Mohon tunggu...
Euis Siti Nurbaya
Euis Siti Nurbaya Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi Universitas Singaperbangsa Karawang

Mahasiswi Pendidikan Matematika Universitas Singaperbangsa Karawang Semester 6

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Penggunaan Alat Peraga Matematika Pankoper Guna Meningkatkan Pemahaman Perkalian pada Siswa

28 Mei 2020   14:44 Diperbarui: 28 Mei 2020   14:42 1212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

PENDAHULUAN

Diantara muatan wajib pembelajaran yang tertera dalam Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar nasional Pendidikan pasal 77I bahwa struktur kurikulum SD/MI, SDLB adalah Matematika. 

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran dasar yang perlu untuk terus diajarkan karena selain banyak memuat konsep yang abstrak juga memiliki banyak keterkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Objek Matematika bersifat abstrak. 

Dan hal demikian berpotensi memunculkan kesulitan dalam mempelajarinya, terutama bagi peseta didik pada tingkat rendah, karena pada umumnya mereka belum mampu dalam berpikir abstrak.

Konsep-konsep dalam matematika dapat dipahami bila bersifat konkret. Matematika, mulai dari bentuknya yang paling sederhana sampai dengan bentuk yang paling kompleks, memberikan sumbangan dalam pengembangan ilmu pengetahuan lainnya, juga dalam memecahkan dengan menghadap persoalan yang muncul dalam kehidupan sehari-hari (Jihad, 2008). 

Matematika perlu diberikan kepada siswa untuk membekali mereka dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif serta kemampuan bekerjasama (Syafri, 2016). 

Menurut  Yarmayani & Fitriani (2015), bahwa secara umum siswa sering mengalami kesulitan dalam kegiatan pembelajaran matematika, ini disebabkan karena kurangnya siswa dalam memahami konsep-konsep yang ada dalam pelajaran matematika.

Pemahaman merupakan terjemahan dari istilah understanding yang diartikan sebagai penyerapan arti suatu materi yang dipelajari (Rusmana & Isnaningrum, 2015). 

Ruseffendi (Siregar, 2013) mengemukakan bahwa pemahaman merupakan kompetensi yang dimiliki siswa dalam memahami konsep materi dan melakukan prosedur secara luwes, efisien dan tepat. 

Sedangkan menurut  Siregar  (2013) pemahaman adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk mengerti tentang sesuatu secara lebih mendalam. 

Sedangkan konsep merupakan suatu ide abstrak yang memungkinkan seseorang untuk menggolongkan suatu objek atau kejadian (Rusmana & Isnaningrum, 2015). Sehingga kemampuan pemahaman konsep matematis merupakan kecakapan dan keterampilan peserta didik dalam memahami ide-ide abstrak yang membangun suatu unsur dalam matematika sehingga peserta didik mampu menyatakan idenya, mengolah informasi yang didapat sampai kepada mengungkapkannya melalui lisan maupun tulisan dalam proses pembelajaran. Namun pada kenyataannya pemahaman konsep siswa terhadap materi matematika masih kurang.

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan September tahun 2019  yaitu dari pengalaman mengajar di sebuah Sekolah Dasar Negeri Ciwulan II bahwa saat pembelajaran mengenai perkalian di kelas III, ada permasalahan yang diamati saat pembelajaran matematika, yaitu tidak sedikit siswa yang belum menguasai dalam melakukan operasi perkalian. Padahal konsep operasi perkalian telah dipelajari saat kelas II di semester genap. 

Sehingga permasalahan ini perlu mendapat perhatian khusus hingga mendapatkan cara untuk menanggulanginya, karena akan berpengaruh terhadap keterampilan siswa dalam menghadapi permasalahan pada tingkat selanjutnya. Perkalian merupakan operasi pejumlahan berulang. Perkalian di SD mulai diajarkan pada kelas II semester 2.

Pembelajaran operasi perkalian akan bermakna jika melibatkan benda-benda di sekitar peserta didik, yang memudahkan perserta didik dalam bernalar dan memahaminya.  

Menurut Raharjo dkk (2009) pembelajaran perkalian dipilah dalam 2 hal, yaitu perkalian dasar dan perkalian lanjut. Perkalian dasar yang dimaksud adalah perkalian dari 2 bilangan yang masing-masing merupakan bilangan 1 angka, sedangkan perkalian lanjut adalah perkalian selain perkalian 2 bilangan 1 angka.

Untuk itu peneliti membuat sebuah inovasi alat peraga Matematika yang dapat digunakan untuk membantu peserta didik memahami konsep perkalian dasar terutama bagi siswa kelas II berupa Papan Konsep Perkalian (Pankoper) yang disertai gambar 2D berbagai karakter untuk menarik minat peserta didik dalam belajar Matmatika.

Alat peraga matematika Pankoper atau Papan Konsep Perkalian adalah alat peraga yang dibuat dari bahan sterofoam (gabus) yang dilengkapi dengan kertas origami dan tali wol yang berfungsi untuk mempermudah peserta didik dalam memahami konsep dasar perkalian dengan konsep tabel fakta perkalian dengan cara menjumlahkan  pada setiap karakter kertas origami yang di kaitkan pada tali wol yang ada pada sterofoam.

Gambar 1. Alat Peraga Pankoper

Cara penggunaan alat peraga Pankoper adalah sederhana sekali, yaitu sebagai berikut.

  • Berikut adalah perkalian dari 2 x 3. Karakter yang digunakan adalah berbentuk balon. Perkalian 2 x 3 ini cukup dengan mengaitkan origami berkarakter pada benang wol sejumlah 3 origami ke arah kanan mengikuti nomor di atas sebanyak 2 kali mengikuti nomor yang berada pada sebelah kiri.

dokpri
dokpri
Gambar 2 perkalian 2 x 3 

Penelitian Terdahulu Yang Relevan

Dalam penelitian Dhea Noviyanti Chairunnisa yang berjudul Upaya Meningkatkan Pemahaman Konsep Dasar Perkalian Dengan Menggunakan Alat Peraga Keranjang Happy (Keppy) Pada Siswa Kelas II SD Pesona Palad Klapanunggal Bogor, didapat hasil bahwa penggunaan alat peraga Keppy dapat meningkatkan pemahaman konsep matematis pada materi perkalian yang membantu meningkatkan hasil belajar. 

Sementara itu, pada hasil penelitian Budi Febriyanto dkk (2018) yang berjudul Peningkatan Pemahaman Konsep Matematis Melalui Penggunaan Media Kantong Bergambar Pada Materi Perkalian Bilangan Di Kelas II Sekolah Dasar, didapat juga hasil bahwa penggunaan kantong bergambar dapat meningkatkan pemahaman konsep matematis siswa SD kelas II SDN Simpeureun I.

Penelitian-penelitian ini memberi referensi tentang penggunaan alat peraga terhadap kemampuan pemahaman konsep dasar perkalian Matematika. Kedua penelitian ini memiliki tujuan yang spesifik, yakni peningkatan pemahaman konsep dasar perkalian.

METODE PENELITIAN

Desain dan Instrument Penelitian

Penelitian inovasi pembelajaran ini merupakan penelitian eksperimen dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Instrument yang digunakan adalah tes tulis yang berbentuk soal uraian sejumlah 10 soal yang diujikan sebelum pembelajaran menggunakan alat peraga Matematika dan setelah menggunakan alat peraga Matematika. Adapun teknik pengolahan data penelitian adalah statistik deskriptif.

Lokasi dan Subjek Penelitian

Lokasi berlangsungnya pelaksanaan inovasi pembelajaran adalah di kediaman peneliti sendiri tepatnya di desa Ciwulan Rt/Rw 009/003 Kec. Talagasari kab. Karawang. Populasi yang dipilih adalah siswa siswi Sekolah Dasar yang bertempat tinggal di sekitar rumah peneliti/ anak dari tetangga kelas 2 sebanyak 3 orang, kelas 3 satu orang dan kelas 4 satu orang.

Prosedur Penelitian

1. Perencanaan

Pada tahap perencanaan ini, peneliti mengidentifikasi permasalahan yang ada dalam pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar. Kemudian, peneliti berusaha membuat sebuah gagasan inovasi pembelajaran yang bisa menjadi solusi dari permasalahan dengan mencari berbagai referensi dari penelitian-penelitian yang telah ada, sehingga didapatlah gagasan untuk pembuatan alat peraga matematika pada materi konsep perkalian. Sehingga setelah ditemukannya ide, peneliti segera untuk mencari bahan yang dibutuhkan untuk membuat alat peraga dan setelah itu pembuatan alat peraga.

2. Pelaksanaann

Tahap ini merupakan tahap pelaksanaan inovasi pembelajaran, yaitu pelaksanaan pembelajaran matematika menggunakan alat peraga yang telah dibuat. Pelaksanaan tes dilakukan dua tahap. Pertama, pretest yang dilakukan sebelum pembelajaran menggunakan alat peraga, kemudian yang kedua adalah posttest, yaitu tes yang dilakukan setelah pembelajaran mengguanakan alat peraga matematika.

3. Tahap Akhir

Pada tahap ini, peneliti melakukan analisis terhadap data yang telah didapat dari proses pelaksanaan inovasi pembelajaran. Yang kemudian disusun dalam bentuk laporan akhir.

Teknik Pengumpulan Data

Sesuai dengan jenis penelitian ddan hasil yang hendak dicapai, maka peneliti mengumpulkan data dengan menggunakan tes. Tes dilaksanakan langsung kepada siswa saat melaksanakan inovasi pembelajaran. Tes dilakukan sebelum  belajar menggunakan alat peraga dan setelah menggunakan alat peraga.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 

Hasil Penelitian

Data hasil penelitian yaitu berupa tes yang berasal dari pretest dan posttest sampel siswa. Sehingga diketahui kondisi awal dan akhir variabel yang diteliti. Variabel yang dibahas dalam hasil penelitian ini adalah variabel kemampuan pemahaman konsep matematis pada konsep dasar perkalian yang diperoleh dari pembelajaran sebelum dan setelah menggunakan alat peraga Pankoper. Pelaksanaan pretest dan posttest dilaksanakan tanggal 16 Mei 2020 tepatnya di rumah peneliti.

Berikut merupakan data hasil pretest dan posttest siswa.

dokpri
dokpri
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa pada data pretest nilai tertinggi adalah 65, nilai terendah yaitu 25, dengan rata-rata 43. Sedangkan pada data posttest didapat bahwa nilai tertinggi adalah 85 dan nilai terendah adalah 60, dengan rata-rata 74. Dari data yang diperoleh, maka dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan hasil belajar yang signifikan antara data pretest dan posttest dengan perbedaan sebesar 31. Yang artinya bahwa siswa sudah memahami konsep dari perkalian dasar sebagai operasi penjumlahan berulang disertai pemahaman mengenai konsep perkalian dalam sebuah soal berbentuk cerita.

Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian, ditunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil pembelajaran siswa sebelum dan setelah menggunakan alat peraga Matematika. hal itu dibuktikan dengan nilai rata-rata dari data posttest atau nilai akhir sebesat 74 sedangkan nilai rata-rata awal sebesar 43. Yang artinya memiliki peningkatan sebesar 31. 

Namun ditemukan juga saat pelaksanaan diketahui bahwa siswa masih berbelit untuk menghitung penjumlahannya, sehingga hasilnya pun tidak seperti yang diharapkan. Sehingga tingkat kefokusan siswa juga menjadi faktor yang berpengaruh terhadap pembelajaran. Namun keterampilan siswa dalam berhitung akan semakin kuat jika siswa berlatih secara terus-menerus.

Perbedaan hasil belajar tersebut didapat karena, pertama, pengunaan alat peraga matematika pankoper menjadikan siswa aktif untuk belajar. Karena siswa dapat berpartisipasi aktif dalam mengunakan alat peraga pada konsep perkalian. Hal ini sesuai dengan pendapat 

Oemar hamalik (dalam Istinganah (2015)) bahwa pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan kepada siswa untuk belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri. Selain itu hal yang ditemukan saat pelaksanaan adalah peningkatan keterampilan siswa dalam memahami konsep perkalian yang disajikan dalam bentuk soal cerita.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan alat peraga Pankoper yang dilakukan dengan pelaksanaan pretest dan posttest terhadap mata pelajaran matematika materi konsep dasar perkalian pada siswa Sekolah dasar didapat kesimpulan sebagai berikut :

  • Proses pembelajaran menggunakan alat peraga Pankoper dapat meningkatkan pemahaman konsep matematis siswa pada konsep dasar perkalian. Siswa dapat berpartisipasi aktif untuk menemukan jawaban perkalian  dengan menggunakan alat peraga tersebut.
  • Hasil akhir penelitian menunjukkan bahwa rata-rata nilai yang didapat dari pretest adalah sebesar 43 sedangkan rata-rata nilai yang didapat dari posttest adalah 74. Dari data tersebut didapat perbedaan rata-rata nilai sebesar 31,0.

Dengan demikian penggunaan alat peraga Pankoper pada mata pelajaran matematika materi perkalian dapat meningkatkan pemahaman konsep dasar perkalian siswa. Selain itu siswa mampu untuk memahami konsep perkalian dalam sebuah soal yang berbentuk cerita.

Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas dan pengalaman yang terjadi selama peneliian, maka didapat saran :

Bagi guru

Alat peraga pankoper dapat dijadikan salah satu alternatif untuk membantu guru dalam menyajikan materi matematika khususnya konsep dasar perkalian.

  • Bagi peneliti Lain
  • Diharapkan untuk peneliti lain alat peraga ini dikembangan baik itu dari bentuk maupun konsep dari alat peraga.

DAFTAR PUSTAKA

  1. Istinganah, T. (2015). Perbedaan Keterampilan Operasi Hitung Perkalian Antara Kelas Yang Menggunaka Kartu Domino Perkalian Dan Permainan tali Pas Pada Siswa Kelas II Sekolah Dasar Negeri Gedongkiwo Yogyakarta.
  2. Jihad, A. (2008). Pengembangan Kurikulum Matematika. Yogyakarta: Multi Pressindo.
  3. Raharjo, M., Waluyati, A., & Sutanti, T. (2009). Pembelajaran Operasi Hitung Perkalian Dan Pembagian Bilangan Cacah Di SD. Yogyakarta: PPPPTK.
  4. Rusmana, I. M., & Isnaningrum, I. (2015). EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA ICT DALAM PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA. Formatif, 2(3), 198--205.
  5. Siregar, S. (2013). Meningkatkan Pemahaman Dan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Matematika Dengan Menggunakan Software Graphmatica Page| 55. Edumatica, 03(April), 55--63.
  6. Syafri, F. S. (2016). Pembelajaran Matematika Pendidikan Guru SD/MI. Yogyakarta: Matematika.
  7. Yarmayani, A., & Fitriani, S. (2015). ANALISIS METAKOGNISI SISWA TIPE MELANCHOLIS DALAM MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA Ayu Yarmayani 1 , Silvia Fitriani. Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi, 15(3), 70--78.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun