Mohon tunggu...
Euis Pupu
Euis Pupu Mohon Tunggu... Guru - Praktisi Pendidikan Anak Usia Dini (Magister PAUD)

Semua orang akan mati kecuali karyanya, maka tulislah sesuatu yang akan membahagiakan dirimu di akhirat kelak - Ali bin Abi Thalib-

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pentingkah Kajian Teori Kritis untuk Pendidikan Anak Usia Dini?

20 Januari 2022   05:19 Diperbarui: 20 Januari 2022   05:23 835
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tubuh anak-anak ditimbang dan diukur dibawah pengawasan ilmiah. Seperti minat anak-anak, imajinasi, nilai keagamaan,  sikap, menggambar, bermain boneka, sosio drama karena yang paling penting bagi kita, tahapan pertumbuhan mereka. Awal mula pendekatan perkembangan ilmiah mulai dikenal dan dilanjutkan melalui karya Jean Piaget (1896-1980), pada awal abad ke-20.

Piaget memandang bahwa tahapan perkembangan kognitif sebagai struktur pemikiran yang seragam. Akan tetapi konsep operasional konkret tidak tidak muncul serempak, kemampuan kognitif dapat muncul lebih lambat (Mu’min, 2013).  Mereka tidak memikirkan anak yang berkebutuhan khusus, misalkan buta ataupun lumpuh.

Disini fungsi teori kritis terlihat jelas, dimana keadaan yang tertindas menjadi lebih diakui keberadaannya. Tidak selamanya pengetahuan itu terstruktur, namun adakalanya menyesuaikan dengan apa yang mereka tinggali. Baik teori dan kebijakan tidak selamanya benar, namun kebenaran dilihat dari berbagai persfektif.

Pendidikan anak usia dini baik formal dan nonformal melayani perkembangan anak. Dengan melihat kebutuhan akan sarana dan prasarana lembaga dalam menunjang perkembangan anak, membuat persfektif baru di dunia pendidikan khususnya pendidikan anak usia dini. Capaian suatu lembaga secara tidak sadar dipengaruhi oleh system kapitalistik yang dapat menindas kaum di bawah kaum menengah.

Lembaga PAUD yang berkualitas dianggap yang bisa menyajikan pelayanan yang maksimal baik dari sumber daya manusia, tempat dan sarana prasarana pendukung. Imbas dari anggapan tersebut menjadikan pola penerimaan peserta didik yang secara tidak sadar hanya menerima kelas menengah ke atas. Dimana orang tua yang bisa memenuhi biaya yang menjadi standar anggran pembiayaan lembaga tersebut.    

Dampak pedagogis terjadi hilangnya yang bermakna, yang dialogis, dan internally-driven. Murid dijadikan konsumen pembelajaran yang terstandar seperti produk. Dampak pada siswa adalah hilangnya kecintaan dan kenikmatan belajar. Belajar hanya tuntutan semata, hilangnya agensi sebagai pembelajar. PAUD berfokus pada democratic citizenship bukan tuntutan pasar, berfokus pada komunitas bukan individual success, kurikulumnya tidak mengikuti standar tertentu, tapi mengakomodasi keragaman anak, projek (jangka pendek, menengah dan panjang), bukan worksheet, dokumentasi pembelajaran untuk refleksi pengembangan pembelajaran, bukan akuntabilitas performa.

Dampak psikologis yang terjadi adalah terbetuknya manusia-manusia yang kompetitif, ambisius mengejar performa, supersibuk, pekerja keras, siap bekerja lembur, selalu merespon WA dengan cepat. Terbentuknya sifat individualisme dan juga terlalu memandang bahwa adanya contoh dari diri sendiri. Agar mampu berfikir kritis mengenai kehidupan kapitalisme barat, contoh yang satu ini biasanya akan menjadi pikiran di dalam masyarakat kita untuk selalu mengejar karir dan juga secara keseluruhan di dalam  hidupnya.

DAFTAR PUSTAKA

 

Eka, A. G., & Wuryanta, W. (n.d.). Teori Kritis dan Varian Paradigmatis dalam Ilmu Komunikasi.

Mu’min, S. A. (2013). Teori Pengembangan Kognitif Jian Piaget. Jurnal AL-Ta’dib, 6(1), 89–99. https://ejournal.iainkendari.ac.id

Tjahyadi, S. (2003). Teori Kritis Jurgen Habermas (Asumsi Asumsi Dasar Menuju Metodologi Kritis Sosial) Sindung Tjahyadi JURNAL. Jurnal Filsafat, 34(2), 180–197.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun