Mohon tunggu...
Euis Anggraeni
Euis Anggraeni Mohon Tunggu... Guru - Seorang wanita muslimah yang selalu berusaha memperbaharui ketaatan kepada Rab-Nya

Seorang mahasiswi tingkat akhir dengan amanah rumah tangga dan jalan dakwah berusaha untuk senantiasa menjalankannya dengan mengharap wajah Allah semata.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerita Lepas: Sebuah Perjalanan

22 Desember 2020   08:55 Diperbarui: 22 Desember 2020   08:54 376
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

     Senja. Disaat anak kecil sedang bermain bersama teman-temannya diluar rumah. Aku duduk dengan tenang bersama tumpukan pakaian menemani ibuku.

Ibuku menarik nafas dan membuangnya pelan-pelan....sepertinya akan mengatakan sesuatu. Aku tak beranjak dari tempat dudukku.

Ibu terdiam dengan wajah serius. Hingga ia mulai berbicara, bukan sekedar berbicara namun ada pesan mendalam tentang apa yang dialaminya selama berjuang untuk menggapai cita-citanya. Suaranya berirama sama dengan cerita yang disampaikannya. Bukan dongeng bukan pula khayalan.

Inilah cerita ibuku:

     Dulu, waktu ibuku masih duduk di bangku SD, sebagai anak pertama  memiliki tanggung jawab besar. Sebelum pergi sekolah, ia harus melakukan banyak pekerjaan terlebih dahulu. Ia rela mengorbankan waktunya untuk membantu pekerjaan rumah. Tak jarang harus terlambat ke sekolah.

     Setiap pagi, ia harus membawa 2 ember berisi pakaian melewati jalanan curam....jarak tempuh yang cukup jauh dari rumahnya. Tubuh mungilnya tak mengenal rasa penat melakukan itu semua.

Ia selalu ingat pesan nenek untuk tidak bersantai-santai, mau bekerja keras dan menjadi contoh yang baik untuk adik-adiknya.

Ibu punya keinginan besar yang belum tentu terlintas di pikiran anak kecil saat itu.

Ya...keinginan untuk memakai gamis dan kerudung besar. Namun nenek dan keluarga besar kurang mendukung dengan alasan masih kecil ...teman-temannya pun tidak ada yang seperti itu.

     Tidak berhenti disitu, ibu berpikir bagaimana caranya agar bisa mewujudkan apa yang dicita-citakannya tanpa merepotkan kedua orang tua. Keterampilan membuat kerajinan tangan menjadi sebuah karya  yang bisa menghasilkan rupiah ia tekuni, sampai akhirnya gamis perdana....mulai dari membeli kain sampai gamis itu siap dikenakan terwujudkan.

Senang, bahagia sekaligus bangga. Syukur tak henti dipanjatkan kepada Yang Maha Mengatur segalanya. Nenek pun luluh dan menerima melihat kesungguhannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun