Saya dan teman-teman Danone Blogger Academy 2019 segera berpencar. Membawa kantong di tangan kiri dan capit bambu di tangan kanan. Bukan untuk mencari batu karang maupun cangkang kerang di pinggir pantai. Melainkan melakukan aksi beach clean up di Pantai Mertasari, Sanur, Bali.
Birunya air laut yang menyentuh cakrawala memang menjadi fokus mata saya semenjak tiba di pantai itu. Apalagi di seberang sana nampak beberapa kapal sedang bersandar. Keindahan lukisan alam yang sulit dinafikan.
Saya tak menyangka jika dibalik keindahan yang memanjakan mata, ada ironi yang tertimbun pasir di sepanjang pantai. Apalagi jika bukan sampah-sampah yang disapu ombak pantai yang sekarang dikenal sebagai Dream Island.
Jika capit bambu itu bisa bicara tentu dia akan protes karena harus mengambil bekas pembalut, pampers, kain, bungkus rokok, makanan kemasan bahkan sampah botol plastik. Kotor dan bau serta jumlahnya banyak.
Bahkan menurut penuturan perwakilan dari LSM Bali Wastu, sampah tak pernah habis meskipun dibersihkan setiap hari Jumat. Menyedihkan.
Usai bergelut dengan capit bambu untuk mengais sampah, saya mengambil botol plastik air kemasan. Saya teguk airnya hingga sisa setengah. Air yang mengalir di kerongkongan mampu mengusir dahaga kala itu. 30 menit membersihkan Pantai Mekarsari dari berbagai macam sampah membuatku harus sering meneguk air.
Bukankah tubuh harus selalu terhidrasi? Minimal 8 gelas sehari adalah porsi air minum yang harus dipenuhi oleh tubuh. Jadi di manapun, air minum harus selalu tersedia. Agar tubuh terhindar dari dehidrasi.
Saat bepergian, membawa air kemasan memang paling praktis. Jika air habis tinggal beli lagi. Tak perlu pusing melakukan isi ulang.
Tapi, pernahkah kita berpikir, berapa banyak sampah botol plastik dihasilkan demi memenuhi kebutuhan hidrasi tubuh? Semakin banyak minum air kemasan berarti makin banyak sampah botol plastik yang dihasilkan.
Untungnya saat itu saya berada di Bali. Di mana Aqua memiliki ekosistem daur ulang botol plastik. Jadi, sampah dari kemasan air yang saya minum tadi langsung dikumpulkan dan dibawa ke unit bisnis recycled milik Aqua.
Penggunaan Kemasan Botol Plastik
Alexander Parkesh barangkali tak pernah menyangka. Jika temuannya berupa cikal bakal plastik modern menjadi masalah besar ratusan tahun kemudian.
Sifat plastik yang tahan lama, ringan, dan terjangkau memang telah memudahkan manusia dalam berbagai urusan. Kemasan plastik muncul dalam berbagai bentuk, peralatan kesehatan seperti alat suntik juga memakai bahan plastik. Termasuk botol minuman kemasan.
Botol plastik untuk minuman kemasan biasanya dibuat dari bahan polyethylene terephthalate (PET). Bahan plastik jenis ini transparan alias tembus pandang. Botol plastik berbahan PET biasanya digunakan untuk botol air mineral, jus dan lain-lain.
Makin hari penggunaan botol plastik makin masif. Seiring pertumbuhan industri minuman kemasan. Data Asosiasi produsen minuman botol yang dimuat di media merdeka.com menyebutkan jika penjualan produk botol minuman meningkat dari 12,8 miliar liter pada tahun 2009 menjadi 23,1 miliar ditahun 2014.
Lihat saja rak-rak penjualan minuman kemasan di warung, toko, minimarket maupun supermarket, variasi jenis dan merek minuman makin banyak. Ada air mineral, teh, kopi, susu, jus, minuman berkabonasi, bahkan minuman herbal.
Namun dibalik mudah dan murahnya penggunaan plastik, sifatnya yang tak mudah diurai justru menjadi sumber masalah di abad ini.
Sampah plastik menjadi awet di muka bumi. Makin lama makin banyak dan menumpuk. Memenuhi daratan, sungai bahkan laut.
Menurut data Sustainable Waste Indonesia yang dikutip BBC Indonesia, konsumsi botol PET tiap tahun secara nasional sebesar 350.000 ton. Dari jumlah tersebut botol yang berhasil dikumpulkan kembali sebesar 216.047, sementara sisanya mencemari lingkungan.
Tingginya angka botol yang tidak terkumpul harus menjadi pekerjaan rumah para stakeholder. Hal tersebut bisa dilakukan dengan membangun ekosistem daur ulang seperti yang dilakukan oleh Danone Aqua di Bali.
Aqua memiliki tiga pilar dalam mengatasi masalah sampah botol plastik yang mereka hasilkan, yaitu :
1. Membangun infrastruktur pengolahan sampah botol plastik
Aqua membangun Bali Pet untuk mengolah sampah botol plastik yang terkumpul di wilayah Bali dan sekitarnya. Agar proses daur ulang ini bisa terus berjalan tentu membutuhkan mata rantai yang tak terputus.
Aqua membina para pemulung, dan pengepul atau pelapak guna menjamin kelangsungan pasokan botol plastik bekas. Hal ini sudah berjalan.
2. Edukasi
Waste management tidak bisa berjalan tanpa ada dukungan dari banyak pihak. Oleh karena itu edukasi mengenai pengelolaan sampah menjadi salah satu kunci keberhasilan.
Aqua pun mengedukasi sekolah dan masyarakat. Diantaranya dengan menyediakan dropbox botol plastik bekas seperti yang ada di SMP Wisata Sanur dan di Choco Mart Batu Bulan.Â
Aqua juga bekerjasama dengan hotel dan restoran dalam upaya menarik kembali botol plastik yang telah dipakai.
3. Inovasi Kemasan
Aqua terus berinovasi membuat kemasan yang bisa didaur ulang. Saat ini kemasan botol aqua sudah mengandung bahan recycled 25%.
Tak berhenti sampai di situ, inovasi dilakukan untuk membuat botol yang bahannya 100% merupakan bahan daur ulang dari sampah botol plastik.
Daur Ulang Sampah Botol Plastik Solusi Paling Masuk Akal Saat Ini
Adalah Danone Aqua yang telah mempelopori penggunaan botol daur ulang dari sampah botol plastik.
Dalam kunjungan ke Recycled Business Unit (RBU) Bali Pet tempo hari terungkap perjalanan sebuah botol plastik kemasan air minum hingga menjadi botol daur ulang 100 % yang disebut sebagai Aqua Life.
Untuk mengumpulkan kembali botol plastik kemasan, Aqua menggandeng beberapa pihak seperti 1100 pemulung dan 85 lapak pengepul sampah. Botol-botol yang terkumpul akan diolah di Lepang dan Balipet.
Setelah botol terkumpul, akan ditimbang dan diberi nama pemasok. Untuk selanjutnya masuk proses sortir. Proses tersebut dimaksudkan untuk memisahkan botol yang layak dan tidak layak. Prinsip bottle to bottle membuat Balipet harus melakukan seleksi secara ketat untuk menjaga kualitas botol daur ulang yang dihasilkan.
Botol plastik yang pernah dipakai untuk menyimpan jamu, oli atau bensin adalah contoh botol yang tidak layak didaur ulang. Botol yang tak layak meskipun dikembalikan ke penyalur masih tetap bisa didaur ulang menjadi benang poliester, senar dan lain sebagainya. Proses ini dilakukan oleh pihak lain. Sementara Balipet fokus pada mengolah bahan baku produksi botol daur ulang.
Setelah disortir botol kemudian ditimbang untuk menentukan upah tukang sortir. Proses selanjutnya botol akan melalui proses giling. Di Balipet proses penggilingan hanya memakai air bersih. Tidak pakai bahan kimia apapun.
Setelah digiling dan bersih, cacahan botol plastik akan dikemas dan siap dikirim ke PT. Namasindo Plastic di Bandung. Di sanalah, cacahan botol plastik tersebut akan diolah menjadi botol plastik kembali.
Di Namasindo, cacahan botol plastik diproses menggunakan teknologi tinggi menjadi botol recycled 100 %. Penggunaan sinar inframerah dilakukan untuk proses mengeliminasi kontaminan pada cacahan botol. Contoh kontaminan titik hitam di cacahan botol. Titik hitam ini akan ditembak dengan inframerah.Â
Untuk memastikan hasil akhir botol daur ulang bebas kontaminan, flakes atau cacahan botol melalui proses SSP (solid state polymerization) selama beberapa hari. Setelah itu cacahan diproses menjadi biji plastik dan dibuat menjadi botol recycled.Â
Menurut Sustainable Development Director Danone Aqua, Karyanto Wibowo, untuk membuat satu botol daur ulang dibutuhkan satu botol kemasan plastik.
Hanya memang, biaya produksi botol daur ulang itu lebih mahal daripada memproduksi botol plastik virgin.Â
Mengapa? bahan plastik virgin itu semua sama kualitasnya, sementara bahan daur ulang itu kondisinya tidak sama sehingga proses produksinya lebih kompleks.
Kedua, dalam proses produksi melibatkan ribuan orang dari mulai pemulung hingga pabrik, dari sisi cost logistik tentu lebih besar biayanya.Â
Alasan ketiga, skala industri botol daur ulang masih kecil. Baru Aqua saja yang memakai botol daur ulang, sehingga produksinya berbiaya tinggi. Jika sudah diproduksi secara masif, biaya tentu bisa ditekan.Â
Aqua bersedia untuk memproses botol-botol kemasannya menjadi botol daur ulang meskipun berbiaya tinggi karena komitmennya untuk turut mengurangi sampah plastik yang menjadi masalah bersama.
Mengenal Botol Plastik Aqua Life
Botol plastik Aqua Life merupakan botol recycled 100 %. Saat ini botol recycled 100 % baru ada satu ukuran yaitu 1,1 liter. Secara fisik akan nampak sekali bedanya.
Botol Aqua Life, warnanya lebih kebiruan. Tekstur botol lebih ringkih ketimbang botol non daur ulang.Â
Dikemas tanpa label plastik. Hanya ada tulisan timbul di bagian botol. Dipencet ringan, botol akan mleyot. Secara kasat mata, lebih sederhana.
Botol Aqua Life meskipun dibuat dari sampah botol plastik namun aman digunakan dan halal. Dibuktikan dengan seluruh proses produksi telah memperoleh sertifikasi kualitas, keamanan pangan dan kehalalan produk.
Aqua Life merupakan botol recycled 100 % pertama di Indonesia
Untuk sementara, air kemasan botol recycled 100 % ini baru tersedia di Bali dan sedikit di wilayah Jakarta.
Prinsip yang diterapkan Aqua merupakan circular economy yang menganut bahwa sampah hasil dari produksi akan diolah menjadi bahan baku kembali. Sehingga membentuk sistem berkelanjutan. Bahan baku dibuat memliki sifat restoratif dan regeneratif sehingga manfaatnya bisa dipetik berulang.
Memproduksi botol plastik menjadi botol plastik recycled merupakan salah satu upaya untuk memperpanjang manfaatnya. Botol plastik yang sudah dipakai tidak terbuang menjadi sampah. Namun bisa digunakan kembali dengan fungsi yang sama dan kualitas yang sama pula.
Semoga, langkah Aqua melakukan inovasi kemasan produk plastik bisa diikuti oleh perusahaan lain. Sehingga makin banyak sampah botol plastik yang bisa didaur ulang. Makin banyak pihak yang terlibat tentu wilayah yang dijangkau makin luas pula. Tak hanya di wilayah Bali dan sekitarnya.
Saya pun yang tidak tinggal di Bali tak perlu lagi merasa bersalah meminum air kemasan botol plastik karena sampahnya pasti akan didaur ulang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H