat tua untuk berkeliling menjajakan dagangannya.Nek Irah hanya bisa menyediakan, memasak gorengannya. Dani lah yang mengambil alih dagangan Nenek. Selain menjajakannya di sekolah, Dani juga menjajakan dagangannya ke Desa  Tidak Suka Miskin.

Dani adalah pejuang yang tangguh."Pantang pulang sebelum dagangannya habis terjual" Dani mempunyai cita-cita bisa mengantarkan ibadah haji untuk Nenek Irah tercinta.

Dua tahun berjalan, ada wabah virus yang melanda desa Tidak suka Miskin, semua mengubah tatanan kehidupan. Hanya orang-orang yang mempunyai mental tangguhlah yang bisa bertahan. Dagangan Dani mulai tekena dampaknya, tapi Dani dan Nek Irah masih bisa bertahan. Alhamdulillah.

" Alhamdulillah dagangan hari ini, laris manis, habis dan untungnya lumayan besar, cukup untuk membeli satu kilo daging sapi untuk Nenek, tinggal nambah dikit buat beli bumbunya" kata Dani. Dani berniat untuk menambah uang supaya cukup untuk berlebaran. Hari ini Dani akan pergi ke pasar menjadi kuli panggul. Sangat kebetulan di pasar ramai, banyak ibu-ibu berbelanja. Walaupun sedang masa pandemi, mereka berusaha menjaga jarak, memakai masker. Dani senang sekali bisa bekerja menambah pendapatan  untuk membahagiakan Nenek tercinta. 

Membawa beras sekarung di pundaknya seakan tidak merasa berat kalau hatinya senang. Terigu, kentang dan sayuran yang Dani angkut membantu ibu-ibu di pasar, dari situlah Dani mendapat upah. Sekarang harga daging katanya naik, biasa kalau menuju hari raya suka begitu, sesuai hukum ekonomi yang berbunyi " Jika permintaan masyarakat meningkat, barang persediaan sedikit, harga naik (mahal) dan jika permintaan sedikit, persediaan barang banyak harga akan turun (murah)"

Sepertinya uang untuk membeli daging kurang sedikit lagi, mungkin besok Dani akan berusaha lagi, untuk hari ini cukuplah, besok Dani akan ke Pasar lagi, setelah berjualan menjajakan gorengan buatan Nenek yang enak, gurih dan renyah kata Dani.

Dani pulang dengan hati senang, semoga besok hari terakhir ramadan Dani bisa membelikan daging untuk Nenek. Semangat Dani menggebu-gebu. Sesampainya di rumah Nenek menunggunya dengan hati cemas, Nenek Irah merasa tidak enak badan karena seharian tadi batuknya tidak berhenti-henti, dan sedikit  dadanya terasa sesak. Pas melihat Dani, semua sakitnya hilang, datang rasa bahagia yang tak terkira melihat cucu semata wayangnya pulang dengan selamat.

Keesokan harinya, Dani membawa barang dagangan yang sudah disediakan Nenek. Rencananya setelah itu Dani barulah pergi ke pasar. Uangnya sudah cukup sekarang untuk membeli daging sapi satu kg, berikut bumbu semur kesukaan Nenek. Dani memilihkan daging terbaik untuk Nenek, daging paha yang cocok buat semur ataupun rendang, pasti akan gampang empuk kalau dimasak. Dani pintar sekali memilih dagingnya, tangannya lincah dan matanya berbinar bahagia.

Dani setengah berlari pulang, ia ingin segera menemui Nenek dan menyerahkan daging untuk Nenek Irah. Betapa terkejutnya hati Dani, dari kejauhan terlihat kerumunan di rumah Neneknya, ada bendera kuning, tanda ada kematian di sekitar berdirinya bendera kuning tersebut. Badan Dani lemas, air matanya tak kuasa ia tahan, sambil berlari ke rumah Nenek, hampir saja ia menubruk pa RT yang ada di depan pintu, mengatur para pelayat untuk dengan keringatnya terjatuh di samping Nenek.
Innalillahi wa inna ilaihi rojiun.
Tangan pa RT mengusap kepala Dani , "Nek Irah sudah ga sakit lagi, sabar ya Dan, disini banyak yang sayang Dani". Dani mengusap air matanya yang terus keluar tak bisa ditahan.
Semua bayangan, kenangan bersama Nek irah bermunculan, bergantian. Berkelebat saat Dani merayakan kelulusan sekolah SD, hanya Nek Irah lah yang selalu ada untuknya. Teman-teman yang lain sungkeman kepada kedua orang tuanya, tapi Dani bahagia bersyukur masih ada Nenek yang mengucapkan dan mendoakan kelulusannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun