Mohon tunggu...
Euis Anggraeni
Euis Anggraeni Mohon Tunggu... Guru - Seorang wanita muslimah yang selalu berusaha memperbaharui ketaatan kepada Rab-Nya

Seorang mahasiswi tingkat akhir dengan amanah rumah tangga dan jalan dakwah berusaha untuk senantiasa menjalankannya dengan mengharap wajah Allah semata.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Wanita Muslimah dan Kewajibannya terhadap Saudara dan Temannya

31 Desember 2020   12:15 Diperbarui: 31 Desember 2020   12:46 283
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

          Wanita membawa pengaruh besar terhadap lingkungannya, jika ia baik maka akan baik pula seluruh anggota keluarganya. Bila keluarganya baik maka baik pula masyarakatnya. Bila masyarakatnya baik maka Negara pun akan baik.

Dengan segala kekurangan dan kelebihan yang dimiliki wanita Muslimah, ia menyadari akan pentingnya upaya untuk memperbaiki dirinya, keluarga, lingkungan sampai kepada lingkup yang lebih luas. Hal tersebut tentulah tidak jauh dari ajaran Islam yang begitu besar perhatiannya, termasuk di dalamnya bagaimana mengatur urusan muamalah antara satu individu dengan yang lainnya.

          Permusuhan kerap terjadi ketika satu sama lain tidak ada yang mau mengalah, masing-masing mengedepankan egonya, sekalipun itu masih dalam hubungan keluarga.

Maka seorang wanita Muslimah, hendaknya mengetahui apa saja kewajibannya sebagai bentuk keimanannya kepada Allah dan Rasul-Nya.

           Dibawah ini akan dipaparkan bagaimana kewajiban seorang wanita Muslimah terhadap saudara dan temannya dengan berpedoman kepada Kitabullah dan sunnah Rasulullah Shallallahu alaihi wa Sallam, semata-mata hanya mengharapkan keridhaan Allah Subhanahu wa Taala. 

Mencintai dan Menjalin Persaudaraan karena Allah

          Persaudaraan karena iman merupakan ikatan hati yang paling kuat, jalinan jiwa yang paling kokoh, serta akal dan rohani yang paling tinggi.

"Sesungguhnya orang-orang Mukmn itu bersaudara." (Al-Hujurat: 10)

Menjalin persaudaraan karena Allah, bersih dan tulus dari berbagai nilai materi dan tujuan-tujuan buruk. Kejernihan dan kebersihan cinta itu disari dari cahaya wahyu dan petunjuk Nabi.

"Ada tiga hal yang di dalamnya orang akan mendapatkan manisnya iman, yaitu: Menjadikan Allah dan Rasul-Nya lebih dicintai daripada yang lainnya. Kedua, mencintai orang karena Allah. Keitga, tidak ingin kembali kepada kekafiran setelah diselamatkan Allah darinya sebagaimana dia tidak ingin dicampakkan ke dalam neraka."

Kedudukan Orang-orang yang Saling Mencntai Karena Allah

          Cukuplah bagi orang-orang yang saling mencintai karena Allah, baik laki-laki maupun perempuan mendapatkan kemuliaan, kehormatan dan tempat yang tinggi, dengan dikumpulkanya mereka pada hari Kiamat kelak oleh Allah seraya berfirman,

"Mana orang-orang yang saling mencintai karena kebesaran-Ku? Pada hari ini Aku akan naungi mereka dibawah naungan-Ku, pada hari dimana tidak ada naungan selain naungan-Ku"(HR. Muslim)  

          Disebutkan dalam hadits dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu dari Nabi Shallallahu alaihi wa sallam, bahwa ada seorang laki-laki yang mengunjungi saudaranya di kampung yang lain, lalu Allah Taala mengutus malaikat untuk menjumpainya di sebuah jalan yang dilaluinya. Ketika menjumpanya, malaikat itu bertanya, "Kemana kamu akan pergi?"

Orang itu menjawab, "Aku hendak pergi mengunjungi saudaraku di kampung ini."

Selanjutnya malaikat itu bertanya, apakah dia pernah memberimu suatu kenikmatan yang kamu manfaatkan?"

Dia menjawab, "Tidak, tetapi aku mencintainya karena Allah."

Malaikat bertutur, "Sesungguhnya aku ini adalah utusan Allah yang diutus kepadamu untuk menyampaikan bahwa Dia mencintaimu seperti kamu mencintai saudaramu karena-Nya." (HR. Muslim)

          Betapa besar berkah cinta seorang manusia, yang mengangkatnya ke tingkat yang tinggi yang di dalamnya diberikan kecintaan dan keridhaan Allah.

Pengaruh Cinta karena Allah dalam Kehidupan Kaum Muslimin

          "Tidak dibolehkan bagi seorang Muslim untuk mendiamkan saudaranya lebih dari tiga hari. Keduanya bertemu, masing-masing saling memalingkan muka, dan yang paling baik dari keduanya adalah yang mulai mengucapkan salam." (HR. Bukhari dan Muslim)

Maka dari itu wanita Muslimah yang perasaannya telah dibentuk Islam dan jiwanya telah dikendalikan oleh petunjuknya tidak akan memutuskan hubungan dengan salah satu  dari saudaranya apapun sebab musababnya.

          Begitupun kebalikannya, bila ada yang memutuskan hubungan,   betapa besar dosa yang dipikul oleh pelakunya hingga sama dengan penumpahan darah.

Sabda Rasulullah  Shallallau alaihi wa sallam: "Barang siapa mendiamkan saudaranya selama satu tahun, maka dia seperti menumpahkan darahnya sendiri."

Pemurah dan Pemaaf terhadap Saudara-saudaranya

          Sikap pemurah dan pemaaf terhadap saudara-saudara dan temannya akan senantiasa ditampakkan wanita Muslimah yang jiwanya disirami petujuk Islam. Tidak ada kesempitan dada yang mendatangkan penyakit hati.

Baginya begitu mudah untuk memaafkan kesalahan serta perbuatan buruk saudaranya, tanpa merasa dihinakan atas pemberian maaf tersebut.

          Ketulusan hati tersebut ia lakukan karena Allah untuk mendekatkan diri kepada-Nya, sehingga mendatangkan kebaikan yang dicintai Allah.

"Dan orang yang menahan amarahnya dan memaafkan 

(kesalahan) orang. Allah menyuai orang-orang yang berbuat kebaikan." (Ali Imran: 134) 

          Wanita muslimah yang menghirup angin petunjuk agamanya yang sejuk tidak akan mungkin dihatinya terdapat rasa dengki dan iri hati terhadap seseorang karena dia benar-benar mengetahui nilai maaf, ketulusan hati dan kejernihan jiwa dari kotoran-kotoran tersebut pada mizan, ampunan dan keridhaan Allah.

Menemui Saudara-saudaranya dengan Wajah Ceria

          Wanita muslimah yang jujur akan senantiaa berwajah ceria dan murah senyum setiap kali bertemu dengan saudara-saudaranya, dia temui mereka dengan wajah ceria dan penuh senyum, seperti yang dikehendaki Rasulullah Shallallahu Alahi wa Sallam melalui sabdanya,

"Janganlah engau meremehan kebaikan sekecil apapun, meski engau hanya temui saudaramu dengan wajah ceria." (HR. Muslim)

          Wajah ceria berasal dari pancaran hati yang bersih dari penyakit hati dalam mewujudkan ikatan cinta kasih yang kuat diantara kaum Mulimin dan Muslimat dalam rangka menjaga tali peraudaraan diantara mereka karena mengharap keredhaan Allah Taala.

Senantiasa Menasehati Saudara-Saudaranya

              Disebutkan dalam hadits shahih ,

"Agama itu nasihat. "Kami bertanya, "Untuk siapakah itu?" Beliau menjawab, "Bagi Allah, Kitab-Nya, Rasul-Nya dan para pemimpin kaum Muslimin dan orang-orang awam dari mereka."

Wanita Muslimah senantiasa menjaga akhlaknya dalam menjaga persaudaraan dengan memperhatikan kewajbannya ketika ada yang meminta nasehat, maka ia akan melakukannya dengan sepenuh hati sebagai bentuk keimanannya kepada Allah dan Raasul_Nya. Kecintaannya terhadap saudaranya seperti kecintaannya kepada drinya sendiri, sehingga tidak menipu, mengkhianati dan tidak menghindarkan mereka dari kebaikan.

Menghindari Permusuhan, Canda yang Menyakitkan dan Ingkar Janji

          Sebagaimana permusuhan itu mendatangan kebencian dan perpecahan, maka seorang wanta Muslimah senantiasa berhati-hati dalam ucapan dan perbuatan yang akan menyakitkan saudara-saudaranya. Ia akan memilih kata-kata yang bijak dalam menyikapi keadaan apapun yang dihadapinya, didasari keimanan kepada Allah dan Rasul-Nya sebagai petunjuk hidupnya.

          Sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam:

"Janganlah engkau berbantah-bantahan dengan saudaramu, jangan pula mencandainya secara berlebih-lebihan, dan janganlah engkau memberikan janji kepadanya kemudian engkau mengingkarinya."

(Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam bukunya yang berjudul Al-Adabul Mufrad)

          Itulah diantara karakteristik wanita Muslimah yang menghiasai akhlaknya. Kepribadiannya memancarkan keimanan yang kuat. Kecintaan kepada saudara-saudaranya berlandasan cintanya kepada Allah dan Rasul-Nya, sehigga tidaklah ia melakukan sesuatu kecuali karena mengharap pahala dan keridhaan-Nya.

Referensi:

DR. Muhammad Ali Al-Hasyimi. Jati Diri Wanita Muslimah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun